"Astaga, Dev. Siapa yang tidak mengingatnya. Di dalam hidupku aku belum pernah bertemu dengan pria yang setampan dia. Dan kau lihat tubuhnya sangat menggoda. Ah, dia benar - benar idaman para gadis," ucap Olivia yang selalu menatap ponselnya itu.
"Sudahlah kau jangan berlebihan, Olivia! Dia itu, sudah tua dan menyebalkan!" Seru Devita.
"Apa kau itu sudah buta! Dia itu jauh lebih tampan daripada Angkasa. Kau benar - benar sangat beruntung memiliki calon suami yang seperti dia!" Balas Olivia " Dan apa kau bilang tadi? Tua? Kau ini sungguh sudah gila, Devita! Usianya masih 27 tahun, dia itu masih muda!"
"Aku tidak peduli! Jika kau menyukainya, buat kamu saja sana!" Jawab Devita yang masih juga tidak peduli.
Olivia menggeleng pelan. " Percayalah Devita Smith. Aku yakin kau nanti akan jatuh cinta padanya. Apalagi, jika sudah satu rumah. Bagaimana kau bisa menolak pesona dari Brayen Adams Mahendra. Dia ini sungguh tampan."
"Ck! Sudah aku katakan. Aku tidak akan pernah jatuh hati padanya, Oliv! Kau ini benar - benar menyebalkan!" Dengus Devita.
"Ya, ya terserah kau saja? Tapi, apa kalian tidak takut jika orang tua kalian mengetahui hal ini?" tanya Olivia.
"Tidak akan. Lagi pula, aku hanya menceritakannya kepadamu. Jadi kau harus menjaga mulutmu ini, jangan sampai kau keceplosan untuk bicara!" Peringat Devita.
"Tenanglah, aku tidak mungkin keceplosan. Kau ini sudah tahu bukan, kita sudah bersahabat sejak kecil!" Balas Olivia.
"Tapi tunggu?! Jadi kapan rencananya kalian akan menikah?" tanya Olivia.
"Satu minggu lagi," jawab Devita.
"Apa?! Satu minggu lagi?" tanya Olivia lagi sambil membelalakan matanya.
"Ya, ternyata orang tua kami sudah merencanakannya. Jadi, tidak mungkin aku membatalkannya. Lagi pula, pernikahanku dengan Brayen hanya berpura - pura saja. Jadi, meskipun statusku sudah menikah, aku akan bebas!" Kata Devita dengan senyum bahagia di wajahnya.
Olivia menghela nafas dalam. "Terserah kau saja, Dev. Intinya, aku akan selalu mendukungmu,"
"Aku tahu itu! Kau itu, memang sahabat terbaikku."
"Tapi, apa Brayen sudah memiliki kekasih?"
Devita mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu, dan aku juga tidak peduli,"
Olivia pun mengambil ponselnya dan kembali mencari artikel di internet tentang kehidupan pribadi Brayen Adams Mahendra. Saat mendapatkan satu artikel tentang kehidupan pribadi Brayen. Dan Olivia pun langsung menunjukkannya kepada Devita. "Lihatlah, artikel ini, Dev. Dia ternyata pernah dekat dengan artis cantik, berasal dari Italia."
Devita menatap ponsel layar Olivia, sosok wanita cantik dan sexy tengah berfoto dengan Brayen. "Mereka berdua sangat cocok." komentar Devita.
"Apa kau tidak marah?" tanya Olivia menatap bingung ke arah Devita.
"Marah? Untuk apa? Aku hanya mencintai Angkasa Nakamura. Dan dia juga mungkin mencintai gadis itu, lalu adil bukan?" balas Devita yang tidak peduli.
"Aku bisa gila denganmu Devita! Apa kau sama sekali tidak tertarik dengan Brayen?" Seru Olivia. Dia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Devita.
"Brayen. Memang pria yang tampan. Aku mengakui itu. Tapi kau tahu, aku menikah dengannya hanya karena perjodohan saja. Bukan karena kami saling mencintai," ucap Devita yang kembali menegaskan.
Olivia mendengus tak suka, "Terserah. Tapi aku pasti yakin, kalian berdua akan segera jatuh cinta. Dan aku akan menunggu waktu, dimana kau akan menceritakan tentang perasaanmu pada Brayen."
Devita mencebik. "Tidak mungkin, Olivia Richard! Sampai kapan pun aku tidak akan jatuh cinta padanya!"
...*******...
Brayen menyandarkan punggunggnya di kursi memejamkan mata lelah. Pikirannya tidak bisa berpikir jernih. Tujuannya kembali ke Indonesia hanya untuk memimpin perusahaan, tetapi dia harus di hadapkan dengan kenyataan untuk menikahi wanita yang bahkan dia sendiri pun tidak mengenali wanita itu. Hingga di detik ini, Brayen masih terus memikirkan. Bagaimana cara dirinya harus menjelaskannya pada Elena. Tidak mungkin Brayen membiarkan kekasihnya itu harus terluka karena ini.
Terdengar suara dering ponsel membuat Brayen menghentikan lamunnannya. Brayen membuka matanya, dia mengambil ponsel yang ada di atas meja.Brayen mengambil napas kasar, ketika menatap ke layar tertera Mommynya sedang menghubungi dirinya. Tidak ada pilihan lain, tidak mungkin Brayen tidak menjawab panggilan itu. Brayen menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakkan ke telinganya.
"Ya,Mom?" jawab Brayen. Saat panggilannya sudah tersambung.
"Brayen apa kamu sibuk?" tanya Rena dari sebrang telepon.
"Tidak, memangnya ada apa, Mom?" tanya balik Brayen.
"Mom, hanya ingin kau mengajak Devita untuk berkencan. Kalian kan akan menikah. Mommy ingin kalian mengenal lebih dekat satu sama lain." ucap Rena.
"Tidak bisa! Besok aku sibuk, Mom!"
"Brayen! Mommy tidak mau tahu! Kau harus mengajak Devita untuk berkencan besok. Kau ini, jangan selalu memetingkan pekerjaanmu."
Brayen mengumpat di dalam hati. " Ya, nanti aku akan menghubungi Devita."
"Good. Mommy senang mendengarnya. Kalau begitu Mommy matikan dulu. Ingat! Besok kau dan Devita harus berkencan!"
Tanpa menjawab Brayen langsung memutus sambungan teleponnya. Tidak ada pilihan lain. Jika Brayen tidak ingin mengikuti keinginan Mommy itu, sama saja dengan dia mencari masalah.
Padahal Brayen baru saja mau keluar dari kantornya. Tapi kini dia harus menghubungi wanita itu. Dengan malas Brayen mencari kontak Devita dan mulai menghubungi wanita itu.
"Devita," sapa Brayen saat panggilannya itu terhubung.
"Astaga Paman. Ada apa kau menghubungiku? Bukannya tadi aku sudah menandatangani surat perjanjian itu!" Seru Devita dari sambungan telefonnya.
"Berhenti memanggilku, Paman! Atau aku akan melemparmu!" Desis Brayen.
"Ya, ya maaf. Ada apa Brayen ?" tanya Devita, sinis.
"Besok malam kita harus berkencan," tukas Brayen. Sontak membuat Devita begitu terkejut.
"Eh...."
"Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu. Mommyku yang memaksaku untuk berkencan denganmu besok malam!" Seru Brayen.
"Kenapa kau tidak menolaknya?" tanya Devita heran.
"Kau jangan berisik! Kalau aku bisa menolaknya. Sudah pasti aku akan menolaknya!" Jawab Brayen dengan nada suara yang terdengar kesal.
"Ck! Baiklah, besok malam kau jemput aku dirumah ku saja," balas Devita.
"Baik. Besok jam tujuh malam aku akan menjemputmu. Kau sudah harus siap saat aku datang. Aku tidak suka menunggu!"
"Ya, tenang saja aku tidak akan terlambat." balas Devita yang langsung mematikan sambungan telefonnya.
"Sialan! Gadis kecil itu, berani mematikan telepon dariku!" Geram Brayen, karena Devita sudah mematikan sambungan telefonnya.
Devita meletakkan ponselnya di atas meja, dia mendengus kesal saat mendapatkan telefon dari Brayen.
"Dev, siapa yang telefon?" tanya Olivia sambil menatap Devita.
"Brayen!" Jawab Devita dengan nada suara yang terdengar kesal.
"Ada apa Brayen menghubungimu? Bukankah tadi, kalian berdua baru saja bertemu?" tanya Olivia lagi.
"Besok, aku harus berkencan dengannya." balas Devita.
"What?! Kencan? Are you kidding me?" tanya Olivia yang benar - benar tidak percaya, Devita akan berkencan dengan Brayen.
"Ck! Jangan berpikir yang tidak - tidak. Kami pergi berkencan karena keinginan Ibunya!" Seru Devita kesal.
Olivia mengangguk paham. "Baiklah, siapa tahu, dengan berkencan kau akan semakin mengenal Brayen. Dan kau bisa membuka hatimu untuk Brayen."
"Jangan bicara yang tidak - tidak Olivia!" Ucap Devita mendengus tak suka. " Sudahlah, aku ingin pulang. Kepalaku pusing! Saat ini aku membutuhkan waktu untuk berendam air hangat."
Olivia terkekeh. "Baiklah, selamat menikmati waktu bersantai mu."
Devita mengangguk singkat. Dia beranjak lalu meninggalkan caffe. Sebelum meninggalkan caffe terlebih dahulu, Devita melunasi bill makanan yang dia pesan tadi.
...***********...
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
Jasmine
Brayen orgnya tak berpendirian, begitu byk alasan tuk menghindari kemauan ibunya...
bagai kebo dicucuk hidungnya...
tak mengindahkan perkataan ibu kita bukan berarti kita berbuat dosa dan salah..apalagi alasan yg dikemukakan tepat
2022-06-25
0