Mentari pagi telah menyapa. Sedikit demi sedikit langit gelap mulai hilang. Kilauan cahaya emas menyinari alam semesta, menandakan hari telah berganti. Kicauan burung pun saling bersahutan diatas pohon rindang samping rumah.
Pagi hari adalah waktu yang sangat menyibukkan bagi semua orang, dimana mereka hendak memulai kegiatannya masing-masing. Namun, tidak dengan Rayan yang terlihat santai, meskipun ini adalah hari pertama dia mulai mengajar. Hal itu membuat mamanya terus mengoceh agar Rayan segera bersiap.
"Ray, cepat habiskan sarapanmu! Lihatlah sudah pukul berapa sekarang!" ujar mamanya dengan tidak sabar, karena waktu hampir menunjukkan pukul tujuh pagi.
Rayan hanya menghela napas panjangnya. Sedari tadi mamanya terlalu sibuk menyuruhnya untuk segera bersiap agar tidak terlambat.
"Iya, Ma," jawaban santai.
"Daripada kamu menghawatirkan Rayan, mending kamu siapkan perlengkapan untukku. Dasi, tas sama sepatuku saja belum terlihat," sahut Agung dengan wajah yang dibuat kesal.
"Ya ampun Mas! Biasanya juga disiapkan sendiri. Dasar bayi tua!" gerutu Nuri yang kemudian berlalu meninggalkan meja makan untuk menyiapkan perlengkapan suaminya yang juga ingin dimanja seperti Brayan.
Sepeninggal mamanya, Brayan segera membereskan piring bekas makannya. Sejak kecil mamanya telah mengajarkan kepada semua anggota keluarga setelah makan piring harus dibawa ke tempat cucian piring agar tidak berserakan diatas meja makan.
"Rayan siap-siap dulu ya, Pa." Brayan pun meninggalkan papanya yang masih menikmati sarapannya.
"Oke. Selamat berjuang semoga hari pertamamu mengajar menyenangkan."
Tak berselang lama Brayan pun keluar dari kamar sambil menggendong sebuah ransel. Satu tangannya menenteng helm sambil menyalami mamanya yang sedang menyiapkan bekal untuk dirinya.
"Ma, Rayan bukan anak TK lagi yang harus membawa belak," protesnya saat mengetahui jika bekal itu untuknya.
"Udah nurut aja! Mama udah masak banyak. Kan sayang nanti gak ada yang makan. Kamu tahu sendiri 'kan kalau papa pulangnya sore dan Briyan belum tentu pulang atau tidak karena harus menyiapkan projectnya."
Tidak bisa menolak, akhirnya bekal itu langsung masuk kedalam ransel milik Brayan.
"Kalau bawa motor jangan ngebut-ngebut! Ingat, kamu belum nikah!" pesan mamanya saat Brayan sudah memasang helm di kepalanya.
"Iya, Mamaku sayang. Rayan akan hati-hati. Kalau begitu Rayan berangkat dulu ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Sesuai dengan pesan mamanya, Brayan hanya mengendarai sepeda motornya dengan pelan. Jarak yang dia tempuh pun juga tidak terlalu jauh, sehingga dia tidak perlu melaju kencang untuk memburu waktu.
Untuk pertama kalinya setelah 4 tahun berlalu, kini Brayan bisa mengendarai sepeda motor kesayangannya lagi. Rindunya telah terobati saat dia bisa berkeliling jalanan terlebih dahulu sebelum menuju tempatnya mengajar.
"Kayaknya ini jalan baru." Brayan bergumam dalam hati sambil melihat kanan kirinya yang terasa asing baginya.
"Kemarin kayaknya nggak lewat sini deh." Kini Brayan memilih untuk memberhentikan sepeda motornya di pinggir jalan dan membuka helm yang menutup kepalanya.
Dia mengamati jalanan dengan seksama. Empat tahun berlalu membuat banyak perubahan disekitar jalan, sehingga dia tidak bisa mengenali jalanan dengan jelas. Dan saat matanya menangkap sebuah objek petunjuk arah, dia pun langsung mengernyitkan keningnya. Ternyata saat ini dia sedang salah arah.
Seharusnya Brayan tidak mengambil jalur ke kiri, tetapi entah apa yang ada di dalam pikirannya sehingga dia mengambil jalur tersebut.
"Astaghfirullahaladzim .... bisa-bisanya salah jalan," gerutunya dengan helaan napas panjang. "Eh tunggu ... kalau gak salah ini jalan menuju ke rumah Fisya, deh! Aduh ... ngapain juga aku lewat jalan sini, harusnya 'kan aku belok kanan bukan belok kiri." Brayan bermonolog sambil menyalahkan dirinya sendiri.
Saat melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Brayan hanya bisa menghela nafas beratnya. Karena saat ini waktu telah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Seharusnya Brayan sudah sampai di pondok, akan tetapi karena dia salah jalan dia harus terlambat sampai ke pondok.
"Astaghfirullah, sebenarnya apa yang aku pikirkan!" Brayan memasang kembali helmnya dan kemudian melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti.
Tidak bisa melaju dengan pelan lagi, dia pun mengabaikan pesan mamanya. Dengan kecepatan tinggi, Brayan membelah jalanan yang sedikit padat berharap segera sampai di tempat tujuan, karena saat ini dia telah terlambat. Namun, mendadak Brayan harus mengerem secara mendadak ketika sebuah mobil berhenti secara tiba-tiba di depannya di untuk menurunkan seseorang. Beruntung saja motor Brayan tidak mencium pantat mobil yang ada di depannya.
Sebenarnya Brayan ingin marah, tetapi mengingat dia sedang buru-buru dia memilih berlalu begitu saja. Sekilas Brayan melihat wanita yang baru saja turun dari mobil.
Meskipun telah berpisah selama empat tahun, namun tak membuat Brayan tak bisa mengenalinya. Namun, karena saat ini Brayan sedang memburu waktu, dia memilih untuk melanjutkan perjalanannya.
"Benarkah itu Fisya? Dan .... apakah pria itu adalah calon suaminya? Lalu apakah sudah tak ada kesempatanku untuk memperjuangkannya?"
***
Dengan pikiran penuh tanda tanya, akhirnya motor yang dikendarai oleh Brayan telah sampai di tempat tujuan. Tak ada rasa cemas ketika dia datang terlambat dihari pertamanya mengajar.
Bangunan gedung dibagi menjadi dua bagian. Gedung selatan dan gedung utara. Dimana gedung utara adalah milik siswa laki-laki, sedangkan gedung selatan adalah gedung milik siswa perempuan.
Sekolah yang berbasis boarding school, dimana semua siswa diwajibkan untuk tinggal di asrama. Selain mendapatkan pelajaran formal, semua siswa juga mendapat pelajaran tambahan untuk ilmu keagamaan.
Karena saat ini yang sedang dibutuhkan adalah guru olahraga, maka Brayan hanya pasrah menerima jabatannya sebagai guru olahraga. Meskipun dalam hati Rayan sangat menginginkan untuk menjadi guru fisika.
"Pak Rayan, semoga anda betah untuk mengajar di sini ya," kata salah seorang guru, saat Brayan selesai memperkenalkan diri kepada para guru yang ada di kantor.
"Iya, Bu. Mudah-mudahan saya betah."
Di dalam ruangan kantor ternyata masih ada beberapa guru lama, dimana mereka adalah guru Brayan saat dia masih menjadi murid. Para guru itu pun sangat salut atas prestasi yang diraih oleh Brayan, mengingat dulu Brayan adalah salah satu murid yang seringkali membuat onar. Namun, siapa yang menyangka, kini Brayan tumbuh menjadi orang yang sangat membanggakan.
Karena saat ini Brayan sedang mengajar gedung Selatan, sudah pasti muridnya adalah perempuan. Tidak seperti sekolah lainnya yang akan histeris saat melihat guru tampan masuk ke dalam kelas, mereka hanya menyambut dengan baik guru baru tanpa ada sorak menyorak ataupun candaan yang dilemparkan kepada guru baru tersebut.
"Senang bisa bergabung dengan sekolah kalian. Semoga kedepannya kita bisa bekerjasama untuk kemajuan sekolah ini," ujar Brayan setelah melakukan perkenalkan diri.
"Sya, sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Kamu tahu sendiri kan kalau aku juga harus bekerja," kata pria tampan yang sudah mengantarkan Nafisya ke butiknya.
Dengan senyum manis yang menghias di bibirnya Nafisya pun menjawab, "Iya. Tidak apa-apa, Mas. Fisya tahu kok."
Detik itu juga ponsel Alqan berdering. Melihat siapa yang memanggil, bukannya langsung menjawab tetapi Alqan malah langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Lho, kenapa gak diangkat, Mas?" tanya Nafisya heran.
"Ah, ini dari teman kantor," jawab Alqan sedikit gugup.
"Ya sudah, kamu berangkat saja ke kantor. Makasih ya, udah mau nganterin aku."
Alqan hanya bisa menarik tipis kedua sudut bibirnya lalu meninggalkan butik milik Nafisya. Setelah sampai di luar, Alqan segera menjawab ponselnya yang sedari tadi terus bergetar.
"Iya, aku tahu. Aku segera kesana!" Jawaban ketus keluar dari bibir Alqan.
Mobil Alqan pun segera meninggalkan butik dan melaju dengan kecepatan tinggi agar segera sampai ditujuan berikutnya.
..._...
..._...
..._...
...🌹BERSAMBUNG 🌹...
...JANGAN LUPA DUKUNG NOVEL AUTHOR DENGAN CARA LIKE DAN KOMEN 🙏 GAK MINTA LEBIH 😃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Mister Sutijono
ok lanjut.
2023-12-21
0
Amanah Amanah
tuuuuh dri cewek lain ya...alqan
2023-01-01
1
Nafisatun Najah
kak ko peranya ngepasin banget sih, nafisyah namaku, agung temanku di pondok, juga ngajar b. inggris di pondok😁😁😁
2022-10-10
2