Kemudian Devita melangkah masuk ke dalam fitting room. Seketika Devita terdiam, menatap sebuah gaun mewah dengan taburan swarovski
di gaun itu. Devita mendekat dan dia menyentuh gaun yang sangat indah itu.
"Nona, apa anda menyukai gaun ini?" tanya Grace saat Devita menyentuh gaun yang ada di hadapannya.
"Aku tidak mungkin, tidak menyukai gaun yang seindah ini." jawab Devita dengan tatapan kagum pada gaun itu.
"Ini, gaun pengantin anda,Nona" balas Grace silahkan di coba terlebih dahulu, Nona."
"Gaun pengantinku?" Devita mentap tak percaya. Gaun indah yang ada di hadapannya adalah gaun pengantinnya.
"Benar Nona. Silahkan coba terlebih dahulu gaun pengantinnya.
Devita mengangguk, " Ya, baiklah"
Tidak lama kemudianDevita mengganti pakaiannya dengan gaun itu. Beruntung Grace membantu Devita memakai gaun itu.
"Nona, lihatlah... gaun ini begitu indah. Nona terlihat sangat cantik," puji Grace yang tidak henti menatap Devita yang sudah terbalut gaun pengantin.
Devita mengerutkan dahinya. "Benarkah? tapi gaun ini sungguh berat. Membuatku susah untuk berjalan,"
Grace mengulum senyumannya. "Tidak masalah Nona, hanya satu hari lagi pula gaun itu terlihat lebih indah di tubuh anda.
Devita mendesah pelan, "Ya, semoga satu hari itu, aku bisa menahannya."
"Lebih baik kita ke depan, Tuan Brayen pasti sudah menunggu anda," kata Grace. Dan Devita pun mengangguk.
Grace pun membantu Devita untuk melangkah keluar. Gaun bertaburan swarovski ini memang membuat Devita tidak nyaman. Saat Devita berjalan keluar, Brayen yang sedang duduk di sofa tidak berhenti menatap Devita yang sedang berjalan keluar dengan balutan gaun pengantin yang indah. Gadis kecil yang selalu melawannya itu, kini terlihat sangat cantik bahkan, Devita terlihat jauh lebih dewasa.
"Tuan Brayen bagaimana? Apakah gaun ini sesuai dengan keinginan anda?" tanya Grace yang selalu mengalihkan pandangannya lagi.
"No bad,"jawab Brayen dingin.
"Tuan, ini hanya tinggal di rias dan saya yakin, Nona Devita pasti akan terlihat sangat cantik," balas Grace. Brayen mengangguk singkat.
"Brayen sialan! Dia hanya berkomentar lumayan? Yang benar saja! Apa tidak bisa dia menyenangkan hati seseorang?" gerutu Devita di dalam hati.
Tidak lama kemudian, Devita sudah mengganti pakaian itu dengan pakaian yang di pakai sebelumnya. Meski Brayen hanya berkomentar lumayan, tapi kenyataannya Brayen memilih gaun itu untuk di pakai Devita saat pernikahan mereka. Kini Brayen dan Devita berjalan keluar dari butik itu.Kemudian mereka masuk kedalam mobil. Brayen menghidupkan mesin dan menginjak gas, lalu melajukan mobilnya meninggalkan butik.
"Devita, setelah ini kita ke toko perhiasan." tukas Brayen tanpa melihat ke arah Devita. Dia menatap kedepan fokus mengendarai mobilnya.
"Aku tidak mau! Aku tidak butuh perhiasan!" Jawab Devita ketus.
"Jangan bodoh Devita! Memangnya kau pikir aku yang akan membelikanmu?! Itu semua Mommy ku yang sudah memesankannya karena kita akan menikah. Dan menikah itu butuh cincin. Kau pasti tahu itu bukan? Kalau kau tidak tahu, mungkin saat sekolah, kau hanya tidur saja!" Seru Brayen.
Devita berdecak kesal "Menyebalkan sekali! Aku ini cerdas! Kau periksa saja nilaiku di kampus!"
Kini Brayen dan Devita sudah sampai di toko perhiasaan. Dengan terpaksa Devita ikut turun dan melangkah masuk ke dalam toko perhiasaan itu.
"Tuan Brayen," sapa seorang pelayan ketika melihat Brayen.
Brayen mengangguk dan bertanya, "Apa cincin yang di pesan oleh Mommy ku sudah selesai?"
"Sudah, Tuan. Mari ikut saya," jawab pelayan itu.
Brayen dan Devita melangkah masuk. Tidak lama kemudian, pelayan mengantarkan sebuah kotak kecil berwana biru.
"Tuan Brayen. Ini pesanan Nyonya Rena." pelayan itu membuka kotak berwarna biru itu. Devita mendelik tajam tak percaya. Pasalnya, cincin yang di tunjukkan adalah cincin dengan batu permata blue sapphire.
"Devita, kau coba cincin itu," tunjuk Brayen pada kotak berwarna biru itu.
"Brayen ini cincin untukku?" Devita berbisik di telinga Brayen.
"Jangan banyak bertanya! Pakai saja!" Tukas Brayen dingin.
"Ck! Bertanya saja tidak boleh!" Cebik Devita kesal. Devita pun kemudian mengambil cincin itu dan memakainya ke jari manisnya. Senyum di bibir Devita terukir, saat cincin itu terlihat begitu cantik di jarinya.
"Brayen ini sangat indah," ucap Devita sambil menunjuk punggung tangannya pada Brayen.
"Kau langsung pakai saja," jawab Brayen datar.
Devita tersenyum senang dan langsung mengangguk.
"Tuan, ini cincin pernikahan anda," pelayan itu memberi satu kotak cincin pasangan pada Brayen.
"Ya," jawab Brayen langsung mengambil kotak itu dan menyimpannya di dalam jas. Kemudian dia menyerahkan black cardnya. Untuk membayar seluruh cincin yang telah dia beli. Setelah membayar Brayen dan Devita berjalan ke luar toko perhiasan menuju ke parkiran mobil.
"Brayen, aku lapar...." keluh Devita yang sudah sejak tadi perutnya terasa lapar.
"Ya, kita akan cari restoran terdekat." balas Brayen.
"Hm, Brayen. Aku ingin bertanya. Setelah kita menikah nanti, kita akan tinggal dimana?"
"Aku akan membeli mansion baru untuk kita," jawab Brayen.
"Jadi, kita tidak akan tinggal di rumah orang tuamu?" tanya Devita lagi.
"Tidak Devita." jawab Brayen.
Devita tersenyum senang dan berkata, " Kalau begitu, kita nanti tidur terpisah saja! Tidak ada yang akan mengawasi kita Brayen. Jadi kita bisa tidur terpisah."
"Bodoh! Aku tidak akan mengambil resiko! Lebih baik kita satu kamar! Lagi pula aku tidak akan tertarik kepadamu!" Tukas Brayen dingin.
Devita mengerutkan bibirnya dan berkata, "Tapi ingat! Kau jangan pernah macam - macam padaku, Brayen!"
"Singkirkan pikiran buruk kamu, Devita! Karena aku tidak suka dengan gadis kecil seperti kamu!" Balas Brayen.
Devita mendengus kesal dan berkata. "Aku ini sudah 20 tahun! Dan bukan lagi anak kecil Brayen!"
Setelah makan siang.Brayen langsung mengatar Devita pulang. Sedangkan Brayen sudah kembali melangkah masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti ketika Devita menatap Nadia yang sudah berdiri di hadapannya.
"Devita..." Panggil Nadia ketika melihat Devita segera masuk ke dalam rumah
"Devita mengalihkan pandangannya dan menatap pada Ibunya. " Ya, Mah?"
"Mama dengar dari Bibi Rena. Kalian habis fitting baju gaun pengantin ya?" tanya Nadia ingin tahu.
"Ya. Aku habis fitting gaun pengantin, Ma" jawab Devita.
"Mama sangat yakin, gaun itu akan terlihat sangat cantik saat di pakai olehmu, sayang." ujar Nadia.
"Cantik Ma. Tapi, juga berat." keluh Devita dan Nadia pun mengulum senyumannya.
"Kau pergi kemana lagi, setelah fitting gaun pengantin?" tanya Nadia.
"Ke toko perhiasan dan makan siang bersama dengan Brayen," jawab Devita.
Nadia tersenyum senang dan berkata."Brayen ternyata romantis sekali ya,"
"Romantis dari mana? Cincin ini saja yang memesan Ibunya!" Cibir Devita di dalam hati.
Tidak lama kemudian Devita berpamitan pada Nadia. Dia ingin langsung masuk ke dalam kamarnya.
... ********...
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author. Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
ℓ ι ƒ ι α 💕
mommy atau Bunda?
2022-08-15
0
Jasmine
klu di dunia halu apa aja bisa diwujudkan...mau taj mahal pindah ke jakarta bisa aja..mau menara eifel pindah ke depok bisa juga....atau piramid yg di mesir jg bisa pindah di pojokan rumah
2022-06-30
0
Jasmine
periksa nilai koq di kampus..ya ditranskip nilai neng...katanya pernah kul di Kanada koq wawasannya seputar pulogadung...emngnya nilai para mahasiswa/i spt hasil pengumuman sipenmaru atau skrg SBMPTN LTMPT namanya..apalagi 5 thn belakang ini pengumuman sipenmaru sdh bisa diakses lwt gadget..begitupula transkip nilai para mahasiswa/i...devita hidup di zaman jahilia ya
2022-06-30
0