Bab 5

Hari telah mulai gelap, akhirnya semua orang yang berhasil selamat telah berada di tepi pantai. Mungkin bisa dihitung tepatnya yang tersisa ada 31 orang. Bahkan ada beberapa orang yang terluka disana jadi belum bisa pergi kemana-mana.

Beruntung ada seorang dokter bernama Victor disana mengobati mereka walaupun dengan obat-obatan yang seadanya di dalam tasnya.

Cindy yang duduk di pangkuan sang papa, celingak celinguk memperhatikan daerah sekitar, dia sangat ketakutan sekali. Diego memeluk Cindy agar Cindy tidak kedinginan. Beruntung pakaian mereka sudah mulai mengering.

Rachel yang tengah duduk di samping Diego, dia memegang tangan Cindy agar Cindy tidak begitu kedinginan.

"Ma, kapan kita pulang?" Anak berusia 5 tahun memang belum mengerti apa-apa.

"Iya, nanti kita pulang ya." Rachel juga bingung kapan mereka bisa pulang ke rumah. Dia baru menyadari sebagaimana pun kondisi rumahnya, ternyata rumah adalah tempat yang paling aman dan nyaman, baru kali ini dia sangat merindukan rumah.

Rachel tidak sengaja melihat Diego menatap ke arahnya, dia mencoba untuk mengalihkan pandangannya ke arah laut, memeluk kedua lututnya.

"Apa kamu memiliki foto Cindy waktu masih bayi?" tanya Diego dengan nada ragu-ragu.

Rachel menghela nafas, "Untuk apa?"

"Aku ingin melihatnya, melihat perkembangan Cindy dari bayi sampai sekarang."

"Ponselku hilang mungkin hanyut terbawa air laut." Rachel masih berbicara dengan nada ketus pada Diego.

"Kenapa kamu dulu tidak memberitahu ku?" Diego masih tidak terima mengapa Rachel tidak memberitahunya bahwa dulu dirinya tengah hamil, dia pasti akan bertanggungjawab pada Rachel.

"Apa aku harus memberitahu alasannya di depan Cindy?" kata Rachel dengan pelan.

Diego pun terdiam, dia baru sadar dia dan Rachel tidak boleh bertengkar di depan Cindy. Cindy tengah fokus memperhatikan beberapa orang disana yang sedang makan, mungkin mereka berhasil membawa makanan ke dalam tas.

Ana yang melihat Cindy sedang memperhatikan dia dan kawan-kawannya, dia tersenyum menghampiri Cindy.

"Adek mau permen?" tanya Ana sambil memberikan dua buah permen kepada Cindy.

"Boleh kak?" Cindy malah nanya balik.

"Tentu saja boleh."

Ana juga memberikan satu bungkus roti kepada Cindy, "Persediaan makanan terbatas, kakak cuma bisa memberi ini, makan bertiga ya sama mama papa."

"Terimakasih banyak kak." Cindy sangat senang menerima makanan pemberian dari Ana.

Rachel sangat tersentuh hatinya, disaat genting seperti ini masih ada orang yang mau berbagi. "Terimakasih banyak ya, namaku Rachel." Rachel mengulurkan tangannya pada Ana untuk memperkenalkan diri.

"Namaku Ana." Ana meraih uluran tangan Rachel.

"Makasih ya kak Ana, permennya sangat enak." Cindy mengatakannya sambil memakan permen pemberian dari Ana.

"Sama-sama dedek cantik, namamu siapa?" Ana memang sangat menyukai anak kecil.

"Namaku Cindy, kak."

"Nama yang cantik, kak Ana pergi dulu ya." pamit Ana, dia harus berkumpul kembali dengan kawan-kawannya.

Setelah Ana pergi, Rachel membagi roti menjadi tiga bagian, yang paling besar untuk Cindy, sementara bagian dia dan Diego sedikit kecil dari Cindy yang penting bisa menyumpal perut.

"Ini buat kamu." Rachel memberikan sepotong roti itu pada Diego.

Diego menggelengkan kepala, "Buat kamu aja, aku gak lapar."

Sementara Cindy tengah menikmati sepotong roti pemberian Ana itu.

Rachel tau Diego mencoba mengalah untuknya. "Kita tidak tau sampai kapan kita disini dan tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Kamu harus memiliki kekuatan untuk melindungi Cindy."

Diego pun terpaksa membawa sepotong roti itu dari tangan Ana. "Kamu juga. Aku akan melindungi kalian berdua." Diego menambahkan perkataannya.

Rachel berusaha keras untuk tidak tersentuh lagi oleh semua perkataan dan perlakuan Diego padanya.

Selain pada Cindy, Ana juga memberikan satu bungkus roti kepada seorang nenek, "Ini buat nenek, makan bersama cucu nenek ya."

Nenek itu sangat senang sekali menerima pemberian dari Ana. Ana memang sering ngemil, makanya membawa banyak makanan di dalam tas.

Marsell sangat keberatan melihat sikap Ana yang membagikan makanannya kepada orang-orang disana. "Kita tidak tau berapa lama kita disini, kenapa kamu malah membagi makanan buat orang lain?"

"Kita gak boleh egois Sell, aku gak mau enak-enak ditengah penderitaan orang. Lagian di tas aku masih ada cemilan lain kok."

Marsell tidak terima disebut egois, "Aku bukannya egois, tapi bagaimana kalau di pulau ini gak ada sama sekali yang bisa kita makan, kamu mau mati kelaparan sebelum tim penyelamat datang?"

Ana sangat marah mendengar perkataan Marsell. "Marsell!"

Dave yang dari tadi mendengar pertengkaran Marsell dan Ana, dia mencoba untuk mendamaikan mereka. "Please, stop! Kalian gak boleh berantem disini!"

Marsell malah nyolot, "Jangan sok bijak lu, jujur aja gue paling eneg melihat orang sok baik, apalagi lu."

Perkataan Marsell malah membuat Dave emosi, dia mengepalkan tangannya, tapi Ana menahannya, Ana tidak ingin melihat mereka berkelahi. Karena Ana yang menahan dirinya, Dave tidak bisa marah.

Dave malah pergi sendirian untuk mencari tempat yang paling aman malam ini untuk mereka yang selamat, hari sudah mulai gelap, dia takut akan ada badai atau gelombang pasang jika mereka terus berada di pantai. Apalagi jika turun hujan, sama sekali tidak ada tempat untuk berteduh.

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

marsell mah orangnya manja, sombong dan anak kaya nih.. makanya songongnya selangit.
Pasti dia gk serius cinta ma Ana nih. buat seru seruan aja, kayak Diego waktu muda dulu yg hobi koleksi cewek. 😄

2023-08-13

3

Imas Atiah

Imas Atiah

Marcel hnya mikirin dirinya sendiri ,pelit banget sih

2022-10-12

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓶𝓾𝓵𝓪𝓲 𝓭𝓮𝓰 𝓭𝓮𝓰 𝓰𝓪𝓷 𝓷𝓲𝓱 😅😅😅😅😅

2022-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!