"MISELIA ORNELLA!" teriak perdana menteri.
Miselia tidak peduli dengan teriakan perdana menteri. "Saya juga ingin keluar dari negara yang memuakkan ini."
Kepala raja berdenyut sakit, mengangkat tangan untuk memberi waktu dirinya berpikir. Tidak menyangka Miselia memutuskan bertindak nekat.
Ezard menatap lurus Miselia. "Lady Ornella, apakah anda tidak mabuk sekarang?"
"Tidak, pangeran mahkota. Terima kasih atas perhatiannya." Jawab Miselia dengan nada arogan.
Perdana menteri menatap Miselia. "Apakah kamu ingin membuat malu ayahmu ini? mencoreng nama baik keluarga?!"
Miselia tertawa jahat. "Hahahaha!"
Semua orang melihat perilaku aneh Miselia.
Miselia menutup kipas, mengangkat dagu dengan angkuh. "Ayah, kenapa tidak mengirim seseorang ke kastil, alih-alih menuntut raja?"
"Kamu bicara apa, ayah ingin berjuang untukmu."
Miselia berjalan ke arah tangga dan menaiki tangga lima langkah lalu balik badan. "Berjuang untuk apa? apakah negara kita sedang bermasalah, ayah?"
"Ayah hanya ingin menuntut penjelasan kepada raja kenapa menyembunyikan kamu."
"Seorang perdana menteri tidak pantas menanyakan hal pribadi kepada seorang raja, apakah ayah sahabat baik raja? aku tebak tidak."
"MISELIA!"
Miselia menatap kecewa ayahnya. "Aku sudah dewasa, ayah. Bisa menentukan pilihanku sendiri."
Perdana menteri menjadi marah lalu menunjuk Miselia. "Baik, itu terserah kamu! jika ingin keluar dari keluarga kami! tapi jika kamu menyesal, aku tetap tidak akan membuka pintu kepadamu!"
Miselia tersenyum. "Hah?"
"Ayah sudah memperjuangkan banyak hal untukmu, bahkan menerima malu ketika kamu bersikap jahat kepada bangsawan lainnya."
"Wah-" Miselia tertawa di balik kipas. Orang ini benar-benar tidak tahu malu.
"Miselia," panggil raja.
Miselia bergegas naik ke atas dan berdiri di belakang singgasana raja, semua orang terkejut dengan perubahan suasana ini.
Bagaimana bisa seorang lady jahat memiliki penilaian di mata raja?
Para bangsawan saja butuh waktu menjilat raja.
Meskipun raja terlihat baik dan pendiam, beliau tidak akan membiarkan siapa pun mendekat. Termasuk anggota keluarga kerajaan yang sulit didekati.
Perdana menteri menatap marah kesombongan orang-orang yang ada di singgasana. "Miselia, pintu keluarga Ornella tidak akan pernah terbuka untukmu!"
Miselia menatap rendah ayahnya. "Aku tidak takut kehilangan gelar lady, seharusnya ayah lah yang harus hati-hati supaya tidak kehilangan gelar perdana menteri."
Raja yang duduk di singgasana, bisa merasakan luapan kemarahan Miselia. Hawa ini mirip dengan ratu yang sedang marah, naga betina jika marah sangat mengerikan.
Ezard yang mengetahui jalan pikiran ayahnya, bersimpati.
Raja berdehem. "Sudah tidak ada yang perlu dibahas bukan? Miselia juga sudah membuat keputusan sendiri. Sekretaris, buat pernyataan dan surat resmi bahwa raja setuju dengan pemisahan lady Ornella- tidak, lady Miselia."
Ezard mengangguk setuju dengan kebijakan ayahnya.
"Lalu, lady Ornella akan menjadi teman untuk putriku. Bukan dayang atau pelayan, statusnya masih setara dengan gelar lady."
Semua orang terkejut, lady Miselia harusnya kehilangan status karena pemisahan keluarga. Kenapa malah-
Para menteri menggumamkan kalimat tidak setuju.
Miselia menenangkan para menteri. "Teman belajar putri adalah hal yang wajar, pangeran mahkota pun juga memiliki teman belajar meskipun dari negara lain. Apa yang membuat para menteri tidak terima? apakah kalian ingin mengajukan anak-anak kalian untuk menjadi teman bermain putri dan merasa lebih pantas daripada aku?"
Para menteri terdiam lalu melirik perdana menteri yang masih menatap lurus Miselia.
"Apakah ada bantahan dari keputusan raja ini?" tanya raja yang membela Miselia, merasa muak dengan para menterinya.
Para menteri saling melirik, tak lama membungkuk dan menjawab. "Tidak, Yang Mulia." Secara bersamaan.
Perdana menteri bergeming, masih menatap lurus Miselia tanpa ekspresi.
Miselia balas menatap ayahnya sementara wajah bagian bawah ditutup dengan kipas. "Sepertinya perdana menteri masih tidak setuju, Yang Mulia."
Raja menoleh dan menatap perdana menteri. "Benarkah itu, perdana menteri."
Perdana menteri masih diam.
"Bagaimana jika begini, saya akan menyelesaikan satu kasus yang tidak bisa ditangani menteri dan perdana menteri lalu menunggu kebijakan Yang Mulia tapi para kabinet tidak setuju."
Raja membelai jenggot dan memikirkan hal yang membuat kepalanya sakit. "Ada, satu."
"Apa itu?" tanya Miselia.
Para menteri menjadi cemas dan buru-buru menghalangi raja untuk cerita, Ezard lebih cepat cerita dari mereka. "Para petugas sedang kebingungan masalah para pedagang."
Miselia memutar bola mata. "Lagi?" komentarnya.
Salah satu menteri bertubuh gemuk, menunjuk Miselia. "Apa yang bisa diketahui anak perempuan pembangkang seperti dia? membuang orang tua yang sudah melindungi dan mengasihinya sejak lahir!"
Miselia menatap rendah menteri itu. "Lanjutkan, pangeran mahkota."
"Biasanya untuk menghemat waktu serta tuntutan para bangsawan tinggi, para pedagang melewati portal sihir milik kerajaan. Para penyihir setuju bekerja sama dengan memberikan gaji kepada para penyihir ini, hanya saja setelah mengetahui jumlah yang dibayarkan para bangsawan, penyihir meminta lebih." Ezard menjelaskan.
"Minta lebih?"
"Ya, mereka menuntut pembayaran lebih karena sempat melihat jumlah yang dibayarkan salah satu pedagang ke petugas portal. Karena itu para penyihir mogok bekerja, portal pun terbengkalai," kata Ezard.
Salah satu menteri menggumam. "Para penyihir sangat serakah, mereka tidak tahu perhitungan beban biaya menjalankan portal!"
Miselia mengangkat salah satu alis. "Bukankah para penyihir ahli matematika? menurutku ahli matematika jauh lebih berguna daripada ahli kritik!"
Menteri itu menunjuk Miselia dengan marah. "Yang Mulia dengar sendiri bukan? anak tidak tahu terima kasih ini malah menghina saya, sudah puluhan tahun menjadi menteri tapi anak kecil ini berani bersikap tinggi!"
Raja dan Ezard memijat kepala bersamaan. Menteri mereka memang tidak beres semua, rasanya ingin mengganti tapi mereka jauh lebih berpengalaman. Mau ganti ke anak muda pun, mereka lebih banyak pamer tentang diri sendiri daripada memperhatikan nasib negara.
"Jika saya bisa memberikan jawaban yang menguntungkan, apakah kalian semua bisa menutup mulut dan tidak menghina keputusan raja?" tanya Miselia.
Raja melempar tatapan kesal ke para menteri.
"Jadi, bagaimana caranya?" tanya Ezard yang mengharapakan jalan keluar, dia sendiri juga sudah muak dengan rengekan pedagang, para menteri, bangsawan dan penyihir. Mereka hanya menuntut hak tanpa memberikan solusi.
Miselia memiringkan kepalanya dan menatap perdana menteri. "Bagaimana perdana menteri?"
Perdana menteri menyipitkan kedua mata, berusaha meredam emosi. "Semua keputusan ada di tangan raja."
Miselia mengangguk setuju lalu menutup kipas. "Benar, harusnya begitu. Kalian harus merendahkan diri pada wanita jahat dari keluarga Ornella yang tidak memiliki kemampuan setara dengan kalian."
Para menteri menatap benci Miselia seolah mengatakan 'kemampuanku jauh lebih hebat dari kalian semua.'
Ezard mengangguk. "Sudah berhari-hari tidak ada jawaban, kami semua akan mendengar jawaban dari lady dan merasa terhormat karena selama ini tidak ada satupun yang bisa memberikan jawaban."
Para menteri melirik kesal pangeran mahkota diam-diam. Apakah anda menyindir kami?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments