"Kita harus bicara, pak Briyan," ucapku kepada Briyan yang baru saja duduk di kursinya.
"Kalau ini masalah pribadi, lebih baik kita bicarakan setelah bekerja," ucapnya santai duduk dengan kedua tangan menopang kepalanya.
"Ini masalah pribadi pak, hanya saja menyangkut karyawan perusahaan mu."
Briyan menatapku lekat, "oke, sepertinya ini masalah serius. Jadi, apa masalahnya?"
"Pak Briyan, aku nggak mau mengada-ngada tentang ini. Aku akan memanggil Merry untuk membantuku," aku mengisyaratkan kepada Merry untuk menuju kepadaku dan Briyan.
"Em, apa masalahnya sangat serius?" tanya Briyan sangat penasaran.
Merry mendekati aku dan Briyan, "pak, baru saja Yuri dan beberapa temannya kemari. Yuri memarahi Dewi, dia membully Dewi karena akan menikah dengan bapak. Yang membuat saya dan Dewi bingung adalah, Yuri bilang anda dan Yuri memiliki hubungan spesial." jelas Merry.
"Benarkah??" Briyan terkejut dan terdiam sejenak, "Merry, panggilkan Yuri dan teman-temannya."
"Baik, pak!" Merry berdiri sigap dan keluar dari ruangan untuk mencari Yuri.
Aku hanya duduk di kursi di hadapan meja Briyan. Aku hanya duduk membisu sambil memainkan ponselku. Briyan hanya terdiam melihatku yang duduk membisu.
Tak berapa lama Yuri, Merry dan 2 teman lainnya tiba di hadapan Briyan. Aku masih saja diam membisu, aku berdiri di samping Merry dengan melipat kedua tanganku di dada.
"Yuri, apa benar baru saja kamu menemui Dewi pagi ini?" tanya Briyan menatap Yuri.
"Ya, pak. Aku mengatakan padanya kalau dia tak akan bisa menjadi istri anda. Karena anda lebih dekat dengan saya, kita juga sudah bertemu dengan orang tua anda. Dan kedua orang tua anda setuju dengan hubungan kita. Benarkan, pak?" ucap Yuri dengan nada gemetar, dari nada yang diucapkannya sepertinya dia juga kurang yakin dengan apa yang diucapkannya.
"Yuri, kamu bukan anak-anak lagi. Kita sudah putus 1 bulan yang lalu, dan aku sudah menjalani hubungan yang baru dengan Dewi. Dan masalah kedekatan kita berdua, itu sudah jadi masa lalu. Sejak kamu selingkuh dengan pacar kamu yang macho, tampan dan bergaya itu. Kamu tahu kan siapa yang aku maksud? jadi, saya rasa dengan kamu mengatakan hal yang bukan-bukan di hadapan Dewi cuma akan mempermalukan diri kamu sendiri."
Yuri menunduk, "sayang, kamu sudah salah faham," mata Yuri mulai berkaca-kaca.
"Aku bisa saja salah faham Yuri, tapi aku nggak mungkin salah lihat," ucap Briyan tegas, "kalau kamu merasa nggak nyaman bekerja di sini, kamu boleh membuat surat pengunduran diri. Karena aku nggak mau ada kesalah fahaman yang terus berakar di perusahaan ini. Bekerjalah dengan profesional, Yuri! dan kembali lah bekerja. Sekarang semuanya bubar!"
Semua karyawan bubar ke tempat masing-masing. Aku tak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Seharian ini, aku dan Briyan tak bicara sepatah katapun, begitupun dengan Merry.
Setelah pekerjaan kami selesai, aku dan Merry pulang menggunakan sepeda motor Merry. Sesampainya di wisma, aku terkejut karena sepeda motorku sudah berganti dengan sepeda motor baru dan keluaran terbaru yang harganya lebih mahal. Akh! ini pasti ulah Briyan.
"Wow, sepeda motor baru!" Merry mengelus-elus body sepeda motor baru di hadapan kami, "kamu beruntung, wi," ungkapnya terharu.
"Memangnya itu motor siapa?" tanyaku dengan nada sinis.
"Sudah pasti ini motormu wi, pak Briyan benar-benar mencintai kamu!"
Aku menelpon Briyan menyuruhnya datang ke wisma. Namun Briyan tak menjawab teleponku. Entah kenapa aku sangat kesal melihat sepeda motor baru itu. Rasanya seperti itu adalah harga diriku.
Aku dan Merry memasak makan malam, kami makan makan bersama setelah semuanya siap. Hari ini cukup menguras energi ku, aku ingin cepat tidur segera.
"Merry, terima kasih. Kami sudah membantuku tadi pagi. Kamu sudah membelaku, tapi.. jujur saja, kata-katamu sedikit berlebihan."
"Ya, sama-sama. Sejujurnya, aku nggak menyukai Yuri. Ia sering bertingkah seperti bos di perusahaan, ia juga sering membully karyawan yang lain termasuk aku. Dan aku yakin, pak Briyan sebenarnya sudah tahu tentang sifat buruknya itu."
"Benarkah?"
"Ya!"
Tak berapa lama suara mobil tiba di halaman wisma, Briyan mengetuk pintu.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Briyan kepadaku dan Merry. Namun aku enggan untuk menjawabnya, hanya Merry yang selalu menjawab pertanyaannya.
"Kami baru saja selesai makan malam pak," sahut Merry ramah.
"Apa aku boleh ikut makan? apa masih ada sisa makanannya?"
"Masih, pak. Ayo makan pak, langsung saja ke dapur!" Merry menyambutnya dengan senang hati.
"Kamu ramah sekali padaku Merry, bulan depan gaji mu akan aku naikkan. Dan untuk orang-orang yang merenggut padaku, aku pastikan gaji nya dipotong bulan depan!" ucap Briyan sambil duduk dan mulai mengambil nasi dan lauk pauknya.
Aku terkekeh mendengar perkataan bos ku di belakang sana yang sedang makan. Aku tak mau kalah, aku berteriak pada Merry.
"Merry, kalau ada bahan makan yang habis kamu laporkan saja padaku. Aku pasti akan membeli segala keperluan di dapur, selagi aku ikut makan di sana!"
Merry melirik padaku dengan tatapan kebingungan, ia jadi bingung harus menjawab apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments