Devita yang baru saja kembali dari kampus. Dia memutuskan untuk mendengarkan saran dari Olivia. Paling tidak Devita bertemu dahulu dengan anak dari Mahendra Enterprise itu. Akhirnya Devita mengatakan kepada kedua orang tuanya jika ia mau di pertemukan terlebih dahulu dengan sosok Brayen Adams Mahendra.
Kedua orang tuanya pun sangat bahagia dengan keputusan Devita ini. Tapi Devita ingin tahu, apakah pria yang di jodohkan padanya menyukai perjodohan ini. Dan Devita berharap pria yang di jodohkan dengannya ini tidak menyukai perjodohan ini juga.
Entah harus bicara apa dengan Angkasa. Karena Angkasa sebenarnya tahu, jika Devita menyukai Angkasa. Hanya saja Devita menolak Angkasa karena larangan dari kedua orang tuanya, yang tidak memperbolehkan dirinya untuk memiliki seorang kekasih.
Angkasa pernah menanyakan pada Devita. Jika dia akan menunggu Devita hingga Devita siap untuk menerima dirinya. Dan sekarang Devita sudah berencana untuk menerima Angkasa saat dirinya sudah lulus kuliah nanti.
Kini kenyataan pahit antara Devita dengan Angkasa.Karena Devita sudah pasti akan melukai hati Angkasa. Angkasa adalah sosok pria yang tampan dan berhati lembut dan dia juga selalu memperlakukan Devita dengan baik.
Saat ini Angkasa sedang memimpin perusahaannya yang berada di Jepang. Rencananya Angkasa juga akan kembali tahun ini. Angkasa lebih tua enam tahun di atas Devita.
Devita yang tengah membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mengambil ponselnya dan terus menatap foto Angkasa Nakamura. Sudah kebiasaan Devita, memang dia akan memandang foto Angkasa sebelum ia tertidur. Dengan melihat foto Angkasa akan sedikit menghibur dirinya dari rasa rindunya pada Angkasa.
"Harus bicara apa aku padamu, Angkasa. Aku akan di jodohkan pada pria yang bahkan aku tidak pernah melihat wujudnya seperti apa," kata Devita lirih, dia terus menatap layar ponselnya.
...*******...
Devita dan Olivia memasuki salah satu cafe tedekat dengan kampus mereka. Devita memilih untuk tidak langsung pulang. Dia lebih memilih untuk menenangkan pikirannya. Karena besok, dia akan bertemu dengan pria yang akan di jodohkannya. Jika memikirkan itu, Devita selalu merasa sesak.
"Olivia. Kau duduk dulu. Aku akan memesan minuman langsung," kata Devita. Dia menunjuk satu tempat duduk di ujung dekat kaca.
"Dev, kau panggil saja pelayannya. Tidak perlu kesana," balas Olivia.
"Tidak, Vi. Aku ingin langsung kesana. Aku ingin memesan red velvet cake."
"Jangan lupa juga kau belikan juga untukku,"
"Ya, akan aku belikan," kemudian Devita langsung berjalan menuju kasir.
"Hei Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan.
"Aku ingin dua es chocolate dan dua red velvet cake," jawab Devita.
"Baik Nona, nanti kami antar." ucap pelayan itu dengan ramah.
"Berikan red velvet cake saja dulu. Nanti, minumannya baru kalian antar."kata Devita dan pelayan pun langsung memberikan red velvet cake pada Devita.
Dengan mata yang berbinar Devita sudah tidak sabar untuk memakan red velvet yang ada di tangannya ini. "Sepertinya satu untukku saja masih kurang," gumam Devita.
Devita langsung berjalan menuju tempat duduknya. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati red velvet cake yang berada di tangannya ini. Namun, saat Devita berjalan, Kaki Devita menginjak sesuatu hingga membuatnya terpleset.
Bruukkkkk
Devita menumpahkan red velvet yang berada di tangannya pada seorang pria.
Olivia yang melihat Devita menumpahkan red velvet cake pada seorang pria, dia langsung menggarukkan kepalanya. "Bagaimana Devita sedang jalan saja, bisa terpleset!" Gerutu Olivia sambil berjalan menghampiri Devita.
"Kau ini, bodoh atau apa, Hah! Kau sudah menumpahkan kue di bajuku!" Bentak pria itu dengan suara yang keras hingga membuat Devita terkesiap mendengar bentakkan pria yang ada di hadapannya ini.
Devita meneguk ludahnya dengan susah payah. Dia mengumpat di dalam hati. Bahwa pria yang ada di hadapannya ini memang sangat tampan tapi membuat Devita langsung takut saat mendengar bentakan dari pria itu.
Devita pun kemudian memberanikan diri menatap pria yang ada di hadapannya itu. "Hemm...begini Paman, maaf kan aku, aku sungguh tidak sengaja menumpahkannya Paman. Tadi kakiku juga terpeleset Paman. Maaf, aku benar - benar tidak sengaja," kata Devita berusaha menjelaskan, dia menggigit bibir bawahnya berusaha mengatasi ke gugupannya.
Pria itu memejamkan matanya pada Devita. "Aa...aaapa?! Kau tadi barusan memanggilku apa!" Sentak pria itu.
"Maksudnya apa? Apa Paman marah padaku karena aku memanggilmu dengan sebutan Paman?" ucap Devita dengan suara polosnya.
Pria itu menggeram, menahan emosinya!. " Kau jangan mencoba untuk menguji kesabaranku!"
"M...maaf Paman. Aku sungguh tidak sengaja," kata Devita dan ia masih tidak berani untuk menatap pria yang ada di hadapannya itu.
"Jangan panggil aku Paman!" Bentak pria itu dengan nada tinggi. "Sekali lagi kau memanggilku Paman. Aku lempar kau dari sini!" Geram pria itu dengan kilatan mata yang tajam.
Devita kembali memperhatikan pria yang ada di hadapannya ini. " Hemm.. Tapi usia kita, bukankah berbeda jauh Paman."
"Usiaku baru 27 tahun. Jangan pernah kau memanggilku dengan sebutan Paman!" Seru pria itu.
"Paman. Usiaku juga baru 20 tahun dan kita berbeda 7 tahun, aku hanya menghormati panggilan untuk orang yang lebih tua di atas aku. Jadi aku memanggilmu dengan sebutan Paman." Devita mengatakan ini dengan senyum di wajahnya.
"K..kau...!" Geram pria itu.
"Devita! Kau ini bagaimana bisa sampai terjatuh!" Seru Olivia yang kini sudah berada di samping Devita.
"Aku juga tidak ingin terjatuh, Vi. Salahkan saja lantainya kenapa licin sekali!" Balas Devita yang tidak terima jika di salahkan.
"Paman, sekali lagi maafkan aku...." ucap Devita dengan nada pelan pada pria yang dia tabrak itu.
"Sudah aku katakan bukan! Berhenti memanggilku Paman! Atau, aku benar - benar akan melemparmu dari sini!" Tukas pria itu dengan nada ancaman.
"Pria ini tampan sekali tapi juga galak sekali!" Ucap Devita dalam hati.
"Baiklah Tuan. Maafkan aku," Devita menghela nafas dalam dan memilih untuk mengalah.
"Kau lihat bajuku! Sekarang jadi kotor karena kue mu ini!" Tukas pria itu dingin.
"Astaga. Baiklah, aku segera mengganti bajumu. Memangnya berapa harga bajumu?" balas Devita kesal.
Pria itu tersenyum sinis, " Hei. Gadis kecil! Kau tidak akan mampu untuk membayar bajuku ini!"
"Katakan saja berapa harga bajumu itu?!" Ucap Devita dengan ketus
"Devita, baju dia keluaran dari merk ternama dunia. Uang jajanmu yang kau tabung selama ini, aku pastikan akan habis," bisik Olivia di telinga Devita.
Devita yang hanya mendengarkan ucapan dari Olivia hanya bisa menelan ludahnya. "Sial sekali aku hari ini!" Gerutu Devita di dalam hati.
"Baju yang aku kenakan ini seharga 200 juta lebih," jawab pria asing itu. Devita langsung terkejut. Hampir saja Devita jatuh pingsan mengenai harga baju pria yang di tabrakanya ini. Bahkan Devita tidak akan mungkin di berikan uang jajan oleh Ayahnya sebanyak itu.
"Devita lebih baik kau berdamai saja dengannya. Katakan saja padanya bahwa kau masih mahasiswi," bisik Olivia kembali.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Jasmine
200jt bow...fantastis harganya...harga 1 mobil avanza...
tak kukuh....
2022-06-21
0