3

Keesokan harinya

Janeta sedang menyiapkan sarapan di meja makan sedangkan suaminya sedang menikmati kopinya.

Janeta melihat ke arah Reyhan yang baru turun.

"Rey duduk dulu sini," ajak Mamanya

"Ada apa Ma?" tanya Reyhan langsung duduk di hadapan Mama dan Papanya.

Pramana juga melihat ke arah Reyhan dengan keraguan.

"Apa kamu sudah yakin dengan pilihan kamu?" tanya Mamanya memastikan lagi.

"Yakin Ma," ucap Reyhan yang langsung paham arah pembicaraan Mamanya.

"Wanita yang baik itu adalah wanita yang bertutur kata lembut, berpakaian tertutup, dan juga yang utamanya adalah wanita yang ahlaknya baik," ucap Janeta mengingat penampilan Denada kemarin malam, sosok calon menantu yang ingin sekali dihindarinya.

"Ma, saat ini Denada memang bukan wanita seperti itu, tapi dia sangat baik, masalah ahlak dan yang lainnya Insya Allah setelah menikah aku akan mengajarinya pelan-pelan," ucap Reyhan santai tapi serius

"Baiklah kalau itu sudah keputusan kamu, kami hanya bisa mendoakan yang terbaik," ucap Mamanya masih sedikit tidak yakin.

"Apa dia mau menikah secepatnya?" tanya Pramana

"Pasti mau Pa," jawab Reyhan pasti.

"Bagaimana jika tidak usah terburu-buru untuk menikah, kamu belum terlalu mengenalnya, dan juga kamu juga masih kuliah dan belum bekerja," ucap Janeta yang benar-benar tidak siap dengan pilihan putranya

"Bukankah ini yang mama dan inginkan, kenapa sekarang malah merasa ini terburu-buru, aku sudah merasa yakin ingin menikah sekarang," kata Reyhan

"Ma, kenapa jadi berubah pikiran?" tanya Pramana yang merasa istrinya aneh.

Dahi Janeta sedikit berkerut, lalu dia mulai berpikir kembali jika anaknya tidak menikah sekarang mungkin akan semakin banyak dosa yang diperbuatnya, karena pacaran tidaklah boleh.

"Bukan seperti itu, ya sudah lanjut rencana awal saja," ucap Janeta

Setelah pembicaraan selesai, mereka langsung sarapan, sesekali Janeta menatap ke arah Reyhan dengan khawatir. Dia masih khawatir dan tidak yakin dengan pilihan Reyhan.

Seperti biasa setelah sarapan Reyhan langsung pamit pergi. Dia sudah di luar rumah dan langsung melajukan motornya ingin menjemput Denada seperti biasa.

Saat sampai di depan kontrakan Denada, Reyhan membuka helmnya dan langsung berjalan mendekat ke pintu kontrakan, dia mengetuk pintu beberapa kali.

Denada membuka pintu dan tersenyum saat melihatnya datang.

"Kita gak masuk pagi, jadi ayo kita ke suatu tempat dulu," ajak Reyhan

"Baiklah," ucap Denada sambil menutup pintu, sejak tadi dia sudah siap-siap jadi bisa langsung berangkat.

Reyhan kembali naik ke motornya sambil memakai helmnya, Denada juga langsung naik dan memegang erat pinggangnya.

Reyhan melajukan motornya membawa Denada ke sebuah taman, sesampainya di taman mereka langsung turun, dia melepaskan helmnya dan menyimpannya di motor.

Mereka langsung berjalan berpegangan tangan melihat seluruh taman, mereka berhenti sebentar di kawasan yang cukup indah. Reyhan mengambil sesuatu dari sakunya. Dia memperlihatkan cincin di depan Denada, yang sontak langsung membuat Denada tersenyum haru melihat cincin itu.

"Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Reyhan dengan senyum tipis.

Tanpa pikir panjang, Denada langsung mengangguk, dia menerima langsung tanpa menunggu lama.

Reyhan bahagia lamarannya diterima, dia memakaikan cincinnya di jari manis Denada dengan penuh senyuman, lalu memeluknya erat, "Terima kasih sayang," ucapnya bahagia

Denada mengangguk beberapa kali masih tersenyum haru hingga rasanya air matanya akan menetes karena kebahagiaan itu, bagaimana tidak, untuk mendapatkan pacar seperti Reyhan sangatlah sulit, perlu usaha berbulan-bulan baru hati laki-laki keren dan kaya ini menjadi miliknya dan sekarang dengan gampangnya akan menjadi suaminya.

Dia tidak peduli dengan masa mudanya, baginya yang terpenting bisa hidup enak, dia akan jadi wanita paling bahagia di dunia ini.

 

*

Beberapa bulan berlalu

Tiba hari pernikahan Denada dan Reyhan,

Keduanya sudah sah menikah, Reyhan dan Denada terlihat sangat bahagia, berbeda dari kedua orang tua Reyhan yang sedikit menyesal meminta Reyhan segera menikah muda.

Menantu yang seperti ini bukanlah harapan mereka.

Janeta lah orang yang paling terlihat sedih saat menatap mereka dari tempat sedikit jauh tanpa mereka sadari, dia langsung duduk menunduk lalu sesekali melihat lagi ke arah Denada dan Reyhan yang masih sibuk mengobrol bersama teman-temannya dengan wajah bahagia.

Kebanyakan orang tua akan ikut bahagia jika melihat anaknya bahagia jadi dia berusaha bahagia dengan pernikahan ini, daripada membiarkan Reyhan berpacaran terus lebih baik menikahkannya.

*

Mereka sudah tinggal bersama setelah menikah, malam hari saat mereka makan malam bersama, Janeta terlihat tidak suka saat Denada memakai pakaian tidur minim.

"Ma...Pa...nanti setelah wisuda dan dapat pekerjaan kami akan pindah dari sini," ucap Reyhan setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Kamu kan bisa bekerja di perusahaan Papa, kenapa harus cari kerja?" tanya Pramana sambil menatap ke arah Reyhan dengan wajah bingung.

"Aku tidak ingin bergantung pada kalian, kami akan mulai dari awal, cuma untuk saat ini kami tetap tinggal di sini sampai lulus," kata Reyhan

Denada terlihat khawatir mendengar ucapan Reyhan yang ingin mencari pekerjaan dan berpisah dari keluarga kaya ini. Janeta melihat ke arahnya Denada yang terlihat tidak tenang. Hatinya mulai bertanya-tanya apa yang ada dipikiran menantunya ini.

Reyhan ingin membangun keluarga mereka sendiri dari awal.

*

Keesokan harinya saat Janeta dan Pramana ingin shalat subuh, Reyhan dan Denada tidak ada yang bangun, Janeta terlihat kecewa dengan keadaan ini.

Padahal Reyhan pernah masuk pesantren jadi pasti tau mana baik mana tidak. Benar kata orang, ternyata pergaulan luar bisa mengubah seseorang yang baik jadi buruk dan buruk jadi baik, tergantung kita bergaulnya dengan kelompok yang seperti apa, baik maka baik juga kita, buruk maka buruk juga kita.

Tapi ini juga kesalahan mereka sebagai oramg tua, didikan mereka masih kurang tegas pada Reyhan.

Janeta menyesal kenapa saat sekolah menengah atas gak memasukkan Reyhan ke pesantren lagi biar dia bergaulnya dengan orang-orang sholeh juga.

Dulu Reyhan gak pernah seperti ini, shalatnya rajin gak perlu disuruh batin Janeta

Dahinya berkerut, pikirannya tidak tenang, mungkin jika terus seperti ini dia akan cepat tua karena sering mengerutkan kening.

Saat matahari mulai bersinar, mereka duduk untuk sarapan, Janeta melihat ke arah Denada yang baru bangun tidur tapi sudah mandi dan berdandan.

Reyhan terlihat tidak enak pada kedua orang tuanya karena mereka bangun terlambat.

"Berangkat dulu," ucap Pramana tanpa melihat kearah menantunya yang jauh dari kata sholeha.

Janeta mengantar suaminya sampai depan, lalu mencium tangan suaminya.

Denada dan Reyhan juga berangkat ke kampus setelah papanya.

Janeta melihat semuanya sudah pergi, Ia langsung masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamar dan berkemas juga, ingin pergi keluar menghibur hati yang kusut.

Janeta keluar dari kamar dan langsung keluar rumah memakai mobil sendiri.

Setelah beberapa waktu mengemudi, ternyata tujuannya adalah ke pesantren Pak Harun, mobilnya berhenti di depan lalu salah satu santri membawanya menemui Bu Aisyah.

"Assalamu'alaikum," ucapnya saat melihat Bu Aisyah

"Wa'alaikumussalam," jawab Bu Aisyah sambil menoleh kearah Bu Janeta, mereka sama-sama tersenyum, keduanya wanita berjilbab, berbedanya bu Aisyah adalah wanita sederhana karena memang berasal dari keluarga sederhana, sedangkan bu Janeta adalah wanita berkelas, apa yang dipakainya terlihat mewah.

Bu Aisyah mempersilakan Bu Janeta duduk dan mereka langsung mengobrol akrab padahal mereka hanya kenalan biasa.

"Sampai saat kemaren, saya masih berharap anak kita berjodoh, tapi setelah melihat pernikahan anak saya, saya baru sadar hal itu tidak mungkin lagi," ucap Janeta sedih memulai pembicaraan, Ia sangat perlu teman bicara.

"Jodoh cuma Allah yang menentukan, sekuat apapun kita memaksa mereka, kalau mereka gak berjodoh gak mungkin akan bersatu, begitupun sebaliknya, sekuat apapun memisahkan mereka jika mereka berjodoh walau dipisahkan lautan pun tetap akan bertemu," ucap Bu Aisyah menghibur Bu Janeta yang sudah Ia anggap teman dan saudara walau mereka bukanlah kenalan lama, hanya beberapa kali bertemu.

"Iya benar. Siapapun nanti yang menikah dengan putri kalian pasti adalah laki-laki paling beruntung," ucap Bu Janeta sedikit tidak rela tapi dia tetap menampilkan senyum elegan.

 

Bu Aisyah tersenyum, ya benar siapapun yang menikahi putrinya adalah laki-laki beruntung, jodohnya wanita baik maka pastilah lelaki yang baik juga.

Terpopuler

Comments

Lina Maulina Bintang Libra

Lina Maulina Bintang Libra

ini nh tampang yg d liat dr segi materi semata g mau d ajak hidup ssh

2022-12-09

2

Lina Maulina Bintang Libra

Lina Maulina Bintang Libra

mama janeta kurang ska

2022-12-09

1

Lina Maulina Bintang Libra

Lina Maulina Bintang Libra

preet berahlak baik Dy aja ska celap celup gt bodoh dirimu reyhan

2022-12-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!