Devita terdiam sebentar, dia juga membaca tentang artikel ini. Namun Devita, memilih untuk menpercayai Angkasa.Devita percaya, jika Angkasa akan kembali kepadanya.
"Olivia aku percaya pada Angkasa. Aku tidak ingin mencurigai sesuatu tanpa adanya bukti," balas Devita menegaskan.
"Terserah kau saja, Devita. Tapi aku tidak ingin kau menunggu ketidak pastian. Aku tidak ingin kau terluka nantinya." tukas Olivia mengingatkan.
"Olivia!" Suara bariton memanggil nama Olivia. Membuat Devita dan Olivia mengalihkan pandangan mereka. Menatap sosok pria yang melangkah mendekat ke arah mereka.
Kening Olivia berkerut dalam. "Steven? Kau disini?"
"Ya. Aku disini sengaja mau menjemputmu," jawab pria yang bernama Steven itu. Namun, kini pandangan Steven menatap ke arah sosok gadis cantik yang sedang duduk di samping Olivia. Tatapan Steven tidak henti menatap sosok gadis yang sedang duduk di samping Olivia itu. Hingga kemudian pria itu berkata. "Kau ternyata memiliki teman yang sangat cantik. Tapi tidak memperkenalkannya kepadaku?"
Olivia mendengus tak suka." Kau ini, apa tidak bisa melihat gadis cantik?"
"Devita. Pria yang ada di hadapanmu ini bernama Steven Roberto, dia sepupuku yang menetap tinggal di kota B." kata Olivia memperkenalkan Steven pada Devita.
"Steven, Ini Devita Smith, sahabatku. Dulunya dia tinggal di Kanada dan alasan aku pindah ke Indonesia karena aku ingin dekat sahabatku ini yang kini menetap Indonesia." lanjut Olivia.
Steven mengagguk paham. Kemudian dia mengulurkan tangannya pada Devita. Dan Devita membalas jabatan tangan Steven.
"Steven."
"Devita."
Olivia menggeleng pelan. Dia pun langsung memisahkan tangan Steven yang tidak mau juga melepaskan tangannya pada Devita. "Kau ini tidak bisa melihat gadis cantik! Kau cari sana di dalam juga sangat banyak! Jangan mengganggu Devita!."
Steven berdecak kesal. " Kau ini mengganggu saja Olivia!"
"Devita!" Suara bariton memanggil nama Devita hingga membuat semua orang yang ada di sana mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu. Seketika Devita terkejut menatap Brayen yang sudah ada di kampusnya. Devita menatap tak percaya. Pasalanya Brayen tidak pernah datang ke kampusnya.
"Brayen? Kau di sini?" tanya Devita sambil menautkan alisnya,menatap Brayen yang kini sudah berada di hadapannya.
"Cepat. Ikut aku pulang!" Tukas Brayen dingin.
"Pulang? Jadi, kau datang untuk menjemputku?" tanya Devita yang masih terkejut.
"Jika aku tidak menjemputmu lalu siapa yang aku jemput?!" Jawab Brayen malas.
"Ck! Menyebalkan sekali. Aku ini bawa mobil!" Ucap Devita ketus.
"Mobilmu, akan di bawa oleh sopirku jadi, berikan kunci mobilmu padaku," balas Brayen.Devita mendengus tak suka. Tidak ada pilihan lain, Devita akhirnya mengambil kunci mobil di dalam tasnya, lalu memberikannya pada Brayen.
"Eheemmm..." Steven berdehem, sejak tadi, dia terus memperhatikan Devita.
Devita mengalihkan pandangannya dia menatap Olivia dan juga Steven. Dia lupa memperkenalkan Brayen kepada mereka berdua.
"Maaf. Aku lupa memperkenalkan Brayen pada kalian berdua," ujar Devita. " Olivia, Steven. Perkenalkan ini Brayen."
"Brayen. Perkenalkan ini Olivia sahabatku dan Steven sepupunya." lanjut Devita.
Olivia tersenyum ke arah Brayen. Sedangkan Brayen membalasnya dengan anggukan singkat di kepalanya.
"Devita! Cepat kita pulang!" Tukas Brayen mengingatkan.
Devita membuang napas kasar, dia sebenarnya tidak ingin pulang. Tapi dia, tidak mungkin berdebat dengan Brayen di hadapan Olivia dan juga Steven. Devita lebih memilih untuk mengalah, dia tidak ingin berdebat dengan pria yang sangat menyebalkan ini.
"Olivia, Steven. Maaf, aku harus pulang duluan," pamit Devita yang merasa tak enak.
"Hati - hati, Devita." balas Olivia dan juga Steven bersamaan.
Dengan malas dan wajah kesal, Devita berjalan menyusul Brayen yang sudah lebih dulu menuju mobil.
Steven terus menatap Devita yang berjalan meninggalkannya. Pandangan Steven tidak henti menatap Devita, hingga wanita itu menghilang dari pandangannya.
"Steven! Jangan dekati dia!" Tegur Olivia.
Steven mengalihkan pandangannya, kini dia menatap lekat Steven. "Kenapa? Aku yakin dia menyukaiku?"
"Ck! Devita akan menikah sebentar lagi!" Tukas Olivia.
"Menikah? Kau mencoba membohongiku!" Seru Steven.
Olivia membuang napas kasar. "Siapa yang membohongimu! Devita memang akan menikah! Apa tadi kau tidak lihat? Pria yang di kenalkan Devita tadi? Itu adalah calon suaminya, Brayen Adams Mahendra."
"Brayen Adams Mahendra?" Steven mengerutkan keningnya. " Ta....tadi, Devita sudah memperkenalkan Brayen Adams Mahendra padaku?!"
"Steven! Kau ini bagaimana? Bukankah kau juga pengusaha?! Kenapa kau tidak langsung mengenali Brayen Adams Mahendra."
"Ck! Brayen Adams Mahendra, dulu dia tinggal Milan.Aku sudah lama tidak melihat dan mengetahui kabarnya," balas Steven. " Jadi Devita sungguh calon istrinya, Brayen Adams Mahendra?"
"Terserah, kalau kau masih tidak percaya! Nanti,ketika Devita menikah.Aku akan membawamu! Lebih baik, kita pulang sekarang! Kau datang untuk menjemputku bukan?" Ucap Olivia langsung memeluk lengan Steven menuju ke arah parkiran mobil. Sedangkan Steven masih tidak menjawab, karena tujuannya memang untuk menjemput Olivia.
...******...
"Brayen, kenapa kau menjemputku?" tanya Devita kesal. Dia tengah menatap Brayen yang sedang menyetir mobil.
"Bundaku yang memintaku untuk menjemputmu," jawab Brayen dingin. Dia terus menatap ke depan, tanpa mau melihat ke arah Devita.
Devita mendengus kesal. " Tadi malam kita berkencan atas permintaan dari Bundanmu. Sekarang kau menjemputku karena atas permintaan Bundamu. Apalagi setelah ini Brayen?"
"Kau pikir aku mau menjemputmu? Bertemu denganmu hanya membuang waktuku!" Ucap Brayen dengan nada suara yang terdengar kesal.
"Ck! Kau pikir aku juga mau di jemput olehmu? Aku juga tidak mau!" Jawab Devita yang tidak mau kalah. " Sekarang katakan kepadaku. Ada apa dengan Bundamu memintamu untuk menjemputku?"
"Hari ini kita akan fitting gaun pengantin," balas Brayen.
"Astaga! Menikah itu sangat menyusahkan saja!" Gerutu Devita.
"Berisik! Sekali lagi kau berisik, aku akan melemparmu!" Desis Brayen.
Devita mengumpat di dalam hati ingin sekali dia menghajar pria yang ada di sampingnya ini.
...***...
Mobil Roll Royce, milik David kini sudah tiba di depan butik. Brayen dan juga Devita pun turun dari mobil. Mereka melangkah masuk ke dalam butik itu. Pandangan Devita kini menatap sosok wanita yang sedang berjalan ke arahnya.
"Selamat siang Tuan Brayen dan Nona Devita. Perkenalkan saya Grace dengan senyuman hangat di wajahnya.
"Siang Grace," balas Devita. Brayen hanya membalas anggukan singkat di kepalanya.
"Nona, mari ikut saya ke fiiting room," kata Grace.
"Ya," jawab Devita.
...*************...
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author. Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Kusmiati
lanjut thor
2022-07-06
1
Jasmine
brayen msh anak ingusan...msh bisa dikemudikan ortunya...pengusaha yg mandiri tp msh dikendalikan dan dimonitoring...semua keputusan berasal dr ortu...takut diblokir dr hak waris...pendidikan tinggi tp msh kekanakan
2022-06-28
1
Jasmine
bunda apa mommy
2022-06-28
0