Miselia menghentikan langkah ketika melihat seseorang yang dikenalnya.
Helena ikut berhenti dan melihat arah pandang Miselia. "Ada apa?"
Dari kejauhan mereka melihat Sunny membantu Kamila turun dari kereta lalu masuk ke dalam butik madam Zee.
"Sepertinya mereka akan ikut ke suatu pesta, kamu ingin bertemu dengan saudara-saudara ka-" Helena terdiam begitu melihat wajah angkuh Miselia.
Miselia menatap rumit Sunny dan Kamila. Apa-apaan ini!
Wajah Kamila dan Sunny mirip dengan dua sahabat baik yang mengkhianatinya ha ha ha ha-
Jika di dunia pertama aku memiliki orang tua dan saudara dingin, di dunia kedua aku memiliki orang tua hangat dan anak tunggal lalu teman-
Miselia mulai memikirkannya. Pantas saja di kehidupan kedua aku merasa tidak asing dengan wajah mereka berdua, ternyata mereka adalah pengkhianat! namanya pun tidak asing!
Miselia tertawa pelan sambil jongkok di pinggir jalan. Menertawakan kebodohannya selama ini lalu meneteskan air mata.
Helena menjadi panik, tiga ksatria putih di belakang juga panik. Mereka bertiga berusaha menutupi Miselia, tidak sopan seorang lady menangis di depan umum.
Helena memeluk Miselia dan menjadi salah paham. "Sudah tidak apa, kalau kamu merindukan keluarga, aku bisa beritahu ayah dan kakak untuk membawamu pulang supaya tidak dihukum."
Miselia tertawa sedih. "Terima kasih."
Helena menggeleng sedih. Sebagai seorang putri, tumbuh di keluarga saling mencintai dan menghormati, dia tidak pernah merasakan kehidupan sulit. Terkadang iri dengan perempuan-perempuan di luar kastil, sekarang Helena tahu bahwa kehidupannya sendiri patut disyukuri. Tidak semua keluarga seharmonis keluarganya sendiri.
"Ah, memalukan. Kenapa aku bisa menangis ya?" gumam Miselia pada dirinya sendiri sambil menghapus air mata yang mengalir. "Aduh."
"Apakah hubungan kalian sangat buruk?" tanya Helena setelah mereka sudah masuk ke dalam kereta. "Aku tidak mau ikut campur, jika kamu tidak suka pulang ke rumah. Bisa tinggal di istana bersamaku."
Miselia menggeleng pelan dan menolak. "Tidak, terima kasih atas perhatiannya. Aku punya kehidupan sendiri."
"Kamu, sungguh-sungguh akan keluar dari keluarga Ornella?"
"Ya." Miselia mengangguk mantap.
Tiba-tiba Helena jatuh ke depan menimpa Miselia, kereta mendadak berhenti.
Helena berteriak marah ke arah jendela. "Apa kalian tidak bisa berhati-hati?!"
"Yang Mulia, maafkan saya. Tiba-tiba ada segerombolan anak kecil menghadang kereta." Salah satu kusir panik dan berlari ke belakang.
Hexon tiba-tiba muncul di depan kereta kuda. "Kalian, kenapa melakukan hal berbahaya?!"
"Tolong, salah satu teman kami terserempet kereta kuda yang punya gambar pohon. Apakah kalian bisa membawanya?"
Miselia segera turun ketika ada yang bicara mengenai lambang keluarganya, hanya ada satu di dunia yang memiliki lambang pohon. Klan Ornella.
Miselia segera mendekati anak-anak kecil berusia sekitar sepuluh tahun, bahkan ada yang lebih muda. "Siapa yang terluka?" tanyanya.
Salah satu ksatria putih menghalangi Miselia. "Saya saja yang kesana, anda tetap disini."
Ksatria putih lainnya muncul dan berdiri mengelilingi kereta, sontak para pejalan kaki melihat situasi itu termasuk kereta di belakangnya yang marah-marah karena menghalangi jalan.
Kereta dari jalur berlawanan melambatkan jalan untuk melihat situasi itu.
"Apakah itu lady Miselia yang dikabarkan hilang?"
"Benar, itu wanita jahat dari Ornella."
"Apakah dia sedang menyiksa anak-anak kecil itu?"
"Dia memakai kereta kelas atas, tidak ada lambangnya. Apakah dia menjadi peliharaan seseorang?"
"Hei! jaga bicaramu!"
"Lady."
Miseila mengangkat tangan di depan ksatria, mengabaikan gosip orang-orang tidak penting dan sengaja mengeraskan suara. "Dari kereta mana yang sudah melukai teman kalian?"
Anak-anak kecil ketakutan, tadinya mereka nekat supaya ada orang kaya baik hati mau menolong salah satu temannya yang terluka. Tapi tidak disangka mendapat perlakuan seperti ini.
"Beritahu aku, lambang mana yang tadi kalian sebutkan?"
"Po- pohon." Jawab salah satu anak.
"Apa kamu yakin?" tanya Miselia."
"Kami memang tidak bisa membaca, tapi kami tahu bentuk gambar. Jangan meremehkan kami!" balas salah satu anak berusia sekitar kurang dari sepuluh tahun.
"Pohon? bukankah itu lambang keluarga Ornella?"
"Apakah dia ingin membuka aibnya sendiri?"
"Hei, aku lihat dia keluar dari kereta tidak berlambang itu."
Anak-anak yang awalnya ketakutan, membela Miselia. Mereka pernah diposisi Miselia, menjadi kambing hitam.
"Lady ini tidak bersalah, dia menanyakan kondisi teman kami!"
"Kami sempat melihat dua lady yang menghina kami karena tidak hati-hati!"
"Jangan menuduh orang sembarangan!"
Salah satu pejalan kaki bertubuh gemuk menunjuk Miselia dengan kasar. "Apakah anda sedang bermain sekarang? di belakang banyak kereta mengantri dan anda mengganggu jalan sekarang. Minggirlah!"
Miselia menatap hina pria bertubuh gemuk itu. "Apa kamu tidak melihat anak-anak ini menghalangi jalan keretaku? kamu dimana tadi? apa matamu menjadi buta saat mereka menghalangi jalan keretaku? ah, apakah kalian ingin melihat keretaku melindas anak-anak ini?"
Pria itu terdiam.
Miselia menunggu jawaban lalu menatap kusir di belakang keretanya. "Dan kalian, apakah ada keluhan?"
Seorang pria muncul dari jendela kereta dan menggeleng cepat, mereka tidak mau berurusan dengan keluarga Ornella. "Tidak lady, kami akan menunggu."
Miselia menaikkan sudut bibir. "Kalau begitu, bisakah seseorang memanggil kusir dan pemilik kereta berlambang pohon?"
Semua orang terdiam. Bagaimana bisa mereka selancang itu memanggil salah satu anggota keluarga Ornella?
"Tidak ada yang berani?"
Semua orang masih diam mengamati, tidak ada yang berani mengajukan diri.
"Kalau begitu, kita tunggu kereta mereka datang melewati tempat ini. Hanya jalan ini satu-satunya yang terdekat dengan kawasan mewah Ornella."
Para kusir menyerah dan menjelaskan ke majikan mereka mengenai masalah yang ditimbulkan lady kedua Ornella, tidak ada yang berani marah di depan wajah langsung sang lady, sebagian memutuskan mengambil jalan lain yang lebih jauh, sebagian lagi menetap karena penasaran. Beberapa ada juga yang sudah mempersiapkan diri untuk berusaha menuntut perdana menteri dan mencari keuntungan dari sana.
Helena yang sudah memakai tudung, kepalanya muncul di jendela. "Kamu sungguh-sungguh akan menunggu mereka berdua?"
"Ya."
"Bagaimana jika mereka menimbulkan masalah?"
"Aku juga akan melakukan hal sama, tugas perdana menteri adalah menjaga rakyat. Tidak dibenarkan keluarganya menindas rakyat, jika dia masih melakukan itu, sebaiknya mundur saja."
Helena menatap aneh Miselia. "Yang kamu lawan adalah saudara dan ayahmu sendiri."
"Aku tidak peduli meskipun mereka adalah keluargaku." Miselia menutup bibir dengan kipas rendanya.
Helena tidak berani berdebat lagi, dia memutuskan menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan Miselia.
Tidak lama penjaga keamanan kota datang untuk melihat situasi, begitu mereka melihat Miselia berdiri di samping kereta dan menatap dingin mereka. Mereka memutuskan sedikit menjauh dan mengawasi apa yang akan dilakukan wanita jahat dari Ornella yang sempat hilang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments