Mendung akan pergi saat mentari telah menyapa. Mengusir jauh, hingga semua bisa tersenyum kembali. Kebohongan yang bertahta, tidak akan pernah selamanya bisa tertutupi, manakala kuasa-Nya telah berbicara.
Fisya yang belum lama menyantap makan malam bersama dengan Brayan, menolak saat Uminya menawarkan makan malam kepada dirinya.
Setelah membersihkan diri, Fisya segera bergabung bersama dengan Abi dan Umi yang masih bersantai di ruang tengah.
Abi Fisya sudah membatalkan perjodohan Fisya dengan Alqan. Pria yang dianggap bisa menjaga putrinya ternyata telah membuatnya sangat kecewa. Beruntung saja Allah segera menunjukkan kebenarannya jika Alqan tidak mencintai Fisya.
"Sya, ada yang ingin Abi bicarakan kepadamu. Abi harap kamu bisa ikhlas untuk menerima keputusan Abi. Maaf Abi sudah egois. Abi tidak mencari tahu lebih dahulu seluk beluk pria yang akan Abi jodohkan kepadamu."
Fisya menautkan alisnya. Dia masih belum mengerti apa yang hendak dibicarakan oleh Abinya. Namun, Fisya yakin jika arah pembicaraan itu tentang perjodohannya dengan Alqan.
"Ada apa, Bi?" Fisya mengambil tempat duduk di sebelah Abinya.
Sambil mengeluarkan napas beratnya, Abi segera menceritakan kepada Fisya jika perjodohannya dengan Alqan telah batal.
"Jadi pertunangan ini batal?" tanya Fisya terkejut.
Abi mengangguk pelan sebelum mengucapkan kata iya. Dalam hati Fisya sangat bersyukur jika pertunangannya telah dibatalkan. Akhirnya ia doa-doa Fisya selama terkabulkan juga.
Ya Allah, terimakasih Engkau telah mengabulkan doa yang telah ku panjatkan selama ini.
"Jangan bersedih ya, Nak. Mungkin Alqan bukan jodohmu," sambung Umi.
"Iya, Umi. Fisya tidak akan bersedih, karena Fisya yakin jika jodoh Fisya tidak akan tertukar," pungkas Fisya.
**
Malam yang semakin larut tak membuat Brayan memejamkan matanya. Bibirnya terus mengulum senyum saat mengingat beberapa jam yang lalu, dimana dia dan Fisya telah resmi berteman. Bahkan mereka juga saling meminta maaf akan kejadian yang telah berlalu.
Semakin hari rasa yang dimiliki Brayan semakin terpupuk dan kini rasanya mulai bersemi. Bahkan Brayan selalu berdoa agar pertunangan Fisya batal.
Satu notifikasi masuk kedalam ponsel Brayan. Dia mendengkus kesal mengingat hari sudah larut, tetapi masih ada yang mengirim pesan kepada dirinya.
"Siapa sih kirim pesan gak tahu waktu!" gerutunya sambil mengambil benda pipih yang berada diatas nakas.
"Fisya," gumamnya dengan mata membulat lebar.
Brayan langsung memegangi dadanya yang telah berdebar. Bahkan hanya dengan menyebut nama Fisya jantungnya sudah bergejolak tak menentu.
"Ngapain dia malam-malam kirim pesan ya? Apakah dia sedang tidak bisa tidur lalu memikirkan ku?" Brayan menduga-duga dengan wajah yang berbinar.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Dengan pelan Brayan membuka chat dari Fisya. Namun, Brayan harus menelan kasar kekecewaannya. Ternyata isi pesan dari Fisya adalah baju pesanan mamanya sudah ready dan besok sudah bisa di jemput di Butik.
"Apa hubungannya denganku, Sya! Itu 'kan urusan kamu sama mama! Kamu bener-bener ya, Sya!" Brayan merutuki pikirannya yang sudah berlebihan. Mana mungkin Fisya akan memikirkan dirinya, sedangkan sebentar lagi Fisya akan menikah dengan pria lain.
"Ingat, Ray! Kamu dan Fisya itu hanya berteman biasa! Jangan berharap lebih!"
"Selama janur kuning belum melengkung, kamu masih bisa memiliki harapan untuk bisa memiliki Fisya!"
"Ingat Ray, Fisya tidak memiliki perasaan apa-apa kepadamu. Kamu harus sadar jika Fisya sebentar lagi akan menikah!"
"Jika kamu ingin memilikinya, ayo berjuang untuk bisa mendapatkan hatinya!"
Suara dalam hatinya yang saling menentang. Satu sisi lain ingin merelakan Fisya, tetapi satu sisi lain ingin berjuang demi hatinya.
Ting!
Belum juga Brayan membalas pesan dari Fisya, ternyata Fisya mengirimkan pesan lagi. Namun, kali ini bukanlah tentang pesanan mamanya, melainkan pertanyaan apakah Brayan sudah tidur atau belum. Jelas saja wajah Brayan langsung sumringah setelah membaca pesan dari Fisya.
Saling berbalas pesan membuat keduanya lupa waktu hingga larut malam. Mata yang memang sulit untuk memejam, tiba-tiba mendapatkan vitamin penambah semangat, dan terjadilah Brayan tidak bisa tidur karena terlalu bahagianya.
Brayan yang diam-diam mengambil foto Fisya saat mereka berada di lesehan tadi selalu ditatap sambil menunggu pesan balasan dari Fisya. Keduanya saling berbalas pesan membahas kisah konyol yang telah berlalu. Keduanya sama-sama pembuat onar, tak heran jika keduanya pernah di sumpahi oleh para temannya untuk berjodoh karena sama-sama tidak pernah akur.
[ Ray, sambung besok ya. Oh iya, besok kalau mau berangkat ke reunian, kita bareng aja ya ]
Brayan terbelalak saat membaca pesan terakhir dari Fisya. Bagaikan mendapat durian runtuh bisa berangkat bersama dengan Fisya.
[ Siap. Aku jemput kamu di rumah, karena aku ingin izin dengan Abi-mu. ]
Sebagai seorang pria yang sejati, Brayan tidak ingin membawa Fisya tanpa seizin dari orang tuanya, meskipun Brayan mengetahui jika Fisya telah di jodohkan.
***
Dengan mulut yang terus menguap, Brayan menarik sebuah kursi di samping papanya yang sedang menunggu dirinya. Dengan alis yang mengangkat Agung bertanya kepada Brayan. "Tadi malam kamu ngapain? Begadang?"
"Iya Pa. Ada bisnis penting," balas Brayan dengan cepat.
"Bisnis apa itu?" sahut mamanya.
"Ah, mama mau tau aja," balas Brayan tersenyum kecil.
"Mama harus tahu, karena Mama tidak mau kamu sampai tertipu dengan bisnis abal-abal," sambung mamanya lagi.
"Mama tenang aja, Rayan membutuhkan Mama sebagai partner bisnis Rayan kali ini."
Agung yang berada disamping Brayan hanya bisa menautkan kedua alisnya. Dia merasa sedang tidak dianggap oleh anak dan istrinya. Bahkan Agung tidak bisa menyela pembicaraan keduanya.
"Bisnis menguntungkan tidak?"
"Jelas dong, Ma. Sangat menguntungkan sekali. Rayan yakin Mama akan bahagia jika bisnis Rayan berhasil."
"Sepertinya semenjak kemunculan anak ini, semakin hari aku telah diabaikan begitu saja," sindir Agung.
Nuri hanya bisa mendengkus kasar saat suaminya sama sekali tidak berubah. Bahkan kepada anaknya saja dia masih suka iri.
"Sepertinya ada yang butuh perhatian nih," Brayan langsung melayangkan sindirannya.
"Abaikan saja papamu yang haus perhatian," saran mamanya sambil sambil melirik kearah suaminya.
Agung hanya bisa menelan kasar salivanya saat ibu negara sudah menurunkan titahnya. Namun, Agung tidak mengambil hati atas ucapan sang Istri. Dia tahu jika saat ini istri memang sedang merasa kesal kepada dirinya.
"Oh iya, Ma. Kata Fisya pesanan Mama udah ready di butik. Kapan mau Mama ambil, biar aku yang antar," ucap Rayan.
"Ya ampun cepat sekali. Padahal baru kemarin Mama ordernya. Memang Butik Fisya paling keren," puji mamanya.
Brayan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi mamanya saat mengetahui bisnisnya adalah sedang melakukan pendekatan kepada Fisya. Brayan membutuhkan mamanya untuk melancarkan rencananya, karena Brayan tahu jika mamanya juga menyukai Fisya.
Cinta memang butuh perjuangan. Sya, maaf jika aku terlalu berambisi untuk memiliki mu. Aku tidak akan pernah rela jika kamu bersanding dengan pria lain. Terlebih, pria itu tidak mencintaimu.
...~~~...
...🌹 BERSAMBUNG 🌹...
...JANGAN LUPA LIKE, OKE!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Kairos Iros
jodoh.kita.tdk.tahu.namun.sdh.disiapkan.oleh.yg.mahs.Kuasa.amin.ceritanya.dilanjutkan.dong
2024-05-21
1
Benazier Jasmine
jodoh tak akan kmn rayan😂
2023-01-02
1
Amanah Amanah
partner yang kompak,ksihn PPA agung diabaikn
2023-01-01
0