Part 16

Hari ini, aku berangkat kerja lebih semangat. Aku menengok ke kamar wisma Sean, kamar itu tertutup rapat sejak 1 minggu yang lalu. Dan Briyan tak memberikan kabarnya sudah berhari-hari.

"Wi, hari ini gajian kan.. nggak nyangka, rasanya cepat sekali."

"Bukannya kamu yang lebih tahu, hari ini gajian apa nggak?"

"Biasanya gajian tanggal 1 kan, karena besok hari minggu libur, jadi gajiannya di majukan tanggal 31."

"Asyik nih, shoping yuk!" ajak ku pada Merry.

"Oke!"

Kami berangkat ke kantor dengan bersiul senang. Begitu pun dengan karyawan lain yang hari ini kelihatan cerah, tak secerah hari biasa. Aku dan Merry tersenyum lebar karena kami akan shoping pulang kerja nanti.

Kami bekerja hingga sore seperti biasa, hingga tiba waktu menerima gaji.

Biasanya aku menangani ini bersama Briyan, tapi kali ini aku menanganinya bersama Bu presdir. Ruangan ku jadi berasa panas, padahal AC nya sudah 16 derajat Celcius.

Sedari tadi Bu presdir hanya diam, ia hanya memerintah ku sesekali. Selebihnya ia asyik dengan kesibukannya menghitung uang dan aku yang memasukkannya ke dalam amplop.

Semua karyawan telah mengantri di luar, kecuali aku yang masih membantu Bu presdir di dalam ruangan. Satu persatu nama karyawan dipanggil, hingga sampai pada Leli.

"Leli, kamu karyawan baru training?"

"Ya, Bu."

"Kinerja kamu sangat buruk dalam masa training ini, mulai besok kamu nggak perlu datang ke kantor ini lagi."

Degh! Leli mungkin hampir pingsan mendengar kalimat itu, aku yang mendengarnya saja jantungku terasa disuntik.

"Ba-baik buk." Leli mengambil amplop gaji dan beranjak pergi.

"Tunggu dulu Leli, saya belum selesai bicara," lanjut Bu presdir.

Leli menghentikan langkahnya, aku yakin saat itu mungkin dia serasa akan pingsan.

"Kamu saya berhentikan bekerja di kantor, tapi kamu saya kasih kesempatan untuk pindah ke pabrik. Apabila kinerja kamu di pabrik bagus, saya akan pertahankan kamu Leli, jadi mulai besok kamu ke pabrik. Tunggu saya di sana!"

"Ba-baik Bu!"

Hampir saja, aku yang melihatnya jadi kebelet kencing.

"Permisi sebentar Bu, saya ke kamar mandi dulu," aku tak tahan melihat pemandangan tadi dan bergegas ke toilet.

Aku merasa lega bisa buang air kecil, semoga nanti tak ada kejadian yang sama lagi. Kali ini kulihat Merry, Bu presdir memuji kinerja nya. Namun tetap saja, ia mendapatkan wanti-wanti dari Bu presdir.

Tak berapa lama kini giliran Yuri, ia terlihat tersenyum senang pada Bu presdir. Bu presdir tak menghiraukan senyumannya, ia hanya memberikan amplop gajinya.

Kemudian Rendi, ia dipindah tugaskan ke bagian yang lain karena Bu presdir merasa kinerjanya tidak bagus. Sekali lagi Bu presdir memberikan kesempatan pada Rendi, sama seperti yang dia lakukan pada Leli.

Dan terakhir kini giliran ku, aku jadi gugup. Aku berusaha tak menatap matanya, hanya menunduk saja.

"Dewi, ini gaji kamu." ia menyodorkan amplop dari tumpukan yang berjumlah 3,2 juta.

Yes, aku dapat gaji full bulan ini, batin ku.

"Dewi, mulai besok kamu tidak usah bekerja di sini lagi."

Apa? aku terkejut mendengarnya kuharap aku salah dengar. "Ada apa Bu? apa saya melakukan kesalahan?"

"Kamu sama sekali nggak melakukan kesalahan apapun."

Aku terdiam mendengar perkataan Bu presdir, duniaku seakan akan runtuh saat ini.

"Apa benar, kamu berniat menikah dengan Briyan?"

Oh, ya. Tentu saja Bu presdir akan menanyakan tentang itu. Tapi pekerjaan ku tak ada hubungannya, apa ini adil?

"I-iya Bu."

"Saya merasa terganggu dengan rumor yang beredar, dan saya nggak suka sama semua ini," Bu presdir terdiam sejenak setelah mengatakannya, "memangnya sehebat apa kamu, berani menjadi menantu di keluarga kami?"

Aku terdiam membisu mendengar ucapannya, aku tak bergerak sedikitpun.

"Kamu cuma gadis yang Briyan pungut dari jalanan, kamu lebih cocok menjadi karyawan biasa, atau pembantu rumah tangga mungkin," ucap Bu presdir menatap tajam, "apa tujuan kamu cuma harta?"

Ya, tujuanku 100 persen adalah harta, dan itu tak bisa dipungkiri. Aku akan mengorbankan hidupku untuk ini? menjadi istri kontrak Briyan? tidak!

"Ya, Bu! tujuanku menikah dengan Briyan adalah harta."

Kali ini Bu presdir dibuat terbelalak dengan pernyataan ku.

"Aku dan Briyan sepakat hanya untuk menikah kontrak, dia bilang dia tidak membutuhkan cinta untuk menikah. Karena cinta seperti apapun akan kandas di hadapan ibu, dan bapak Presdir!"

Ucapan ku kali ini tak kalah membuatnya terkejut, aku yakin dia akan langsung darah tinggi mendengar ini, mungkin sebentar lagi kami perlu ambulan.

"Saya memang bukan siapa-siapa Bu presdir, dan satu hal lagi, tentang hubungan saya dengan pak Briyan, tak lebih hanya di atas kertas saja. Saya memang bukan kriteria keluarga Bu presdir, saya cuma gadis jalanan yang dipungut oleh pak Briyan, saya masih tahu diri Bu."

Aku mengambil tas ku di atas meja. "Terima kasih sudah mengizinkan saya bekerja di sini, Bu." aku membungkukkan badan dan pergi dari hadapannya.

Masih bisa kulihat ia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, mungkin otaknya akan bergeser dari kerangkanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!