16

Reyhan melihat ke dalam ruangan, Syifa yang telah selesai mengaji melihat ke arahnya dan langsung menarik Annisa keluar. Reyhan kaget melihat orang yang ditarik putrinya.

Dia melihat ke mata Annisa sekilas membuat Annisa menunduk tidak nyaman, dan dia sendiri juga merasa tidak enak.

Ini sudah pasti orang yang di bandara dan juga mall, matanya sama batin Reyhan

Annisa menunduk malu karena ingat Reyhan orang yang dilihatnya beberapa kali.

"Nisa ini Reyhan, kamu ingat kan?" ucap ibunya

Annisa mengangkat wajah, dan mengangguk sedikit.

Jadi dia ini Reyhan batin Annisa

"Ini sudah belasan tahun jadi wajahnya juga berubah, Nisa juga pasti tidak lagi mengenali wajah Reyhan," ucap Pak Harun

Annisa memang melupakan wajah Reyhan makanya saat bertemu beberapa kali, dia tidak tau jika itu Reyhan.

Terakhir dia melihat Reyhan saat Reyhan masih di pesantren.

Jadi ini wanita yang pernah aku tolak demi wanita seperti Denada, betapa bodohnya aku dulu hingga menolak wanita shalihah seperti ini, sedangkan Syifa saja dari awal sudah suka batin Reyhan

Matanya sesekali melihat kearah Annisa yang kadang-kadang menunduk dan tidak bicara.

"Sudah selesai mengajar, tidak enak jika kita mengobrol di luar seperti ini," ucap Pak Harun

Bu Janeta tersenyum, dia tau anaknya sedang memikirkan apa.

Mereka berjalan menuju ke rumah Pak Harun, Reyhan berjalan di depan bersama pak Harun sambil mengobrol tentang pesantren yang tidak banyak berubah, sesekali pak Harun menunjuk tempat santriwan bermain yang dulu juga tempat Reyhan bermain.

Reyhan tersenyum mengingat itu.

Bu Janeta dan Bu Aisyah sudah lebih dulu berjalan dan sudah sampai.

Annisa bersama Syifa berjalan tidak jauh dari Reyhan dan Pak Harun, Annisa baru berani mengangkat wajah dan menatap Reyhan setelah hanya punggungnya yang terlihat, jantungnya berdetak tidak karuan, ini sama seperti dulu saat ayahnya bilang mereka akan dijodohkan.

Yang dia ingat hanya wajah Reyhan dulu, dia tidak menyangka jika takdir mempertemukan mereka setelah belasan tahun tanpa campur tangan orang lain.

*

Sampai di rumah, nereka semua sudah duduk di ruang tamu, Annisa membuatkan mereka minuman di dapur, dan Syifa duduk di meja makan melihat Annisa membuat minuman untuk mereka semua.

Annisa dan Syifa keluar dari dapur dan langsung menyajikan minuman yang dibuatnya.

Tangannya sedikit bergetar saat menyajikan minuman di depan Reyhan tapi dia tidak berani menatap kearah Reyhan.

Setelahnya dia ikut duduk dan mengangkat Syifa ke pangkuannya. Dilihat seperti ini seakan-akan dialah yang ibunya Syifa.

Reyhan sekarang melihat secara langsung betapa lengketnya putrinya, dari tadi kemanapun Annisa dia akan selalu ikut.

Janeta memberikan uang yang dibawa Reyhan tadi, Pak Harun dan Bu Aisyah tetap menolak dan rasanya masih tidak bisa menerima itu walau tadi mereka sudah membicarakannya.

"Saya mohon terimalah, kalian bisa membayarnya perlahan," paksa Janeta lagi, "Ini untuk Annisa, dia pantas menikahi laki-laki baik,"

"Annisa masih muda, masa depannya akan suram jika menikahi laki-laki seperti itu," ucap Reyhan yang membuat Janeta menoleh, biasanya anaknya jarang peduli pada hal orang lain, tapi ini dia herbicara dengan serius.

Pak Harun melihat kearah Reyhan yang serius, dia juga berpikir sama dengan Reyhan.

"Baiklah, uangnya kami terima, Insya Allah kami akan membayarnya perlahan," ucap Pak Harun

Annisa melihat ke arah Ayah dan Ibunya dengan sedih.

Reyhan tau jika tatapan Annisa pada kedua orang tuanya adalah tatapan sedih.

"Ini juga bukan zaman Siti Nurbaya, kita bebas menolak jika tidak ingin dan bisa mencari jalan lain," ucapan ini ditujukannya pada Annisa.

Annisa melihat kearahnya sebentar lalu mengangguk, dia memang tidak ingin jadi seperti Siti Nurbaya.

Reyhan mengangkat gelas di meja lalu meminumnya perlahan, di gelas itu tercium aroma seorang wanita mungkin karena habis dipegang oleh Annisa.

*

Malam hari Bu Aisyah dan Annisa menyiapkan makanan di meja.

"Bu Janeta kemarin cerita banyak sama Ibu tentang kehidupan anaknya," ucap Bu Aisyah memulai

"Reyhan dan istrinya berpisah saat Syifa masih bayi. Annisa, seandainya kami menjodohkan kalian lagi, bagaimana?" tanya Bu Aisyah sambil menarik kursi dan langsung duduk.

"Bu... dulu dia kan sudah menolak, kita gak bisa memaksakan hati seseorang, Annisa gak mau ditolak untuk kedua kalinya," ucap Annisa yang tidak ingin patah hati kedua kalinya, tapi saat ibunya membicarakan perjodohan jantungnya kembali berdetak tidak karuan. Dia langsung mengingat wajah tersenyum Reyhan tadi siang hingga akhirnya Ia mengucao istigfar di dalam hati, dia merasa salah sudah mengingat-ngingat wajah laki-laki yang bukan mahramnya.

"Ya juga, Reyhan kan sangat tampan, dia juga dari keluarga kaya, dia gak mungkin mau sama keluarga kita yang hanya bisa menyusahkan mereka," ucap Bu Aisyah sedih mengingat keluarga mereka sekarang.

Annisa juga hanya diam, dia juga merasa tidak pantas jika berharap pada Reyhan lagi. Baginya jodoh akan datang dengan sendirinya di waktu yang tepat.

*

Di rumah Pramana, keluarga mereka juga sedang makan malam kecuali Syifa yang sudah makan duluan, Syifa sedang bermain sendiri di kamar tidurnya.

"Tadi mereka sempat menolak tapi karena kami paksa jadi mereka mau," ucap Janeta menceritakan tentang kejadian tadi.

"Apa tadi kamu bertemu Annisa?" tanya Pramana saat melihat ke arah Reyhan yang baru menyelesaikan makannya.

"Ya Pa," jawab Reyhan singkat dan santai seperti itu hal biasa saja, padahal saat mendengar nama itu jantungnya berdetak tidak menentu, tapi dia adalah Reyhan yang sudah terbiasa menyembunyikan isi hatinya.

"Dia wanita yang kamu tolak dulu, wanita yang ahlaknya baik, tutur katanya lembut, dan juga penyayang itu dulu kamu tolak demi wanita seperti Denada yang berbanding terbalik dengannya," ucap Janeta kesal mengingat hal dulu.

Reyhan hanya diam karena semua ucapan orang tuanya benar. Denada dan Annisa seperti air dan api, seperti langit dan bumi.

"Jika kami melamar Annisa untukmu bagaimana?" tanya Pramana yang duduk menyandar sambil menatap putranya.

"Pa, Annisa gak mungkin mau, aku ini seorang duda berbeda dari waktu dulu, ditambah lagi dulu saat dijodohkan dengannya, aku menolaknya tanpa mau melihatnya lebih dulu, dia pasti kecewa begitu juga orang tuanya, dia pasti patah hati," ucap Reyhan sadar diri jika kesalahan masa lalunya cukup besar

"Kita coba dulu," kata Janeta yang sangat ingin Annisa jadi ibunya Syifa.

"Ma, nanti mereka malah mengira kita meminjamkan uang kepada mereka dengan maksud tertentu, yang nanti mereka pikirkan adalah kita dan pemilik tanah itu sama saja cuma mau bantu karena ada niat tertentu, dan mereka pasti akan menerima perjodohan ini dengan setengah hati," kata Reyhan

"Ya kamu benar juga, niat kita kan tulus nanti malah dikira membantu karena ada maksud," ucap Janeta yang merasa ucapan anaknya ada benarnya juga, apa bedanya mereka sama pemilik tanah itu.

"Biarkan saja dulu, jika jodoh gak akan kemana kok," ucap Pramana yang merasa kali ini takdir memang mempertemukan mereka kembali dan mungkin ke jenjang yang lebih tinggi.

Terpopuler

Comments

winda aulia

winda aulia

terenyuh..ini sudah 2 kali sy baca novelnya

2024-03-24

0

Naira Maritsa

Naira Maritsa

lebih tepatnya pada urusan orang lain

2022-11-03

0

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

aqu suka kisahnya...bagus thor

2022-10-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!