11

Annisa pulang ke pesantren, berjalan perlahan melewati ruangan belajar para santri, dan melihat para Santri masih belajar.

Ustadz Syafiq melihat ke arahnya, dia langsung menunduk dan berlalu pergi karena tidak enak memasuki kawasan satriwan.

Annisa berjalan maju melihat beberapa Santri dari kelas tinggi sedang membantu Ayahnya menanam sayur di kebun belakang.

Ia kembali berjalan menelusuri tempat itu, Ia juga melihat Bu Ijah sama Mbak Ela sibuk di dapur pesantren memasak untuk semua Santri.

Setelah puas melihat-lihat, Ia kembali berjalan dan menuju ke rumahnya.

"Assalamu 'alaikum," ucap Annisa

"Wa'alaikumussalam," jawab Ibunya saat menoleh ke arah pintu.

"Nisa baju yang kamu buat kemarin sudah Ibu selesaikan, ini hasilnya," ucap Aisyah sambil menunjukkan bajunya.

"Alhamdulillah sudah jadi, terima kasih Bu," ucap Annisa

"Nisa cuma memakai model pakaian seperti ini, apa gak bosan?" tanya ibunya.

Annisa menggeleng, "Bu, kita kan harus memakai pakaian menurut agama bukan menurut dunia yang hanya berfokus pada tren dan mode, jadi Insya Allah selamanya Nisa gak akan pernah bosan dengan pakaian syar'i ini," kata Annisa lembut.

Aisyah tersenyum menatap Annisa dan mendengar ucapannya.

Bu Aisyah pergi ke dapur dan Annisa yang sudah berganti pakaian ikut membantunya.

"Tadi Annisa melihat Bu Ijah dan Mbak Ela sibuk banget memasak untuk para Santri, sepertinya mereka perlu tambahan orang," kata Annisa

"Kita sedang kesulitan uang sekarang jadi belum bisa nambah orang," ucap Aisyah

"Ini karena donatur kita berhenti menyumbang jadi kita cuma punya uang dari pembayaran para Santri, dan juga toko Ayah juga sedang sepi," tambah Aisyah

Annisa menatap Ibunya merasa sedikit bersalah, dari dulu hidup mereka memang sederhana tapi tidak terlalu sulit, 5 tahun ini mereka hidup berhemat demi uang kuliahnya.

"Annisa akan cari kerja besok untuk menambah-nambah," kata Annisa tersenyum tipis, terlihat jelas karena saat ini dia tidak memakai cadar.

"Gak usah, Nisa tetap di sini saja lakukan apa yang Nisa suka," kata ibunya yang memang tidak ingin memaksakan Annisa melakukan hal yang tidak disukainya.

"Nisa suka melakukan apa pun Bu, kerja, mengajar, menjahit, semuanya Nisa suka jadi Nisa akan cari pekerjaan yang Nisa suka," kata Annisa tanpa menatap ibunya.

"Dan tentang uang, Nisa masih punya tabungan walau gak banyak jadi bisa nambah keperluan di sini," tambah Annisa

"Gak usah, itu kan uang hasil Nisa membuat pakaian waktu di Kairo, itu milik Nisa dan cuma boleh untuk keperluan Nisa," kata ibunya menolak.

"Bu, jangan begitu, jangan pernah menolak, milik Nisa milik kalian juga, kan Nisa belum menikah belum menjadi milik orang lain, jadi saat ini Nisa masih milik ayah dan ibu, jadi milik Nisa juga milik ayah dan ibu," ucap Annisa masih tetap tersenyum tipis.

Ibunya tidak bicara lagi dan hanya menatap kearah Nisa yang sudah berjalan masuk ke kamar mengambil uangnya lalu keluar lagi.

"Ini Bu, tolong diterima," paksa Annisa

Ibunya menerimanya dan tersenyum menatap Annisa, "Terima kasih Nak," ucapnya terharu sambil memegang uang itu.

Annisa mengangguk dan ikut tersenyum menatap ibunya.

 *

*

Beberapa minggu berlalu, seperti biasa Syifa dan Omanya pergi ke panti asuhan.

Mereka baru sampai depan panti, disaat yang sama Annisa juga turun dari taksi dan menyapa mereka dengan ramah.

Asyifa memegang tangannya, lalu mereka masuk bersama ke dalam, mereka mengucap salam, semua anak-anak berkumpul senang melihat kedatangan mereka.

Annisa langsung mengajak anak-anak masuk ke ruangan biasa. Mereka duduk di lantai dan mulai membuka buku karena hari ini mereka akan belajar pelajaran yang dipelajari di sekolah.

Syifa tidak pernah bosan menunggu Annisa hingga selesai mengajari anak panti.

Tanpa lelah dia selalu menatap kearah Annisa.

*

Di tempat lain Reyhan sedang bertemu kliennya di Restoran yang tidak terlalu mewah.

"Maaf Pak sepertinya proyek ini kurang cocok sama perusahaan kami, maaf karena kami tidak bisa terima proyek ini," ucap klien itu

"Ya gak apa-apa, semoga lain kali kita bisa kerja sama," ucap Reyhan santai, tapi terlihat kecewa dan pamit pergi pada calon kliennya itu.

Reyhan melamun di sepanjang jalan hingga harus berhenti di tepi jalan, takut mengalami kecelakaan.

Ternyata memulai bisnis sendiri dari bawah gak gampang, beda sama saat meneruskan bisnis Papa batin Reyhan frustasi

Dia menghela nafas berat memikirkan proyeknya ini.

Denada pergi memang karena aku gak mampu memberikannya kehidupan layak, wajar jika dia pergi mencari pria kaya, padahal aku cuma ingin memulai dari nol biar gak terus bergantung sama harta keluarga batin Reyhan.

 

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

tuh.. yg tany pd dmn dena d chapter nih ya.. wis ☺😚😙

2023-05-19

0

Marwah

Marwah

sabar aja yah Rayhan

2022-10-26

1

🐧ig.@ρтуᴄᴀʟᴀᴍ🔥✔️

🐧ig.@ρтуᴄᴀʟᴀᴍ🔥✔️

kabur kan si denada,

2022-10-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!