Orang tua mana yang tidak akan kesal jika ritualnya malamnya diganggu oleh anaknya sendiri. Apalagi hanya untuk mengutarakan hal konyol.
Agung yang baru saja dibuat kesal harus terbelalak saat mendengar permintaan Brayan yang ingin segera melangsungkan pernikahannya dengan Fisya.
"Pa, niat baik itu arus disegerakan, takutnya nanti ada setan sebelum kami halal," ujar Brayan menyakinkan papanya.
Agung mengacak kasar rambutnya. Baru saja tadi Brayan meminta di lamarkan dan setelah di kabulkan, kini Brayan minta segera dinikahkan. Agung hanya bisa membuang napas beratnya.
"Kamu ini minta nikah kayak anak kecil yang minta jajan. Disitu minta disitu harus ada. Kamu pikir nikah hanya serah terima saja? Butuh persiapan, Ray!"
"Rayan tahu, Pa. Rayan gak minta dibuatkan acara yang mewah. Rayan hanya mau mengucapkan ijab di depan penghulu itu aja. Rayan gak mau terbawa arus dosa, Pa. Rayan ingin menjalani pacaran setelah menikah, mau diapain aja 'kan udah sah. Ma, bilang dong sama Papa!" rengek Rayan pada mamanya.
Brayan yang memang sangat dekat dengan mamanya selalu menggunakan kesempatan itu untuk membujuk papanya. Karena apa yang dikatakan oleh mamanya pasti akan dituruti oleh papanya.
"Mas ...."
"Sudahlah. Aku akan kalah jika kamu sudah berbicara. Oke, besok Papa akan bertemu lagi kepada pak Yusuf untuk membicarakan masalah pernikahan. Sekarang kamu tidur sana, ganggu aja!" usir Agung sambil mendorong tubuh Brayan agar meninggalkan kamarnya.
"Baiklah. Kalau seperti ini Rayan bisa tidur dengan nyenyak." Rayan-pun segera melenggang pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang segera menutup pintu kamarnya.
"Dek, anak kamu benar-benar ya! Belum ada satu bulan di rumah sudah membuat aku hampir gila. Minta nikah seperti minta nganu aja."
"Sabar, Mas. Rayan udah mengambil keputusan yang benar kok. Lebih baik segera menikah dari pada berbuat zina." Nuri berkata sambil menenangkan suaminya.
"Kok aku mencium aroma sindiran, ya? Baiklah aku mengaku salah. Rayan memang harus segera menikah, agar dia tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Jangan mengingat masa lalu! Bukankah kita sudah berjanji tidak akan mengingatnya kembali."
Agung merasa sangat menyesal jika teringat masa lalu yang kelam. Dia juga tidak ingin anaknya terjerumus dalam kubangan dosa seperti dirinya dahulu.
Agung segera membawa Nuri ke atas ranjang untuk melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Semua ini gara-gara Brayan, selain mengganggu pacuannya, tanpa sengaja Brayan juga mengungkit luka di masa lalu. Luka yang tak kasat mata. Meskipun sudah dibalut dengan sejuta kebahagiaan, tetap saja akan selalu membekas dalam ingatan.
**
Hari berlalu hari. Brayan begitu bersemangat untuk menanti hari dimana dia akan mengikat Fisya dalam ikatan pernikahan yang sah. Semua persiapan pernikahan pun 88% hampir siap.
"Sya, undangan buat Alqan dan Zulfa jangan sampai ketinggalan, ya!"
Fisya mengecek kembali kertas undangan untuk memastikan nama Alqan dan Zulfa tidak tertinggal.
"Udah aman."
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal lagi, Brayan dan Fisya segera berangkat untuk menyebarkan undangan pernikahan mereka kepada teman-temannya.
"Sya, kamu gak menyesal 'kan untuk menikah denganku. Aku tidak mempunyai mobil dan aku hanya tenaga pengajar, bukan pekerja kantoran."
Fisya yang dibonceng tidak mempermasalahkan hal itu. Karena yang terpenting adalah Brayan benar-benar mencintainya dan tidak akan menyakitinya, itu sudah cukup untuk Fisya.
"Materi bisa dicari, tapi hati tidak bisa dicari. Jika kamu tidak mempunyai mobil, kamu bisa kok pakai mobil aku."
"Kamu benar hati yang tulus tidak bisa di cari. Tapi aku tidak setuju dengan ucapan terakhirmu. Mau diletakkan dimana wajahku di depan Abi jika aku memakai mobilmu. Aku akan berusaha membelikan mobil sendiri, bahkan aku juga akan membeli rumah dengan hasil keringatku sendiri. Tapi kamu harus sabar, karena calon suamimu ini hanya seorang tenaga pengajar, bukan seorang CEO."
Perjalanan kali sangat berkesan untuk Brayan. Berbagai doa mengalir untuk keduanya. Brayan hanya mengundang teman yang masih bisa di hubungi, sedangkan Fisya mengundang hampir semua kenalannya. Tak terkecuali dengan Zulfa.
"Kamu yakin kuat ketemu Alqan sama Zulfa?" tanya Brayan setelah sampai di sebuah apartemen mewah tempat tinggal Zulfa.
"Untuk apa? Aku tidak merasa memiliki perasaan kepada mas Alqan, untuk apa aku harus merasa sakit hati. Justru aku sangat bersyukur, jika ternyata mas Alqan sudah memiliki wanita yang dicintainya. Kalau tidak ... mana mungkin kita akan menikah," ujar Fisya, sambil mengembangkan senyum indah yang mampu menggetarkan jantung Brayan.
"Udah, gak usah senyum seperti itu! Jelek tahu! Gara-gara senyummu, aku bisa terkena serangan jantung dadakan."
"Tapi aku akan selalu tersenyum untukmu, kali aja setelah menikah kamu benar-benar terkena serangan jantung dan langsung innalilah. Jadi warisan bagian milikmu akan jatuh tanganku," kekeh Fisya.
"Hus .. kamu nyumpahin aku mati? Ucapan itu doa lho, Sya. Masa iya kamu doain aku mati," protes Brayan dengan wajah yang di buat kesal.
Fisya tidak membalas lagi ucapan Rayan dan memilih segera masuk ke dalam lift untuk menuju kamar Zulfa.
Beruntung Zulfa masih berada di apartemennya. Fisya langsung memberikan kartu undangan kepada Zulfa berharap wanita itu bisa menghadiri acara sakralnya
"Wah ... selamat ya, Sya. Akhirnya kamu duluan yang menikah," Zulfa memeluk tubuh Fisya, merasa turut bahagia.
"Iya. Semoga kamu cepat menyusul ya."
Tiba-tiba, raut wajah Zulfa berubah sangat murung. Dampak dari kegagalan perjodohan Alqan dan Fisya berimbas pada hubungan Alqan dengan Zulfa.
Papa Alqan memberikan peringatan keras kepada Zulfa untuk menjauhi Alqan. Karena sampai kapanpun, papa Alqan tidak akan pernah memberikan restunya.
Fisya yang mendengar ikut prihatin atas apa yang telah terjadi kepada Zulfa. "Kamu yang sabar ya, kalau kamu dan Mas Alqan berjodoh, cepat atau lambat Allah akan menyatukan kalian."
Sepanjang perjalanan, Fisya hanya terdiam. Rasa bersalah bersarang dalam hatinya. Namun, dia segera menepis perasaan itu. Bukan salah dirinya jika orang tua Alqan membenci Zulfa.
"Sudah, gak usah di pikiran. Jangan merasa bersalah seperti itu! Mungkin Alqan bukan jodohnya Zulfa." Brayan menghibur agar Fisya tidak menyalakan dirinya sendiri.
Hampir satu hari menjelajahi jalanan, keduanya merasa sangat lelah. Motor yang Brayan kendarai menepi disalah satu masjid besar. Fisya yang menyadari sedang berada dimana langsung terkejut.
"Ray ... kita ngapain disini? Inikan Masjid yang sedang viral di tik tik itu 'kan?"
"Kita sholat Ashar disini. Sekalian mau berdoa, semoga Allah mengabulkan atas doa-doaku," ujar Brayan.
Brayan berharap berdoa di Masjid Agung dengan tulus dan khusuk bisa menembus langit. Brayan hanya ingin berdoa agar semuanya bisa berjalan dengan lancar dan keduanya bisa membangun rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah.
...~~~...
...🌹 Bersambung 🌹...
...Jangan lupa LiKe, OKE!...
...🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Baek chanhun
next Thor 💪😍👍🙏🏻
2022-07-07
0
Nena Anwar
udah Fisya jangan mikirin hubungan Alqan dan Zulfa toh mereka juga gk mikirin kamu
2022-07-07
2