Bab 18

Rombongan yang bersembunyi di ATM Center itu kini hanya tinggal menyisakan Marsell, Rere, Alan, Tio, dan seorang murid SMA bernama Rangga.

Mereka berjalan dengan pelan menaiki tangga darurat satu persatu, setidaknya mereka bisa sedikit bernafas lega karena sudah tidak ada lagi yang mengejar mereka, itu semua karena perhatian para zombie teralihkan dengan mengejar bunyi dari barang-barang yang Ana lempar ke bawah, termasuk cahaya senter yang dimainkan Dave dari tadi.

Marsell yang berjalan di jajaran paling depan, dia berjalan dengan pelan sambil mengangkat balok kayu, untuk bersiap siaga siapa tau ada zombie yang tiba-tiba muncul menyerang dirinya.

Namun sialnya, di atas sana, tepatnya di Koridor, terdengar suara erangan zombie, dari suaranya terdengar jumlah begitu banyak, membuat Marsell ragu untuk membuka pintu exit.

Dave sangat tau ada banyak zombie berada di Koridor sana, tepatnya berada di depan pintu apartemen. Dengan pelan Dave membuka pintu sedikit dan mengeluarkan mobil remote di balik bawah pintu.

Suara decitan pintu mengundang para zombie untuk segera berlarian ke arah pintu.

Dave dengan cepat menutup pintu kembali, dia sedikit kewalahan karena karena para zombie menekan pintu itu dengan kuat.

Deva segera menekan tombol on pada remote, sehingga mobil remote itu bergerak, gerakan dan suara mobil remote itu menarik perhatian para zombie disana.

"Agghhkkkrr...Agghhkkkrr..."

Mereka berlarian mengejar mobil remote yang terus bergerak menjauh dari pintu apartemen.

Dave bergegas keluar, dia terus mengendalikan mobil remote agar semakin menjauh darinya. Benar saja suara raungan zombie semakin terdengar jauh.

Setelah merasa situasi telah aman, tidak terdengar lagi suara raungan zombie disana, Marsell membuka pintu depan pelan, mereka segera memasuki koridor satu persatu dengan pelan.

Mereka bertemu dengan Dave yang sengaja keluar untuk menjemput mereka.

Rere terlihat senang saat melihat Dave, "Dave!" bisiknya sambil merangkul Dave saking senangnya.

"Cepat kita masuk!" bisik Dave dengan pelan kepada 5 orang yang selamat di ATM center itu.

Mereka menganggukkan kepala, dan berjalan pelan, terus melangkah menuju ruang apartemen yang menjadi tempat persembunyian Dave dan Ana, sampai akhirnya mereka bisa masuk ke dalam dengan aman.

Marsell langsung merebahkan dirinya ke kursi sofa, dia tidak menyangka akhirnya bisa sampai juga ke apartemen ini dengan selamat, nafasnya terengah-engah.

Berbeda dengan Rere yang memikirkan Mira karena pegangan tangan mereka terlepas begitu saja saat zombie menyerang mereka.

Tio masih termenung di sudut apartemen. Mungkin karena dia sangat merasa sedih, telah kehilangan banyak rekan kerja dan murid-muridnya. Dia hanya bisa menyelamatkan satu murid, yaitu Rangga, yang ikut bersamanya kesini.

Sementara Alan, dia masih merasa bersalah mengingat dia telah meninggalkan istrinya, memilih menyelamatkan diri sendiri, apalagi dia sangat merasa malu sekali pada Dave, karena dia meninggalkan Dave juga yang sedang menggotong istrinya.

Tentu saja Dave masih ingat wajah Alan, si pria berkaca mata itu. Kalau dibilang kesal pasti iya, tapi Dave tidak ingin memperpanjang masalah, mungkin Alan melakukannya karena ingin menyelamatkan dirinya sendiri walaupun dengan cara tega meninggalkan dia dan istrinya sendiri.

Rere menemui Ana dengan perasaan sedih, "Ana!"

"Hai Rere!" Ana sangat senang akhirnya bisa melihat sahabatnya lagi, tapi dia tidak boleh lengah harus fokus memperhatikan para zombie itu.

"Aku berpisah sama Mira An, tadi." kata Rere dengan nada sedih.

"Mira pasti selamat ko, dia masih berada di dalam mobil. Ada Nino juga."

Rere memperhatikan kebawah sana. Dari bajunya dia tahu bahwa itu baju Nino. Hampir saja dia berteriak menyebut nama Nino saking senangnya, beruntung Ana keburu memperingatinya.

"Jangan berteriak ya Re, mereka tidak boleh mendengar suara kita. Monster itu harus fokus di satu tempat."

Rere memperhatikan para zombie yang sedang saling menindih memperebutkan pantulan cahaya senter di bawah sana, Rere bergidik ngeri jika memperhatikan jumlah mereka yang sangat banyak sekali.

Dave pun menemui Ana kembali di balkon sana yang sedang berdiri bersama Rere.

"Apa mereka sudah berangkat?" tanya Dave pada Ana.

"Belum, mereka lagi menjemput Mira dan anak-anak dulu di dalam mobil" Ana masih terus fokus mengalihkan perhatian zombie pada cahaya senter. Dia sangat tahu sekali Diego memiliki anak dan Adel juga ikut bersama Diego dan Rachel, Ana yakin di dalam mobil sana ada dua anak yang selamat.

"Dave, ah aku tidak menyangka kamu keren juga." Seru Rere, dia merangkul lengan Dave. "Sebenarnya emang dulu keren sih Cuma kamu pria yang nakal, makanya aku gak begitu suka. Tapi sekarang aku berubah pikiran, setelah kita keluar dari sini ayo kita berkencan."

Ana terbelalak mendengarnya, untung saja dia masih fokus dengan kegiatannya, dan melempar barang kembali ke arah gerombolan zombie itu, para zombie harus tetap fokus di daerah sana.

Dave tidak merespon perkataan Rere, dia melepaskan tangan Rere yang menggandeng tangannya.

"Ana!" seru Marsell, dia sangat lega karena bisa melihat lagi kekasihnya. Dia ingin memeluk Ana tapi Ana malah menghindar.

"Aku lagi fokus, Marsell."

Dave menatap Marsell dengan tatapan serius, "Sell, kita sebagai sesama pria harus bicara di dalam." Dave mengajak Marsell untuk mengikutinya, dia baru saja masuk ke dalam.

Marsell hanya menghela nafas, dia terpaksa mengikuti Dave ke dalam.

Rupanya bukan cuma mengajak Marsell, tapi Dave juga mengajak Tio, Alan dan Rangga berkumpul sebagai sesama pria.

"Dibawah sana ada 7 orang yang sedang berjuang untuk bisa datang kesini. Karena itu ayo kita jemput mereka, mereka membawa dua anak kecil, pasti butuh sekali pertolongan."

Marsell sangat keberatan mendengarnya "Dave, gue baru aja nyampe sini. Gue capek dari tadi harus bertarung dengan monster sialan itu."

"Disini semuanya juga capek, Sell. Gue juga sama. Apa lu tau dari ketujuh orang itu ada Nino dan Mira, lu gak mau membantu teman kita?"

Marsell menghela nafas, "Sorry gue gak bisa ikut."

"Aku juga," Alan malah berada di pihak Marsell, "Aku gak bisa ikut."

Dave menatap tajam ke arah Alan, sudah bisa menilai dari semenjak dia meninggalkan istrinya bahwa pria itu sangat egois. Namun dia lebih kecewa kepada Marsell yang tidak ingin membantu menyelamatkan teman-temannya.

"Gue kecewa sama lu, Sell." Dave mengatakannya dengan menahan emosi.

"Terserah lu aja, Dev. Sejujurnya gue selama ini gak suka sama lu, apa yang lu mau lu pasti dengan mudahnya mendapat itu semua karena lu kaya. Lu mau bolos kuliah selamanya pun gak akan dapat masalah. Karena itu gue benci lu. Sementara orang miskin seperti gue harus bekerja keras dulu untuk mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah disana. Bahkan anehnya lu selalu populer di kampus." Marsell mengatakannya dengan emosi, lalu dia terkekeh dengan penuh rasa bangga "Tapi akhirnya gue bisa buat lu gak bisa dapatin satu hal yang lu mau, yaitu cinta lu. Bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan heuh?"

Dave sangat emosi mendengarnya, tapi dia tidak ada waktu untuk meladeni Marsell. Di balkon sana Ana mendengar semuanya, tangannya bergetar mendengar itu semua, tapi dia harus kembali fokus untuk menyelamatkan ketujuh orang diluar sana.

Rere hanya diam, dia sangat merasa bersalah pada Ana karena telah menghianatinya.

Tio memegang pundak Dave untuk menenangkannya, "Aku ikut, ayo kita bantu mereka."

"Pak..." Rangga juga sepertinya ingin mengikuti gurunya itu.

"Kamu diam disini saja," Tio menyuruh muridnya untuk diam di apartemen, tidak mengikutinya.

Dave memberikan remote kepada Rangga, "Tolong pastikan zombie-zombie yang ada di Koridor tidak menghalangi jalan kami nanti."

Saat ini mobil remote itu tidak bergerak karena Dave tidak memainkannya, kebetulan mobil remote itu jangkauannya cukup luas, bisa dimainkan di dalam apartemen walaupun mobilnya berada di koridor yang jaraknya lumayan jauh. Karena itu Dave minta Rangga untuk terus menggerakkan mobil remote itu, jangan sampai ada zombie menghalangi jalan mereka jika nanti menuju ruang apartemen ini.

Sebelum pergi Dave dan Tio mencari alat apa saja untuk perlindungan diri. Dave menenukan tongkat bisbol dan pisau dapur. Sementara Tio berhasil menemukan golok. Dengan hati-hati mereka segera keluar dari apartemen untuk menjemput ketujuh orang itu.

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

semoga yang egois dimakan zombie

2024-03-23

0

Fina Novita

Fina Novita

Alam sama Marcel yang egois mending kasih aja untuk makanan Zombie

2023-11-07

2

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

sungguh membagongkan si marshel dan Alan. mau ku timpuk palu online mereka berdua. 🔨🔨 😒

2023-08-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!