Miselia awalnya berpikir sudah di neraka dengan halusinasi kehidupan pertama dan mengikuti alur begitu saja, dugaan diperkuat dengan kemunculan dua naga. Dan sekarang dirinya harus berhadapan dengan anggota keluarga kerajaan di kehidupan pertama.
Helena menghela napas panjang. "Kamu, apakah perdana menteri menyuruh untuk datang ke tempat kami dan membuat drama kanak-kanak sehingga kedua orang tuaku harus menyelamatkan kamu?!"
Miselia bingung. "Bukankah yang menyelamatkan saya adalah naga, yang mulia?"
Helena berhasil mengatasi terkejutnya. "Itu tidak penting, kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu harus hadir di upcara kedewasaan kamu?"
Miselia cemberut. "Ini pasti sudah tengah malam, terlambat jika saya memaksakan diri datang kesana, lagipula saya tidak mau pulang kesana."
Helena menatap curiga Miselia. "Benar dugaanku, kamu pasti suruhan perdana menteri. Kamu mau memata-matai keluarga kerajaan bukan? supaya adik kamu bisa menikah dengan kakakku?"
"Hah? Kamila akan menikah dengan pangeran mahkota?!" seru Miselia yang terkejut lalu mendongak. Dia tahu Kamila akan menjadi ratu, tapi tidak tahu secepat itu karena pangeran mahkota yang akan menjadi pasangannya cacat, kedua kakinya tidak dapat digerakkan karena menolong seseorang. Jangan-jangan-
"Kenapa kamu terkejut? Bukankah dia adik kamu?"
"Dia bukan adik saya, dia hanya selingkuhan ayah." Miselia tanpa berdosa membuka aib yang ditutup rapat keluarganya.
Kali ini ketiga anggota keluarga kerajaan yang terkejut.
"Kamu bilang perdana menteri selingkuh?" tanya raja yang tidak percaya. Perdana menteri terkenal sangat menyayangi keluarga, dia selalu mengumbar kemesraan bersama istri. Berbeda dengan raja dan ratu yang suka berdebat dan sering digosipkan hanya menikah demi keuntungan.
"Ah, berita ini pasti disembunyikan ayah. Bolehkah saya duduk, Yang Mulia?" izin Miselia yang mulai lelah bersujud.
Melihat kesopanan Miselia, ratu bergegas menolongnya untuk berdiri dan duduk di pinggir tempat tidur lalu Ratu duduk di sampingnya.
"Apakah kamu tahu siapa yang mengirim pembunuh bayaran?" tanya ratu sambil menggenggam kedua tangan Miselia.
Miselia merenung lalu menggeleng kecil. "Mungkin musuh ayah, tapi saya tidak tahu tepatnya siapa."
Ratu tersenyum kecil lalu bicara ke Helena. "Helena, coba kamu genggan tangan Miselia."
Helena tahu apa yang dimaksud ibunya, mendeteksi kebohongan Miselia. Jika ibunya bersikap tenang, berarti perempuan ini tidak berbohong. Hanya saja Helena masih tidak percaya karena Miselia bagian dari anggota keluarga perdana menteri.
"Tidak, aku percaya pada ibu." Tolak Helena yang masih tidak sudi menyentuh anggota tubuh keluarga Ornella.
Ratu menghela napas panjang.
Raja bicara ke Miselia. "Kalau begitu, aku akan menghubungi ayahmu supaya bisa menjemput."
Miselia menggeleng cepat. "Tidak, jangan. Kirimkan saya ke kota pinggiran atau tempat lain di luar jangkauan ayah, yang penting saya tidak kembali ke sana."
Helena menatap rumit Miselia. "Kenapa kamu tidak mau kembali?"
Miselia enggan menceritakan masalah keluarga karena terpengaruh dengan didikan kehidupan pertama dan kedua. "Itu- saya tidak bisa cerita."
"Apakah kamu melakukan sumpah darah?" tanya Helena.
"Ya?" Miselia tidak mengerti.
"Sumpah darah yang biasa dilakukan antara raja dan bawahannya, jika salah satu berkhianat maka yang berkhianat akan mati." Ratu menjelaskan dengan sabar.
"Hah?"
"Miselia, berhentilah berpura-pura bodoh. Aku tahu kamu kiriman perdana menteri dan mencoba cari cara menjatuhkan ayah dan kakakku!" Helena menggertak Miselia.
Miselia menggeleng cepat. "T- tidak! saya tidak mungkin melakukan hal itu, bertemu ayah dan ibu saja jarang. Apalagi merencanakan pemberontakan! Yang Mulia, tolong usir saya ke tempat yang jauh, setidaknya tidak pernah bertemu dengan keluarga saya lagi."
"Kenapa kamu mati-matian berusaha menghindari keluarga kandung sendiri?" tanya raja yang mulai kasihan.
"Ayah, jangan bersikap seperti itu. Dia bisa saja berbohong!" bentak Helena.
"Oh, astaga. Helena, seharusnya kamu bisa belajar lebih giat lagi, kaum naga bisa mendeteksi kebohongan seseorang dengan cepat." Ratu menertawakan kebodohan putrinya sendiri.
"Naga?" tanya Miselia tidak mengerti.
Helena mendengus kesal. "Nah, lihatkan."
Pintu kamar Miselia terbuka, pria tampan yang duduk di kursi roda dengan didorong pria tampan lagi, masuk dengan tatapan menilai.
Miselia terkejut ketika melihat balik tatapan menilai pangeran mahkota, karena terbiasa dengan kehidupan modern, dia jadi lupa dengan tata krama di kehidupan pertamanya dulu.
Miselia berdiri lalu membungkuk. "Ma- maafkan saya pangeran mahkota, sudah bertindak tidak sopan. Salam untuk cahaya yang menerangi negara kami."
Ezard Dayyan, pangeran mahkota tampan dari klan Dayyan. Itulah yang diketahui banyak orang. Tampan, pemberani, cerdas dan mampu menaklukan musuh tanpa harus mengorbankan salah satu pihak.
Jika dibandingkan dengan Miselia, cara berpikirnya lebih jauh dari Ezard. Miselia sendiri anak hukum yang senang mengobrak abrik mental musuhnya hingga jatuh, makanya dia dikenal sebagai wanita jahat Ornella.
"Wanita jahat dari Ornella menundukkan kepala? baru kali ini saya melihatnya." Senyum Ezard.
Jika orang lain tahu, senyum itu adalah senyum memabukkan tapi bagi Miselia yang terbiasa berhadapan dengan para penjahat di kehidupan kedua, senyum itu jelas mengejek dirinya. Dia sudah terbiasa menghadapai lawan seperti ini, mentalnya tidak akan jatuh dengan mudah.
"Apakah anda tidak suka Yang Mulia?" tanya Miselia.
"Tidak, hanya aneh."
"Kalau begitu, dengan disaksikan raja dan ratu- saya tidak akan menundukkan kepala."
Ezard dan Miselia saling menatap bermusuhan.
Helena dan kedua orang tuanya menatap takjub interaksi mereka berdua, baru kali ini Ezard tampak senang menghadapi seorang wanita. Mungkinkah tipe Ezard adalah tipe pemberani?
Helena berdiri di hadapan kakaknya, memutus interaksi mereka berdua. "Kakak kenapa disini? apakah ada keperluan mendesak? kakak tidak perlu repot-repot kesini."
Miselia mengangkat kedua alisnya. Jadi, aku bukan orang penting? yah, memang sih faktanya begitu tapi menyakitkan juga mendengarnya secara langsung.
"Lady Ornella, jika anda sudah sehat. Saya akan mengirimkan anda ke kediaman perdana menteri."
Miselia menatap ngeri pangeran mahkota. "Pangeran, apakah anda tidak tahu status saya?"
"Apa?"
"Saya akan dinikahkan dengan putra kedua count yang nama keluarganya saja tidak tahu, jika tiba-tiba malam ini saya diantar kereta lambang kerajaan- yang ada mereka menatap curiga keluarga kerajaan karena menculik putri tertua perdana menteri Ornella."
"Kamu mengancam kami?" tanya Helena tidak percaya.
"Saya tidak mengancam, saya hanya bicara tentang fakta. Perdana menteri sangat cerdas sekaligus licik, kinerjanya bagus selama ini dan berhasil menyeimbangkan politik, hukum dan militer tapi sifat jeleknya yang kemaruk, ah kemaruk itu apa ya? Gimana jelasinnya?" Miselia menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menepuk kening. "Serakah, ya- serakah! karena serakah itulah beberapa fraksi termasuk keluarga kerajaan membencinya."
Raja, ratu, Helena dan Ezard menatap terkejut Miselia, perempuan ini terang-terangan mengejek ayah kandungnya sendiri.
Miselia memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Apakah ucapan saya salah?"
Tidak salah, lebih tepatnya mereka heran. Miselia yang terkenal angkuh dan jahat demi nama keluarganya berani mengejek terang-terangan di depan musuh keluarganya sendiri. Ya, hubungan perdana menteri dan kerajaan akhir-akhir ini memanas karena ulah Kamila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments