Aku membayar sewa kontrakan ku yang baru. Rasanya tidak etis kalau aku tetap tinggal di wisma Briyan. Hanya saja untuk barang-barangku aku belum siap memindahkannya karena keburu diterima kerja menjadi SPG.
Merry membantuku membawakan barang-barang penting untukku seperti alat masak dan kasur. Merry benar-benar teman baik bagiku.
"Jadi kamu akan mulai bekerja malam ini?" tanya Merry padaku.
"Ya, aku dapat sift malam, pukul 3 nanti aku berangkat," ucapku melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
"Masih ada waktu untuk mengemasi barang," ucapnya masuk ke dalam membantuku mengemasi segalanya.
Beruntung hari ini hari minggu, jadi Merry bisa membantuku. Kami mengemasi barang dan membersihkan lantai hingga pukul 12 siang.
"Wi, aku pulang dulu. Kami istirahat saja, sebentar lagi kan kamu masuk kerja."
"Ya, terima kasih banyak atas bantuan mu Mer. Kalau kamu punya waktu luang datanglah ke sini atau ke pusat perbelanjaan."
"Ya, Wi."
Merry menghidupkan motornya dan hilang dari pandanganku. Aku menghela nafas panjang. Tak ku sangka hanya sekejap aku merasakan bekerja di perusahaan Briyan.
Kali ini aku memulai segalanya dari nol lagi.
Tak terasa mataku terpejam, aku mengimpikan mimpi yang belum pernah kualami sebelumnya. Mungkin ini pertanda awal yang baik. Aku terbangun tepat pukul 1 siang. Masih banyak waktuku untuk mandi dan menyiapkan makan siang. Setelah itu aku berangkat bekerja.
Di mal, semuanya adalah awal yang baru. Cukup mudah bagiku karena aku pernah bekerja seperti ini juga, meskipun dalam ruang lingkup yang kecil.
Banyak pelanggan yang membeli produk ku dan itu membuatku senang. Melayani pembeli adalah hal yang menyenangkan bagiku, ini sangat mudah. Aku yakin gaji ku bisa melebihi target bulanan.
Hingga pukul 10 malam mal hampir tutup, semua karyawan beranjak untuk pulang. Begitupun denganku. Sesampainya di kontrakan, aku merebahkan diri.
Kontrakan ini sebenarnya luas, hanya saja sket kamarnya terlalu besar. Jadi ruang tamu terlihat sangat sempit. Ini menyenangkan untukku, besok aku akan mengangkut televisi ku agar aku tak kesepian. Untung saja aku masih dapat jadwal sift malam.
Tanpa terasa aku melalui malam begitu cepat. Aku beranjak dari tempat tidurku dan mandi. Aku akan ke wisma mengambil televisi ku.
Di perjalanan, aku membeli sarapan. Aku ingin sarapan bersama Merry pagi ini. Dan ya, kedatanganku di sambut Merry dengan pelukan riang.
Aku mengeluarkan menu sarapanku dan beberapa cemilan, begitupun dengannya.
"Wi, sepertinya Sean sudah ada di dalam kamar wisma nya."
"Benarkah?"
"Apa kamu nggak akan menanyakan Sean tentang pak Briyan?" tanya Merry melihatku dengan tajam.
"Sudahlah Mer, aku sudah melupakan tentang perjanjian ku sama pak Briyan. Aku sudah nggak perduli apapun tentangnya."
"Kenapa? paling tidak kamu tahu alasannya menghilang beberapa minggu."
Aku terdiam sejenak mendengar ucapannya, mungkin ya jika hanya sekedar basa basi. Tapi aku nggak suka membuang waktuku.
"Aku sudah nggak perduli Mer, aku nggak akan mengganggu kehidupannya, apalagi hartanya. Aku lebih senang hasil kerja kerasku sendiri, daripada mendapatkan banyak harta tapi dengan cara menyakiti diriku sendiri."
"Kamu benar Wi."
Kami menghabiskan sarapan kami dan Merry berangkat kerja. Sementara aku mengambil televisi ku dan membawanya dengan sepeda motor.
Happy life sudah kembali! aku benar-benar menikmati kesendirianku. Menonton televisi, makan cemilan sambil menunggu waktu berangkat kerja.
Sampai tiba waktuku berangkat kerja. Hari ini sepertinya akan sangat sibuk, karena produk ku sedang diskon besar-besaran.
Dan benar saja, hingga malam tiba produk ku ramai konsumen. Catatan pembukuan begitu banyak. Untung saja aku tak sendirian, untuk SPG produk ku memerlukan 3 orang SPG. Dan hasilnya sangat memuaskan. Aku tak sabar menunggu gaji bulan depan.
Waktu pulang telah tiba, kaki ku terasa sangat pegal. High heels yang ku pakai terlalu tinggi, besok aku harus segera mengganti dengan yang lebih pendek.
"Wi, jangan gitu dong. Rok mini mu jadi naik ke atas tuh!" celetuk Dian tertawa kecil melihatku membenarkan Haigh heels ku.
"Berisik kamu, kayak nggak punya aja!"
Dian dan Sela tertawa terbahak, "punya apaan?"
Karena tak tahan rasa sakit, aku menenteng high heels ku dan mengendarai motor tanpa sendal.
"Ya ampuun, keren banget tuh!" Dian mengejekku.
Aku membalas ejekannya dengan menjulurkan lidah dengan mata yang mendelik, "Bodo amat lah!" ucapku meninggalkan mereka berdua yang masih di belakangku.
Sampai di kontrakan, aku menaikkan sepeda motorku di teras dan..
"Kamu kemana aja sih?!"
Suara yang familiar begitu nyaring mengejutkan ku. Aku membalikkan badan dan kulihat sosok yang tak ku kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments