Brayen turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam perusahaannya. Brayen terus memikirkan soal perjodohan itu. Jika Brayen tahu dirinya akan di jodohkan lebih baik ia tidak akan kembali ke Indonesia.
Brayen masuk melangkah ke dalam lift pribadinya.
Ting!
Pintu lift terbuka, Brayen berjalan keluar menuju ke ruang kerjanya.
"Selamat siang, Tuan Muda Brayen," sapa Albert Asistentnya saat melihat Tuannya itu baru saja keluar dari lift.
"Albert! Ikut ke ruanganku!" Tukas Brayen dingin.
"Baik Tuan," jawab Albert
Brayen langsung berjalan masuk ke ruang kerjanya dan Albert mengikutunya dari belakang.
"Albert apa kau tahu tentang Smith Company?' tanya Brayen menatap lekat Albert yang berdiri di hadapannya.
"Smith Company? Itu salah satu perusahaan properti yang cukup ternama Tuan Muda, memang tidak terlalu besar. Tapi mereka cukup sukses dan ternama," jelas Albert. " Tapi maaf Tuan Muda, kenapa menanyakan tentang Smith Company?" tanya Albert memastikan.
Brayen membuang napas kasar, " Orang tuaku memintaku kembali ke Indonesia hanya karena ingin menjodohkanku dengan anak dari pemilik Smith Company."
"Tuan Muda, mungkin Tuan David hanya ingin mencarikan gadis yang tepat untuk hidup Tuan Muda Brayen," jawab Albert memberikan saran.
"Terbaik dari mana! Bahkan seperti apa gadis itu, aku tidak tahu!" Geram Brayen.
"Tuan Muda, saya sarankan. Lebih baik Tuan Muda Brayen bertemu dahulu dengan anak dari Smith Company itu. Setidaknya Tuan Muda bisa bertemu dan berbicara langsung dengannya. Tuan Muda juga tidak tahu, apakah gadis itu juga menolaknya seperti Tuan saat ini atau malah dia menerimanya." Albert kembali berusaha mencoba untuk memberikan saran.
"Aku yakin, dia tidak akan mungkin menolak ku. Sudah pasti dia akan menerimanya. Kau tahu, kan banyak gadis yang mengincar hartaku!" Seru Brayen dia berusaha mengendalikan emosinya.
"Tapi Tuan. Menurut saya tidak ada salahnya, jika Tuan David sudah pilihkan," kata Albert hati - hati.
Brayen membuang napasa kasar " Kau kembalilah dan selesaikan pekerjaanmu."
Albert menunduk lalu dia undur diri dari ruang kerja Brayen.
Brayen menyandarkan punggungnya ke kursi. Memejamkan mata singkat, pikirannya terus memikirkan Elena. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Elena.
...*****...
Devita mematut dirinya di depan cermin. Kini dirinya tengah di rias oleh make up artist, yang telah di sewa oleh Ibunya. Setelah selesai di make up, Devita langsung memakai strap dress yang telah di siapkan oleh Ibunya.
Saat Devita sudah mengganti pakaiannya dengan gaun berwarna navy yang sangat kontras di kulit putih miliknya, Nadia dan Angela penata riasnya sangat terkejut saat melihat Devita yang saat ini jauh lebih dewasa. Devita terlihat sangatlah cantik dan anggun.
"Nona Devita, anda sangat cantik sekali." puji Angela.
"Sayang, Mama tidak menyangka putri Mama sangatlah cantik," kata Nadia tidak berhenti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik hari ini.
Devita hanya memutar bola matanya malas. Sangat menyebalkan! Hanya bertemu dengan pria yang di jodohkan, dia harus di rias seperti ini.
"Angela bisa tinggalkan aku sebentar dengan putriku," pinta Nadia.
"Baik Nyonya." Angela langsung berjalan meninggalkan Nadia dan juga Devita.
Nadia melangkah mendekat ke arah Devita. Lalu dia mengelus dengan lembut pipi putrinya itu. "Devita, wajahmu harus senyum sayang. Mama tidak ingin melihat Paman David dan anaknya melihatmu dengan wajah yang cemberut seperti itu."
"Ma, Mama tahu kan aku tidak ingin menikah," kata Devita yang mencoba membujuk Ibunya kembali.
Nadia mendesah pelan. "Sayang, bukankah kau sudah setuju untuk pertemuan ini?"
"Bagaiamana tidak setuju! Jika Papa dan Mama selalu memaksa!" Ucap Devita dalam batin.
"Ya sudah. Ayo kita berangkat sekarang. Papa sudah menunggu di bawah," ajak Nadia. Devita pun mengangguk pelan.
...*****...
Devita dan keluarganya kini sudah tiba di mansion milik keluarga Mahendra. Devita yang melihat mansion itu pun sempat terkejut. Karena mansion ini jauh lebih besar dari mansion keluarganya. Devita dan keluarganya pun dari mobil. Para pelayan menyambut ramah kedatangan Devita dan juga keluarganya.
"Edwin!" Panggil David saat melihat Edwin.
"David!" Edwin pun langsung memeluk David.
"Ini putrimu?" tanya David.
"Ya, ini Devita Smith putriku," jawab Edwin.
"Ya ampun Devita. Kau cantik sekali, sayang." Rena tidak berhenti menatap Devita yang sangat cantik.
Devita tersenyum. "Apa kabar Paman dan Bibi?"
"Kami semua baik sayang," jawab Rena.
"Kau memang sangat cantik Devita," puji David.
"Terima kasih, Paman,"
"Lebih baik kita masuk," kata Rena. Kemudian mereka semua berjalan masuk ke dalam mansion. Saat Rena melihat salah satu Asistennya. Dia meminta salah satu Asisten rumah tangganya itu untuk memanggil memanggil Brayen.
"Devita. Kau masih kuliah kan?" tanya Rena dengan tatapan lembut pada Devita.
Devita mengangguk dan tersenyum. "Masih Bibi, saat ini aku masih semester 5," jawab Devita.
"Apa rencanamu setelah lulus kuliah nanti, Devita?" tanya David.
"Aku berencana untuk membuka perusahaan Event Organizer, Paman.Dan mungkin saja bisa berubah. Aku belum memastikannya." jawab Devita.
David tersenyum. " Hebat! Kalau kau sudah berniat mau membuka bisnis."
Obrolan mereka terhenti. Ketika melihat sosok pria tampan dengan tubuh tegap dan atletis menuruni tangga. Semua orang pun menatap pria itu sambil tersenyum.
Devita mengernyitkan dahinya, saat melihat sosok pria tampan itu. Dia tidak berhenti menatap pria tampan itu yang sedang melangkah mendekat.
Rena tersenyum ke arah putranya. "Brayen sayang.... perkenalkan ini Devita," kata Rena yag memperkenalkan Devita. " Sedangkan di sebelahnya adalah Paman Edwin dan juga Bibi Nadia."
"Ohhh , jadi pria itu namanya Brayen." ucap Devita dalam hati. Namun, tiba - tiba mata Devita membulat sempurna, saat menatap pria bernama Brayen itu.
"Astaga dia!" Devita terkejut saat melihat Brayen.
Brayen yang merasa terus di tatap oleh gadis yang ada di hadapannya. Dia pun memincingkan matanya menatap gadis yang berada dia hadapannya itu. "Gadis itu?" Brayen juga ikut terkejut, saat melihat gadis yang ada di hadapannya itu.
"Brayen duduklah dulu," pinta Daddy David dan Brayen pun langsung duduk di samping Rena.
"Brayen. Jadi, Daddy sudah memutuskan agar kalian secepatnya bisa menikah satu minggu lagi," ujar David yang sontak membuat Devita dan juga Brayen pun terkejut.
"Dad. Apa tidak terlau cepat?!" Seru Brayen yang mencoba untuk menahan emosinya.
"Tidak, ini semua sudah di atur," tukas David tegas.
"Bukankah begitu Edwin?" tanya David yang mengalihkan pandangannya menatap Edwin.
Edwin pun mengangguk dan berkata, " Benar. Kami sudah menyiapkan pernikahan kalian,"
"Apa - apaan ini? Kenapa aku akan menikah satu minggu lagi." ucap Devita dalam hati.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Jasmine
harus segera kalian ttg..biar kedua ortu kalian kepelongo kayak sapi ompong bhw anak2nya tak mau dijodohkan...ini bukan zaman siti nurbaya
2022-06-24
0
Jasmine
masa tak ada photo keluarga di ruang keluarga david...mansion semegah itu tak bisa membuat photo keluarga sebesar layar tancap
2022-06-24
0
Jasmine
issshhh...norak deh rena...
ibu yg pendek wawasannya...
macam tak ada aja jodoh yg pantas tuk anak bujangmu...macam bujang lapuk spt david waktu menikah dgnmu
2022-06-24
0