Tanpa sengaja pandangan Olivia menatap cincin yang begitu berkilau di jari Devita.Olivia terus menatap cincin blue shappire itu.
"Devita, apakah cincinmu dari Brayen?" tanya Olivia yang terus melihat cincin yang di pakai oleh Devita.
"Bukan," jawab Devita singkat.
"Bukan," Olivia mengerutkan keningnya. "Jika bukan dari Brayen, lalu siapa lagi yang memberikanmu cincin?" tanya Olivia.
"Dari Ibunya Brayen. Setelah selesai fitting gaun pengantin kemarin. Aku ke toko perhiasan mengambil cincin yang sudah di pesan oleh Ibunya Brayen untukku.
Olivia berdecak kesal. " Devita kau ini bodoh atau apa?! Itu sama saja dari Brayen! Sekarang katakan padaku, apakah Brayen yang membayar cincinmu itu?"
"Ya, dia yang membayarnya," jawab Devita.
Olivia mendesah pelan. "Itu artinya sama saja, dia yang membelikannya untukmu, Devita. Kau tahu kan, cincin ini lebih mahal dari pada mobil sport milikmu?"
"Ya, aku tahu. Aku juga terkejut. Awalnya aku juga menolak di berikan perhiasan. Tapi karena Brayen mengatakan Ibunya yang sudah memesankannya untukku. Tidak mungkin aku menolaknya." balas Devita.
"Kau ini sungguh beruntung Devita, jika saja aku memiliki calon suami seperti Brayen. Aku tidak akan menolaknya." seru Olivia.
Devita memutar bola matanya malas dan berkata, "Kau terlalu berlebihan, Oliv."
Setelah dua jam Devita menyelesaikan mata kuliahnya. Devita langsung berpamitan duluan pada Olivia.Karena hari ini Devita harus bertemu dengan Rena, dia tidak ingin terlambat.
...******...
Devita memarkirkan mobilnya di salah satu butik Hermes di Kota B. Tadi siang, setelah Devita menyelesaikan kuliahnya Rena mengirimkan pesan padanya untuk bertemu di salah satu butik Hermes. Kini Devita masuk ke dalam butik. Saat tiba di dalam, Devita sudah memilih Rena tengah memilih tas.Devita melangkah mendekat ke arah Rena.
"Bibi Rena." sapa Devita yang kini telah berada di belakang Rena. Tentu Rena belum menyadari kedatangannya. Karena Rena tengah fokus pada tas - tas yang di pilih olehnya. Rena mengalihkan pandangannya, seketika senyum di bibirnya terukir melihat Devita sudah berada di hadapannya. " Sayang, kau sudah datang? Maafkan Bibi yang tidak melihatmu."
"Tidak ada apa - apa Bibi," jawab Devita. "Aku juga baru datang,"
"Baiklah, Sayang. Bibi sudah memilihkan beberapa dress keluaran terbaru untukmu. Dan Bibi juga sudah memilihkan tas keluaran terbaru untukmu," ujar Rena.
Devita mendelik, menatap tak percaya.Devita menelan salivanya susah payah ketika pelayan memperlihatkan barang - barang yang di pilih oleh Rena. Napas Devita mulai sesak, meski dirinya sudah terbiasa dengan biaya mahal. Tapi yang di pilih oleh Rena membuat Devita tidak bisa bernafas.
"Bibi, aku rasa tidak perlu sebanyak ini." ucap Devita menolak lembut, dia sungguh tidak enak jika dia harus belikan begitu barang - barang mewah.
"No, Sweetheart. Kau tidak bisa menolak. Karena semua yang Bibi pilih adalah yang terbaik untukmu." balas Rena. Kemudian dai memgeluarkan black card di dalam dompetnya, lalu membayar seluruh barang yang telah dia pilihkan untuk calon menantunya itu.
"Astaga, Mamaku saja sudah membuat walk in closetku penuh. Sekarang sepertinya Ibunya Brayen ini menginginkan aku tidur di atas tumpukan barang - barang yang dia beli," ucap Devita dalam batin.
Setelah Rena berbelanja untuk Devita, dia mengajak Devita. Dia mengajak Devita ke salah satu restoran yang tidak jauh dari lokasinya dengan butik itu. Rena dan Devita masuk ke dalam restoran, dan duduk di sudut jendela. Rena memesan chocolate untuk Devita dan teh hijau untuknya.
"Devita bagaimana kuliahmu?" tanya Rena sembari menyesap teh di tangannya.
"Baik Bibi. Tahun depan aku sudah lulus. Semoga semuanya lancar," jawab Devita yang juga menyesap hot chocolate di tangannya.
"Hmm. Sebenarnya Bibi tidak perlu membelikanku begitu banyak barang," Ujar Devita yang merasa tidak enak. " Sungguh, itu sangat berlebihan Bibi."
Rena meletakkan cangkir di atas meja lalu dia menatap lembut Devita. "Kau tahu Devita sejak dulu Bibi sangat menyukai gadis Indonesia. Mereka sangat ramah dan baik. Tidak hanya itu mereka juga menjaga pergaulan mereka. Sejak dulu, Bibi sudah menginginkanmu sebagai menantu Bibi. Kau adalah gadis yang paling tepat untuk bersanding dengan Brayen. Dan untuk dirikku yang membelikkan barang - barang untukmu, itu karena Bibi menyayangimu, Devita. Bibi ingin kau selalu tampil sempurna ketika kau menikah dengan Brayen nanti,"
"Tapi Bibi...."
"Jangan menolak sayang, karena aku akan memaksamu untuk menerimamya," potong Rena cepat.
"Baiklah Bibi terima kasih," jawab Rena sambil mendesah pelan.
...*****...
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author. Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Jasmine
semoga devita anak Malvin-Mira yg tertukar biar seru adegannya pembalasan dendam
2022-07-05
0
Jasmine
Rena sekarang jd matre ya,, biasanya yg berbau branded dibelikan David dan asistennya..terus ga peka dgn keadaan yg sebenarnya disekelilingnya
2022-07-05
0