20

Hari berikutnya

Annisa pergi belanja bersama Ibunya ke pasar.

Dia memilih beberapa sayuran segar, ada beberapa macam yang sudah dibayarnya.

Pak Anto melihat mereka dari kejauhan, dan dia langsung berjalan mendekati mereka.

Annisa melihat kedatangannya dan langsung menunduk seperti biasa untuk menjaga pandangan pada yang bukan mahram.

Bu Aisyah juga melihat kearah pak Anto.

"Saya benar-benar merasa diremehkan dengan batalnya pernikahan kita, ini pertama kalinya saya diperolok. Kamu mempermainkan saya Annissa," ucap Pak Anto saat menatap tajam kearah Annisa.

"Maafkan saya Pak," ucap Annisa

"Pak, kan kami sudah membayar tanah itu jadi kami mohon jangan lagi mengganggu kami," ujar Bu Aisyah.

Pak Anto tidak menghiraukan ucapan bu Aisyah, tatapannya tidak beralih sedikitpun dari Annisa.

"Secantik apa kamu hingga berani menolak saya," ucap Pak Anto pada Annisa yang hanya menunduk sejak tadi.

"Kamu menutupi wajah kamu dengan cadar pasti karena kejelekan kamu, seharusnya kamu bersyukur saya mau sama kamu. Saya penasaran seperti apa wajah kamu yang berada dibalik kain ini," tambah Pak Anto sambil menarik cadar Annisa hingga terlepas.

Annisa dan ibunya kaget dengan tarikan mendadak dari pak Anto, dia tidak punya persiapan untuk mempertahankan cadarnya, tangan pak Anto cukup cepat.

Dia buru-buru menunduk ketakutan dan langsung menarik cadarnya yang berada di tangan pak Anto yang saat ini tercengang saat melihat wajahnya yang walau hanya terlihat sebentar.

Annisa memakai cadarnya kembali dengan tangan bergetar.

"Annisa ayo pulang," ajak Bu Aisyah kesal dan tau jika anaknya merasa tidak nyaman setelah cadarnya terlepas, untungnya mereka tidak berada dikerumunan ramai jadi hanya pak Anto dan ibu penjual sayur yang mungkin sempat melihat wajah Annisa.

Ibu penjual sayur hanya diam tidak mau ikut campur.

Annisa mengangguk mendengar ajakan ibunya, dia juga ingin cepat-cepat pulang, tidak nyaman berada disini.

Pak Anto masih menatap ke arah Annisa saat Annisa dan ibunya berjalan semakin jauh. Dia belum sadar dari keterkejutannya.

Saat Annisa dan Bu Aisyah naik taksi, Bu Aisyah menggerutu kesal di dalam mobil. Dia jarang marah tapi saat ini orang itu benar-benar kelewatan.

"Lain kali Nisa gak usah ikut saja, takutnya ketemu laki-laki itu lagi. Untung kalian gak jadi menikah," gerutu ibunya.

"Sudahlah Bu, salah Nisa juga karena menerimanya tapi malah membatalkannya, benar yang dia katakan jika Nisa memperoloknya," ucap Annisa lemah

"Kita gak jadi beli ikan karena kejadian ini, mau masak lauk apa?" tanya Bu Aisyah

"Kan telur masih banyak Bu, Santri juga gak masalah lauk seperti itu, kita di rumah juga masak itu saja, yang penting sayurnya sudah dibeli," ucap Annisa

"Ya sudahlah," kata Bu Aisyah yang masih kesal.

Annisa dan Bu Aisyah sudah sampai di depan pesantren. Keduanya turun dari taksi membawa belanjaan mereka yang tidak banyak, biasanya ada orang lain yang bertugas belanja tapi hari ini mereka yang keluar untuk belanja, ternyata malah bertemu pak Anto

Mereka berjalan masuk

"Tumben Syifa belum datang ya!" ucap Bu Aisyah

Annisa juga bingung karena dia sudah menitip pesan sama pak Karto jika Syifa datang suruh menunggu sebentar.

Ibunya membawa belanjaan mereka ke dapur pesantren, sedangkan Annusa berjalan sendirian melewati kamar para Santri, dia melihat salah satu Santri gak masuk ke ruangan belajar.

"Assalamu 'alaikum," ucap Annisa saat berdiri di depan pintu yang sudah terbuka dari tadi.

"Wa'alaikumussalam," jawab Santri itu yang bernama Fatimah.

Fatimah menoleh ke arah Annisa dengan pelan.

"Ada apa kak Nisa?" tanya Fatimah lemah

"Kamu kenapa?" tanya Annisa sambil mendekat ke tempat tidur Fatimah dan memegang tangannya.

"Sedikit demam Kak, tapi tadi sudah dikasih obat sama Ustadzah Humaira," ucap Fatimah yang matanya hampir tidak terbuka.

Annisa memegang kening Fatimah dan panasnya menyengat tapi tangannya sedikit dingin.

"Ini panas banget, ayo kita ke rumah sakit," ucap Annisa sambil mencoba membantu Fatimah berdiri

"Pusing Kak dibawa berjalan," ucap Fatimah yang sudah tidak bertenaga.

"Ya sudah, Kak Nisa panggil dulu Santri yang lain, tunggu ya!" kata Annisa sambil berjalan keluar setelah membantunya duduk ditempat tidur.

Annisa buru-buru berjalan menuju ruangan kelas terdekat.

"Assalamu 'alaikum," ucap Annisa saat di depan pintu ruang belajar ustadzah Humaira.

"Wa'alaikumusalam," jawab semuanya sambil menoleh.

Ustadzah Humaira menoleh juga.

"Ada apa?" tanya ustadzah Humaira

"Bisa gak bantu mengangkat Fatimah ke mobil? Badan Fatimah semakin panas," ucap Annisa

"Ah ya sudah ayo," ucap Humaira yang ikut khawatir karena tadi sudah minum obat seharusnya sudah turun panasnya tapi ini kata Annisa malah semakin panas.

"Padahal tadi sudah minum obat, kenapa bisa tambah panas ya?" ucap Humaira heran saat ikut berjalan bersama Annisa dengan terburu-buru. Beberapa santri juga ikut

Mereka mengangkat Fatimah ke mobil, Pak Karto akan mengantar mereka ke rumah sakit. Humaira juga ikut bersama Annisa di dalam mobil itu.

Mereka melaju ke rumah sakit, sesampainya disana, kebetulan ada perawat di depan jadi perawat langsung membawa Fatimah masuk.

Fatimah sedang di periksa, Annisa dan Humaira menunggu.

Dokter keluar dan memberitahu kalau Fatimah baik-baik saja tapi perlu istirahat 2 atau 3 hari di rumah.

Annisa dan Humaira bernafas lega mendengar ucapan dokter.

Terpopuler

Comments

Qiza Khumaeroh

Qiza Khumaeroh

smoga konfliky ngga berat ya thoorr

2022-03-12

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

Syifa kemana ya🤔🤔🤔🤔🤔

2022-02-06

0

Noer Anisa Noerma

Noer Anisa Noerma

jangan nyangka yg pakai cadar menyembunyikan jelek

2022-01-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!