Devita melangkah masuk ke ruang kerja Brayen. Saat dia tiba di ruang kerja milik Brayen, mata Devita tidak henti menatap ruang kerja yang sangat besar dan mewah itu. Ruang kerja yang jauh lebih besar dari ruang kerja Ayahnya.
"Aku pikir kau terlambat?" tukas Brayen dingin saat melihat Devita melangkah masuk ke ruang kerjanya.
"Aku tidak mungkin terlambat ketika akan membahas sesuatu yang penting," balas Devita dengan santai. Lalu dia berjalan menuju sofa dan duduk di sofa itu.
Brayen bangkit dari kursi kerjanya, dia berjalan ke arah sofa dan duduk di hadapan Devita."Baca ini, dan pelajari ini dengan baik," ucap Brayen sambil menyerahkan map cokelat pada Devita.
Devita menerima map cokelat itu, dan langsung membukanya. Terdapat sebuah lembar perjanjian dengan cepat Devita langsung mengeluarkan kertas itu dan langsung membacanya.
Pihak Pertama : Brayen Adams Mahendra.
Pihak Kedua : Devita Smith.
Pernikahan hanya berjalan selama 3 tahun.
Tidur harus tetap satu kamar demi menjaga rahasia agar tidak terbongkar, tapi di larang untuk bersentuhan.
Pihak pertama memberikan uang bulanan dan juga menghidupi pihak kedua.
Di larang untuk ikut campur urusan masalah pribadi masing - masing.
Pihak pertama dan pihak kedua harus terlihat bahagia dan mesra hanya di depan orang tua saja.
Pihak kedua di larang melawan pada pihak pertama.
Pihak kedua harus menuruti semua permintaan pihak pertama.
Devita kemudian menutup perjanjian itu, lalu meletakkannya di atas meja. " Aku sudah membacanya. Tapi ada dua point yang sangat memberatkanku."
Brayen menautkan alisnya, "Memangnya point mana yang membuatmu keberatan?"
"Point nomer enam dan point nomor tujuh. Kenapa aku harus menurutimu?!" Seru Devita yang tidak terima.
"Listen to me! Gadis kecil! Aku yang akan menghidupimu. Aku juga yang akan membayar seluruh pendidikanmu dan juga memberikan kehidupan yang baik untukmu. Tentu, kau harus menurutiku." tukas Brayen menekankan.
Devita berdecak kesal, "Aku akan menikah denganmu, bukan? Tentu kau, yang harus menghidupiku. Jika aku masih meminta uang kepada orang tuaku, apa kata mereka nanti?"
"Dan karena aku akan menikah denganmu dan menjadi suamimu. Aku hanya memintamu untuk menurut dan tidak melawan. Jika kau melawan, percayalah aku akan melemparmu!" Balas Brayen dingin.
"Terserah, bukannya aku sudah tidak memiliki pilihan lain?!" Seru Devita yang mulai kesal. "Tapi ingat! Kau jangan berani macam - macam denganku!"
Brayen tersenyum sinis, " Aku juga tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu!"
Devita mendengus kesal dan tak suka akan ucapan Brayen, kemudian dia juga berkata, "Aku tidak perduli dengamu yang tidak tertarik kepadaku. Tapi aku ini sudah berusia 20 tahun."
"Terserah. Lebih baik kau segera tanda tangani perjanjian itu, gadis kecil!" Ucap Brayen sambil menyerahkan pena itu pada Devita.
"Ya," Devita kemudian mengambil pena yang ada di atas meja dan langsung menandatangi surat perjajian itu.
"Sudah." Ucap Devita setelah menyerahkan surat perjanjian itu. Kemudian Brayen menatap lekat Devita. "Apa yang ingin kau katakan?"
"Hem.... begini, apa aku boleh memiliki kekasih?" tanya Devita hati - hati.
"Tidak!" Jawab Brayen dingin.
Devita mendelik, dia menatap tajam ke arah Brayen. "Kenapa aku tidak boleh memiliki kekasih, Brayen?!"
"Karena aku tahu, kau belum pernah memiliki kekasih, bukan? Jika sampai orang tuamu tahu kau memiliki kekasih, pasti mereka akan menyalahkanku. Jadi, aku tidak mau di salahkan atas perbuatan bodohmu!" Tukas Brayen dingin.
"Ck! Aku ini bukan anak kecil lagi. Aku juga bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk," balas Devita yang tidak terima.
"Dengarkan aku! Kau bisa memiliki kekasih, saat perjanjian kita ini berakhir," ucap Brayen mengatakan dengan tegas.
Devita mendengus tidak suka. "Tapi tiga tahun itu lama sekali, Brayen!"
"Jangan berisik! Kau ini masih kuliah, lebih baik kau selesaikan pendidikanmu," jawab Brayen dingin.
"Sudahlah! Aku harus segera pulang sekarang," ucap Devita langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang kerja Brayen.
...*********...
"Devita!" Suara Olivia berteriak saat melihat Devita melangkah masuk ke dalam caffe.
Devita tersenyum. Dia langsung berjalan menghampiri Olivia. "Maaf, aku terlambat."
"Lama sekali kau Devita!" Dengus Olivia kesal.
"Maaf, tadi aku harus menyelesaikan urusanku dengan Brayen." balas Devita.
Devita mengagguk. "Bagaimana pertemuanmu dengan Tuan Muda Brayen?"
Devita tersenyum senang. "Itu yang ingin aku katakan padamu."
"Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" tanya Olivia yang memincingkan matanya menatap sahabatnya penuh selidik. "Apa kau sudah jatuh cinta pada Tuan Muda Brayen?"
"Kau ini! Siapa yang sedang jatuh cinta!"
"Jadi, kalau bukan sedang jatuh cinta? Kenapa wajahmu terlihat bahagia sekali setelah bertemu dengan Tuan Muda Brayen?" tanya Olivia lagi.
"Ya, tentu aku bahagia! Karena, aku dan Brayen sama - sama menolak pernikahan ini. Dan kami sudah memutuskan untuk membuat perjanjian" jawab Devita antusias.
Olivia menatap tak percaya. " Perjanjian? Perjanjian apa maksudmu?"
"Kami hanya akan menikah tiga tahun saja. Dan kami akan berpura - pura mesra di hadapan kedua orang tua kami saja. Selain itu, aku juga di larang untuk ikut campur dalam urusan masalah pribadi Brayen." Devita menjeleskan pada Olivia dan tersirat wajahnya yang tampak sangat senang.
"Devita, apa kau ini sudah kehilangan akal sehatmu? Tiga tahun Devita? Dan di tiga tahun kemudian artinya kamu akan menjadi janda?" tanya Olivia yang masih tidak percaya, dengan apa yang di ucapkan oleh sahabatnya ini.
"Memangnya kenapa kalau aku menjadi janda? Toh, kita juga tidak akan melakukan hubungan suami - istri, karena itu sudah ada di perjanjian. Kami di larang bersentuhan." ujar Devita dengan senyuman di wajahnya.
"Apa kau ini sudah yakin, jika itu tidak akan terjadi? Kalian tinggal satu atap lalu satu kamar, apa bisa itu tidak akan terjadi?" tanya Olivia memastikan lagi.
"CK! Kau jangan gila Olivia! Aku pasti tidak akan melakukan hal seperti itu dengan Brayen. Aku hanya akan mencintai Angkasa Nakamura!" Jawab Devita menegaskan.
"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan," balas Olivia. "Lebih baik aku mencari di internet artikel tentang Brayen Adams Mahendra. Aku akan melihat apa dia lebih tampan dari pada Angkasa Nakamura." Ucap Olivia yang langsung mengambil ponsel di dalam tas. Lalu ia mulai mencari Brayen Adams Mahendra di internet. Saat Olivia melihat artikel Brayen Adams Mahendra di internet, seketika matanya membulat sempurna. Dia kembali memastikan pria itu. "Devita, bukankah dia pria tampan yang waktu itu pernah kau tabrak dengan kuemu?"
Devita mengangguk, "Kau mengingatnya?"
"Astaga, Dev. Siapa yang tidak mengingatnya. Di dalam hidupku aku belum pernah bertemu dengan pria yang setampan dia. Dan kau lihat tubuhnya sangat menggoda. Ah, dia benar - benar idaman para gadis," ucap Olivia yang selalu menatap ponselnya itu.
...***********...
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan juga hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 427 Episodes
Comments
ℓ ι ƒ ι α 💕
yakin ga akan jatuh cinta dan ga terjadi apa2 selama 3 tahun 1 atap, mana 1 kamar lagi. hadeeh brayen 🤦♀️. devita juga mau2 aja ama perjanjian begitu. coba aja ga sampai setahun udah saling jatuh cinta kalian 😅
2022-08-14
0
Jasmine
tak sampai setahun km udh jatuh cinta vita..mau aja buat perjanjian yg blm tentu tdk terjadi apa2 selama 3 tahun
2022-06-24
0