Miselia buru-buru ke kediaman countess Folk dan terlambat. Seseorang sedang menumpahkan teh ke gaun putri Helena.
Helena hanya diam tanpa bersuara, dia tidak berani membuat onar demi martabat ayahnya.
Miselia menghela napas panjang. Negara ini memang sudah kacau! tidak ada yang menghormati anggota keluarga kerajaan, kenapa di kehidupan pertama aku tidak menyadarinya?
"Yang Mulia." Miselia membungkuk memberi hormat.
Tidak ada jawaban dari Helena.
Miselia memanggil Helena lagi. "Yang Mulia."
Helena menoleh pelan lalu tersenyum sedih. "Miselia, kamu terlambat."
Miselia merasa bersalah. "Yang Mulia."
Kamila bangkit dan mendorong Miselia dengan bahunya. "Yang Mulia, apakah anda baik-baik saja?" lalu dia menoleh ke Miselia dan menggurui. "Apakah kakak tidak tahu bagaimana caranya mendampingi putri? tadi ada seorang lady yang tidak sengaja menumpahkan teh, sebagai teman putri seharusnya kakak di samping tuan putri."
Miselia menoleh ke ksatria putih.
Ksatria putih merasa bersalah. "Saya tadi sempat ke kamar mandi karena putri minta tolong mencuci topinya yang kotor kena lumpur karena terbang ke arah taman."
Akhirnya Miselia mengerti kenapa para lady membully putri Helena. Topi bagi para lady bisa diganti sesuka hati, yang terpenting jika kotor ya dibuang, beli baru. Hal ini tidak berlaku untuk keluarga kerajaan yang sedang berhemat demi kelangsungan hidup masyarakatnya.
Miselia menghela napas panjang. "Baiklah, kalau memang itu masalahnya. Lady Folk, maafkan kami jika sudah mengacaukan pesta anda."
Lady Folk merasa tidak berdaya dan hanya bisa tersenyum canggung.
Miselia menoleh ke Helena. "Zaman dahulu kala, topi dianggap sebagai kebutuhan karena wanita jarang menunjukkan rambut di depan umum."
Helena menoleh ke Miselia.
"Baik kalangan mana pun, mereka memakai topi untuk menutup rambut yang indah dan hanya ditunjukkan ke keluarga atau suaminya. Kita sebagai bangsawan, harus mengetahui makna topi itu sendiri. Percuma kita mengganti tren topi tapi tidak tahu tujuannya." Miselia tersenyum dan berdoa dalam hati kalau pendapat hasil membaca sejarah eropa sama dengan sejarah kehidupan sekarang. Masalahnya Miselia yang dulu sangat tidak suka membaca.
"Kakak bicara omong kosong apa? Topi ya untuk menutupi kita dari panasnya matahari, kenapa kakak malah bicara hal tidak masuk akal?" tanya Kamila.
Para lady setuju dengan pendapat Kamila.
Miselia menatap kasihan para lady. "Ah, benar. Para lady tidak diizinkan belajar dan membaca ya? Yang penting hanyalah menikah dan menjadi istri seseorang, Kamila- jika kamu bercita-cita menjadi istri pangeran, tentunya kamu harus mengerti sejarah negara ini."
Kamila menjadi tersinggung. "Kakak, apakah kakak menuduhku tidak pernah belajar dan membaca? Kakak tahu tubuhku lemah sejak kecil, kenapa kakak malah menghinaku?!"
Sunny berdiri di belakang Kamila dan membelanya. "Miselia, bicaramu sangat keterlaluan!"
"Kalau boleh tahu, keterlaluan di bagian mana lady pertama Ornella? Aku hanya mengatakan fakta untuk para lady disini." Miselia mengambil topi yang dipegang ksatria putih. "Topi ini bagi kalian bisa dibuang dan diganti bukan? Kira-kira pakai uang siapa? Uang keluarga?"
"Lady, hati-hati berbicara. Meskipun anda merupakan anak perdana menteri, tapi menyinggung lady lain disini sangat tidak etis!" tegur salah satu lady berambut keriting merah.
Mengingatkan Miselia pada menteri yang dihukum raja saat di hall tadi. "Apakah ayahmu seorang menteri berambut merah?"
Lady itu mengangkat dagu dengan angkuh dan bangga. "Ya, ayah saya seorang menteri. Tidak kalah dengan kedudukan perdana menteri."
Miselia menatap kasihan lady itu. Tidak lama lagi saat pulang, lady ini tidak akan bisa menikmati kemewahan lagi. "Saranku, sebaiknya kamu menikmati acara ini dengan khidmat. Tidak mudah bisa masuk ke lingkaran bangsawan seperti ini."
Helena yang membaca pikiran Miselia sempat terkejut lalu terkikik sebentar.
Miselia tersenyum. "Syukurlah, Yang Mulia bisa kembali tersenyum."
Helena berdehem malu.
Miselia menatap para tamu lalu ke lady Folk. "Tuan putri sedang tidak enak badan, kami undur diri dulu."
Lady Folk menghela napas lega.
Helena mengerutkan kening tidak setuju.
Miselia tersenyum ke Helena. "Tuan putri, apakah anda ingin menemani saya ke tempat desainer topi terkenal di ibukota? Saya ingin membuat topi yang memudahkan kita berdua untuk bergerak, lagipula sebentar lagi ada acara pertarungan para ksatria sebelum pesta para raja. Para ksatria ini akan mendapat kehormatan untuk memimpin upacara."
Kamila tertawa mengejek. "Kakak, kakak tadi bilang soal siapa pun bisa memakai topi dan sejarahnya? Lalu kenapa kakak malah ingin membeli topi? Dapat uang darimana juga?"
Miselia tersenyum. "Adik tersayang, putri dan aku hanya ingin bersenang-senang."
Helena bangkit dengan antusias. "Ayo, kita pergi. Aku sudah muak disini."
Semua orang terpana dengan perkataan Helena.
"Ya- yang Mulia, saya minta maaf kalau ada yang menying-" lady Folk buru-buru minta maaf lalu terdiam ketika melihat wajah dingin Helena.
Helena mengabaikan lady Folk.
Miselia mengangguk lalu memimpin Helena pergi.
Semua orang terdiam.
Lady Folk duduk di kursi lalu menutup wajah dengan kedua tangan. Dia khawatir dengan masa depan keluarganya, biar bagaimana pun Helena adalah seorang putri. Raja meskipun baik, tetaplah seorang raja yang memiliki wewenang.
Lady Folk menatap sedih Kamila. Andaikan saja dirinya punya kekuasaan untuk menghalau teman-teman Kamila-
"Lady Folk, anda baik-baik saja?" tanya Sunny.
"Lady Sunny saya-"
"Lady, saya harap anda bisa bijak bersikap sebagai tuan rumah."
"Ya?"
"Adik saya sakit dan tidak tahu kenapa salah satu temannya tidak sengaja menumpahkan teh, lady sebagai tuan rumah tentu harus bertanggung jawab dengan semua ini kan?" tanya Sunny.
Kamila yang mendengar itu, bergegas memeluk kakaknya dengan wajah sedih. "Kakak, aku tidak tahu apa-apa tapi kenapa kakak ketiga berkata seperti itu? apakah aku memang seperti itu?"
Sunny mengerutkan kening tidak senang. "Seharusnya tuan rumah tidak membiarkan penyusup datang dan bersikap tegas meskipun, itu seorang putri. Kenapa anda tidak mengirim undangan pesta ke tuan putri supaya tidak mengacaukan pesta? hasilnya, adik saya disakiti mereka."
Lady Folk menatap tidak percaya Sunny. "Lady Ornella, apakah anda ingin menyalahkan saya? Kenapa anda tidak bertanya kepada adik tercinta anda yang sudah mengacaukan pesta saya?"
"Kamila tidak tahu apa pun!" tegas Sunny.
"Lady Ornella, apakah perdana menteri hanya punya dua putri? Apakah anda hanya punya satu adik?"
Sunny teringat dengan Miselia yang merupakan adiknya lalu menatap sekeliling, para tamu undangan menatap sedih, bahkan takut kepada dirinya dan Kamila.
"Lady Ornella, saya tahu anda merupakan lady berstatus tinggi dari kami. Tapi apakah anda tidak bisa menghargai saya sebagai tuan rumah?" isak lady Folk lalu pergi meninggalkan ruangan.
Sunny memeluk erat Kamila sementara Kamila menatap bingung sekeliling. Tidak lama kepala pelayan muncul dan menutup pesta dengan sopan.
"Lady Folk tiba-tiba tidak enak badan, saya harap anda mengerti."
Para tamu undangan pulang lalu melihat piring kosong yang tadinya berisi pai daging. Mereka sangat menyukai pai itu, sangat cocok dengan teh. Kecuali Sunny dan Kamila yang menatap tidak suka pai daging, mereka menganggap itu adalah suap untuk tuan rumah supaya Helena bisa masuk ke dalam pesta.
Mereka berdua terlena dengan sikap ayahnya yang memandang rendah ke keluarga kerajaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
X'tine
sikap lady yg tidak patut di contoh dari dua beradik sunny dan Karmila... ckckckkck... suka memandang rendah orang lain..
2024-06-27
0