"Astaga. Bagaimana kalau Angkasa sampai melihat ini?" Gumam Devita pelan, namun Brayen masih bisa mendengarnya.
"Siapa itu Angkasa?" tanya Brayen sambil menautkan alisnya.
Devita hanya tersenyum kaku ketika, Brayen menanyakan tentang Angkasa. Beruntung belum sempat menjawab pelayan sudah datang mengantarkan makanan yang sudah di pesan oleh Brayen.
"Siapa itu, Angkasa?" tanya Brayen kembali, saat pelayan sudah pergi.
Devita mendengus tak suka. " Kau, ingin tahu saja urusan peibadiku!"
"Kau tidak lupa ingatan, bukan? Di perjanjian kita sudah tertulis kau harus selalu menurutiku Ms. Smith," desis Brayen.
Devita berdecak kesal sambil berkata, "Menyebalkan sekali!"
"Who's Angkasa?" Brayen menaikkan sebelah alisnya, menatap Devita menuntut wanita itu untuk menjawab dirinya.
"Angkasa adalah pria yang aku cintai!" Ucap Devita dengan ketus. Dengan terpaksa Devita mengatakannya karena tidak ingin berdebat dengan pria yang ada di hadapannya ini.
"Oh..., jadi kau sudah memiliki kekasih?" kening Brayen berkerut dalam.
"Harusnya aku punya!" Seru Devita kesal. "Tetapi karena kedua orang tuaku melarang, jika tidak. Mungkin saja aku sudah bersama dengan pria yan aku cintai!"
Brayen mengangkat bahunya acuh, dia mengambil gelas berisi whisky, lalu menyesapnya. "Kau tahu Devita? Apa yang sudah di lakukan oleh kedua orang tuamu adalah hal yang benar. Usiamu terlalu masih muda untuk menjalin hubungan.
Devita membuang nafas kasar. "Ya terlalu muda dan aku sudah di jodohkan denganmu!" Keluh Devita.
Brayen terkekeh pelan mendengar keluhan wanita yang ada di hadapannya ini. "Sekarang, dimana pria yang bernama Angkasa itu?" tanya Brayen ingin tahu.
"Di Jepang. Dia sekarang tinggal di Jepang sedang mengurusi perusahaan keluarganya yang ada di sana." jawab Devita.
Brayen mengangguk, " Well, apa dia tidak akan kembali ke Indonesia?" tanya Brayen lagi.
"Angkasa pasti akan kembali! Dia sudah berjanji kepadaku untuk kembali!" Seru Devita. "Setelah dia kembali, dan aku bercerai denganmu. Aku dan dia akan bersatu! Kami tidak akan pernah terpisah lagi!"
Brayen tersenyum sinis dan berkata, "Aku jadi ingin tahu, Pria seperti apa yang kau cintai itu, Devita?"
"Pria yang aku cintai adalah pria yang baik dan tidak pernah arrogant! Berbeda denganmu!" Tukas Devita ketus.
"Alright. Aku juga tidak peduli. Satu hal yang harus kau ingat Devita, jangan pernah kau merusak nama baikku. Dan ingat, kau tidak bisa menjalin hubungan dengan pria manapun selama kau masih terikat pernikahan denganku,"
"Ya, ya aku tahu, Tuan Muda Brayen!" Cebik Devita yang mulai kesal. "Tetapi, aku rasa kau juga memiliki kekasih?" sambung Devita.
Brayen kembali menyesap whisky yang ada di tangannya. "Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Brayen.
"Aku hanya menebaknya saja," jawab Devita acuh.
"Kau tenang saja. Aku selalu menjaga nama baikku," tukas Brayen.
"Baguslah kalau begitu," balas Devita. "Brayen, apakah kau memiliki seorang adik?"
"Adikku seorang pelukis." jawab Brayen.
"Adikmu pelukis? Kenapa kemarin aku tidak melihatnya?"
"Dia sedang berada di Australia. Nanti, dia juga akan datang ketika kita menikah.
Devita mengangguk paham. "Berapa usia adikkmu?" tanya Devita lagi ingin tahu.
"Dia di bawahku tiga tahun," jawab Brayen.
"Kau sekarang 27 tahun, bukan? Itu artinya adikkmu sudah berusia 24 tahun?" tanya Devita memastikan.
"Ya,"
"Apa dia sudah menikah?"
"Belum. Kau ini, banyak sekali bertanya!"
"Astaga. Aku hanya bertanya saja, Brayen!"
"Kau lihatlah, adikmu yang lebih tua dariku saja belum menikah. Sedangkan aku? Masih berusia 20 tahun, sudah harus menikah denganmu!" Gerutu Devita.
Brayen hanya menggeleng pelan dan tersenyum. Tidak hanya Devita, tetapi dirinya juga harus terjebak dalam pernikahan yang tidak di inginkan ini.
"Hem, Brayen kau minum apa?" Devita bertanya sembari menatap minuman yang di pegang oleh pria itu.
"Ini whisky. Apa kau pernah minum alkohol?"
"Tidak pernah. Karena kedua orang tuaku melarangku," jawab Devita. "Jika aku datang ke klub malam, pasti Ayahku akan selalu meminta anak buahnya untuk mengikutiku."
Brayen mengulum senyumannya.Kemudian dia berkata, "Kau memang masih anak kecil, Devita? Jadi, memang perlu di awasi."
"Kau menyebalkan sekali, Brayen!" Cebik Devita yang mulai kesal.
Hingga kemudian Brayen dan Devita telah selesai makan malam. Brayen kemudian meminta pelayan untuk mengantarkan bill. Dia mengeluarkan black cardnya lalu membayar tagihan itu. Setelah selesai membayar, Brayen dan Devita berjalan meninggalkan restoran.
...*********...
Sinar matahari hari pagi begitu cerah. Kini Devita selalu berada di kampus, dia lebih menyukai datang ke kampus lebih awal. Sejak dirinya akan di jodohkan dengan Brayen, membuat dirinya ingin datang lebih awal.
Devita duduk di taman sembari menikmati cuaca pagi yang begitu menyejukkan. Musim panas adalah musim yang terbaik bagi Devita. Hembusan angin begitu menenangkan. Devita memejamkan mata sebentar, menikmati suasana pagi yang begitu indah.
"Devita?" panggil Olivia. Saat dia melangkah menuju taman dan mendapati sahabatnya itu tengah berada di taman.
Devita membuka matanya, dia mengalihkan pandangannya. Lalu, menatap Olivia yang sedang duduk di sampingnya.
"Kau tidak masuk kelas, Vi?" tanya Devita.
"Tidak. Nanti saja? Dan kau, kenapa datang ke kampus, Devita? Pernikahanmu sebentar lagi bukan? Apa kau tidak mau melakukan persiapan itu?" tanya Olivia.
Devita mendesah pelan, dan berkata, "Persiapan apa yang kau maksud? Semua sudah di atur, aku tidak perlu melakukan persiapan"
"Aku lupa kalau semuanya sudah di atur," jawab Olivia dengan senyuman lebarnya. "Sudah lupakan tentang pernikahanmu? Devita, tahun depan kita sudah lulus, apa rencanmu?"
"Aku ingin membuka perusahaan Weeding Organizer. Tetapi aku ingin membangun perusahan dengan uangku sendiri.Aku tidak ingin kedua orang tuaku ikut campur dalam pilihanku," ujar Devita yang menceritakan tentang rencananya.
Olivia berdecak pelan. "Kau ini bagaimana! Kau kan akan menjadi seorang Istri dari seorang Brayen Adams Mahendra. Kau tidak perlu susah payah untuk membangun perusahaanmu dengan uangmu sendiri. Karena kau akan memiliki segalanya, tanpa harus bekerja keras, kau akan mendapatkan segalanya."
"Aku tidak ingin membahas tentang itu, Olivia!." Tukas Devita menekankan. "Kau juga tahukan, jika pernikahanku ini hanyalah pura - pura saja dan tidak sungguhan."
"Tapi Devita....."
"Jangan membahasnya lagi, Olivia! Aku tidak ingin," ucap Devita.
Olivia mendesah pelan, "Baiklah tapi ada satu hal yang ingin aku katakan padamu, Dev?" tanya Olivia.
"Ada apa?" Devita mengerutkan keningnya menatap bingung ke arah Olivia.
"Kemarin, aku tidak sengaja membaca artikel tentang Angkasa. Di artikel itu, Angkasa mengatakan bahwa Angkasa Nakamura tengah berkencan dengan seorang wanita," ujar Olivia.
"Aku rasa ini adalah waktunya kau harus melupakan Angkasa. Aku yakin, Angkasa telah memiliki wanita lain, Devita? Aku tidak ingin kau membuang waktumu untuk menunggu yang tidak pasti, Devita!" Sambung Olivia.
Devita terdiam sebentar, dia juga membaca tentang artikel ini. Namun Devita, memilih untuk menpercayai Angkasa.Devita percaya, jika Angkasa akan kembali kepadanya.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Artati Sukreni
devita terlalu percaya sm angkasa...
2023-05-17
0