Bab 20

Ana dan Rere tak sanggup melihat Nino yang akhirnya di keremuni oleh gerombolan zombie itu, padahal Ana sudah beberapa kali mencoba untuk menolong Nino dengan mencoba mengalihkan fokus mereka ke cahaya senter.

"Nino!" Rere menjerit histeris, dia menutup kedua wajahnya, tidak sanggup melihat Nino yang digigit dan dikerumuni oleh banyak zombie. "Kenapa kamu harus bernasib mengenaskan kayak gini?" lirihnya.

"Argghhh..." Nino mengerang kesakitan karena para zombie mengigit tubuhnya secara berutal, dia merasakan ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya, begitu terasa panas, dan merasa kehausan yang luar biasa.

Nino tidak ingin berubah seperti mereka, Nino sangat tau kelemahan zombie disana adalah kepala dan jantung, karena itu dia meraih pisau yang tergeletak di aspal.

Jlebb

Dia memilih menusukan pisau itu menembus dadanya, mengenai jantungnya, dia ingin mati dalam keadaan dia masih menjadi manusia. Hanya ini yang dia bisa lakukan untuk mereka yang masih selamat.

Sampai akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tersenyum, dan lalu tubuhnya ambruk kembali ke aspal.

"Ya Tuhan... Nino!" Ana menangis melihatnya.

Dengan tangan gemeteran Ana membiarkan cahaya senter itu masih menyorot ke bawah sana, setelah Nino mati, pasti mereka akan mencari mangsa lain, karena itu dia harus kembali membuat para zombie fokus ke permainannya agar zombie yang berkeliaran ke bawah tidak ada yang ikut masuk ke dalam gedung apartemen, karena dia tau Dave cs sedang dalam perjalanan datang kemari.

Ana menghapus air matanya yang mengalir, dia melemparkan barang apa saja ke bawah sana untuk menimbulkan bunyi kegaduhan, lalu memberikan senter itu pada Rere, "Tolong ambil alih sebentar."

Rere tidak bisa menolaknya, dia melihat Ana yang kelihatan marah sekali. Rere terpaksa mengambil senter itu dan mencoba untuk terus menggoda gerombolan zombie disana dengan cahaya senter.

Sementara itu Ana dengan penuh rasa emosi, dia menghampiri Marsell dan kembali menampar Marsell yang sedang berdiri disudut balkon sebelah kanan.

Plakk

"Aarggghhh..." Marsell meringis memegang pipinya, padahal tadi Ana sudah menamparnya saat dia melemparkan botol minuman ke bawah, ke arah Dave. Marsell menatap tajam pada Ana, dia tidak terima harus ditampar lagi oleh Ana.

"Apa kamu puas melihat Nino menjadi korban gara-gara perbuatan kamu itu?" bentak Ana.

Marsell malah terkekeh, dia sedikit meringis "Kenapa kamu harus semarah itu? Kamu marah karena Nino menjadi korban atau tidak terima karena aku hampir mencelakai Dave heuh?"

"Dua-duanya." jawab Ana dengan membulatkan matanya, "Kamu bisa berada disini karena Dave, tapi kenapa kamu tega mau mencelakai dia? Bahkan Nino harus menjadi korban keganasan mahkluk itu gara-gara kamu. Mereka itu teman kita, Sell." Ana mengatakannya dengan nada tinggi.

"Hahaha... teman?" Marsell sangat tidak terima jika menyebut Dave dan Nino itu temannya, "Mereka mau berteman dengan aku karena aku pintar, mereka memanfaatkan kepintaranku. Anehnya orang seperti Dave bisa populer dikuliah hanya karena dia kaya, aku hanya seperti pengawalnya yang selalu mengikuti dia kemana-mana, bahkan dia selalu merendahkan harga diriku dengan selalu memberi aku uang."

"Itu karena pikiran kamu selalu negatif terhadap orang. Kenyataannya Dave dan Nino menganggap kamu teman mereka."

"Kalau bukan gara-gara mereka, aku gak akan ada disini, Na. Aku sudah bilang aku gak akan ikut, tapi mereka malah memesan tiket untukku. Mereka itu sok baik, aku muak melihatnya." Kini Marsell menjadi emosi pada Ana.

"Mereka tidak tau kejadiannya akan seperti ini, Sell. Aku juga kalau tau akan seperti ini tidak akan pergi. Ini diluar dugaan. Satu hal yang harus kamu tau mereka melakukannya bukan untuk merendahkan kamu, tapi mereka peduli sama kamu."

Mersell pun terdiam.

"Mulai sekarang hubungan diantara kita berakhir." Ana mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

Marsell tidak terima Ana memutuskan dirinya begitu saja. "Ya gak bisa gitu dong Na. Kamu memutuskan aku gara-gara Dave dan Nino!"

"Iya, karena mereka teman aku."

Marsell tertawa kecil, "Asal kamu tau teman itu bisa saja menjadi musuh. Contohnya Rere, dia telah berselingkuh dengan aku, apa kamu tau itu?"

Rere yang sedang mengalihkan perhatian zombie , dia sangat terkejut karena Marsell malah memberitahu hubungannya dengan Marsell pada Ana, sampai dia tidak sengaja menyorotkan cahaya senter itu kemana saja, tak beraturan.

Apalagi Ana, dia tidak menyangka Rere akan mengkhianatinya. Dia langsung merebut kembali senter itu dari tangan Rere, jangan sampai para zombie disana mengejar Dave cs, dia harus tetap mengalihkan perhatian mereka walaupun perasaannya sedang terluka.

"Apa itu benar, Re?" tanya Ana. Dia berharap ucapan Marsell itu salah. Dia masih berusaha fokus untuk membuat para zombie disana terus mengejar sororan cahaya itu.

"Maafkan aku, Na. Aku salah, aku menyesal mengapa aku harus terpedaya oleh bujuk rayunya Marsell." Rere menangis, dia sangat merasa bersalah pada Ana. Dia tidak peduli dengan kehadiran Marsell disana.

Ana sangat terluka mendengarnya, bukan karena Rere ingin merebut Marsell darinya, tapi karena merasa dikhianati sebagai seorang sahabat. "Kita bicarakan masalah ini nanti saja jika kita sudah pulang nanti, karena itu kamu harus terus hidup, jangan terluka. Satu hal yang aku ingin katakan sama kamu..."

Rere dan Marsell mengerutkan dahinya menunggu Ana melanjutkan perkataannya.

"Terimakasih sudah membuat aku yakin untuk putus dengan pria jahat dan egios seperti Marsell." Ana melanjutkan perkataannya.

Marsell tidak terima disebut pria jahat dan egois, "Kamu bilang apa tadi? Aku jahat dan egois?"

"Ya kamu jahat sudah membuat Nino meninggal gara-gara kamu. Secara tidak langsung kamu yang telah membunuhnya, Marsell."

Marsell tertawa kecil, "Oke, kalau begitu aku akan menjadi pria yang kamu sebutkan tadi."

Marsell masuk ke dalam, dia merebut remote control dari tangan Rangga.

"Oh itu remote..." Rangga belum meneruskan perkataannya kerena Marsell keburu menginjak-injak remote itu sampai rusak.

Dengan begitu Rangga tidak bisa mengelabui para zombie yang berada di koridor sana.

"Marsell!" Ana sangat marah sekali padanya.

Terpopuler

Comments

cookie_23

cookie_23

Marcell andai lo tadi gak usah ke apartemen aja mati aja sono dimakan zombie biar mampus

2023-12-29

0

alice🍂

alice🍂

MARCELL MATI AJA LO ANJINK

2023-10-14

1

Diana Oktavia

Diana Oktavia

ninooo gk tega sedihhh akutuh 😢😢😢 km adalah pahlawan untuk mira dan teman2mu yg lain😭

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!