Part 5

Aku kembali mengetuk pintu kamar kost berikutnya.

"Permisi, selamat malam."

"Ya, malam juga. Anda sedang mencari siapa?" tanya laki-laki paruh baya di depanku.

"Ma'af pak, apa anda tahu siapa nama Pemiliki kost di sini?"

"Ya, tentu. Namanya pak Briyan, dia tinggal di kamar paling belakang." Kata laki-laki paruh baya itu menunjukkan kamar Briyan.

"Terima kasih pak," ucapku.

Briyan yang mulai kesal dengan sikapku, ia berjalan menuju kamarnya. Aku mengikutinya di belakang dengan tertatih karena kakiku yang belum sembuh. Dia masuk dan menutup pintu, kemudian mengunci kamar kost nya, cklek!

Aku menggedor pintu kamar Briyan, "Maaf, aku nggak percaya sama kamu. Tolong bukakan aku pintu."

Briyan tak menjawab panggilanku, matilah aku. Aku duduk di bangku depan dan menelungkup kan wajahku. Namun Briyan masih saja tak membukakan pintu. Hampir satu jam kemudian, terdengar Briyan membuka kunci pintu, cklek! dia keluar dengan membawa selimut.

"Kamu pilih, mau tidur di kamar sebelah yang masih kosong atau tidur di bangku itu?"

"Aku, mau tidur di kamar kostmu saja."

"Ya, masuk saja. Setelah setelah itu aku akan membuka baju dan celanamu!" kata Briyan melototkan matanya yang bulat, seakan-akan dia ingin menelanku saat itu.

"Kamu bercanda kan?" aku mulai ketakutan dengan sikapnya.

"Cepat masuk!" kali ini dia membentakku.

Aku masuk ke kamar kostnya tanpa berani menatap matanya. Aku masuk ke dalam, dan sesuatu jatuh dari atas kepalaku. Ia melemparkan selimut! kudengar ia mengunci pintu. Aku hanya mengambil selimut yang ia lempar dan kembali ke kamarku, kemudian menguncinya.

Pagi sekali dia bangun dan menggedor pintu kamarku, "Bangun!"

Aku terkejut dan membukakan pintu, "Apa?" aku bertanya padanya dengan persaan bercampur aduk.

"Mandi dan cepat bersiap, mulai hari ini kamu harus kerja!"

"Hari ini? ba-baiklah."

Pagi itu aku mempersiapkan diri dan berangkat bersamanyq menggunakan mobil. Kami melaju kencang dan berhenti di sebuah butik.

"Belilah pakaian kerja, celana panjang hitam 3 lembar, 2 warna bebas dan atasan hem panjang warna bebas." katanya menyodorkan banyak uang kepadaku.

Aku mengangguk dan mengambil uang darinya. Kemudian masuk kedalam butik. Di sana aku membeli semua yang diperintahkannya.

Setelah mengganti pakaian dan berias tipis, kami melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama kami sampai di sebuah perusahaan besar. Kami masuk ke dalam, dan menuju sebuah ruangan.

"Merry?" Briyan memanggil seseorang dengan tegas dan nyaring.

"Ya pak," seorang perempuan muncul dengan tergesa-gesa dan berdiri di depan Briyan.

"Dewi, ini sekretaris general saya. Merry, perkenalkan ini Dewi, mulai sekarang dia sekretaris bagian keuangan. Tolong kamu tunjukkan dan training dia dalam pekerjaannya!" perintah Briyan kepada Mery.

Mery menuntunku kesebuah ruangan yang lebih kecil. Di dalam sana ada sebuah komputer dan notbook, dan juga sebuah printer.

"Ini ruangan kamu, Dewi." kata Mery, ia mulai mengajarkan segalanya kepadaku. Gayanya yang culun dan kacamatanya yang besar membuat penampilannya terlihat semakin culun.

Mery sangat ramah dan humoris, rambutnya keriting panjang, badannya sangat kurus dengan kulit putih pucat. Sesekali kulihat Briyan sedang fokus dengan pekerjaannya. Kemudian dia keluar dari ruangannya selama beberapa jam. Kemudian masuk kembali dengan wajah kusam dan lesu. Ia terlihat memperhatikanku dengan Mery, ketika pandangan kami bertemu aku menjadi salah tingkah dan dia juga segera memalingkan wajahnya.

Hari ini seperti mimpi bagiku, bekerja di perusahaan besar dan semalam dia juga mengatakan ingin menikah kontrak denganku. Aku menarik nafas panjang, apakah semua ini nyata? apakah semua ini takdir? mengapa menjadi sangat rumit begini?

Hari pertama bekerja terasa sangat panjang bagiku. Ingin rasanya aku lari dari sini. Namun apalah daya, aku terlanjur menyetujui untuk bekerja pada Briyan, dan lebih parahnya lagi aku setuju untuk menikah kontrak dengannya.

Oh, happy life.. Dimanakah kamu? aku menarik nafas panjang, dan ternyata Briyan sudah ada di sampingku.

"Kamu kenapa wi? kamu gugup bekerja di sini?" tanya nya sambil memeriksa beberapa lembar dokumen terbaru hari ini dan meletakkannya di mejaku.

"I-iya begitu lah, pak," oh, tidak aku kelihatan sangat gugup sekali di depannya.

"Jadi, dimana sikap angkuh mu yang biasa?" Briyan bertanya sambil melirik pada ku dan mengernyitkan keningnya.

Aku bahkan tak bisa menjawab perkataannya, ingin rasanya aku tendang saja pantatnya. Laki-laki menyebalkan!

"Aku tahu, kamu sekarang mulai kesal dan mencaci maki diriku di dalam hati mu kan?" katanya tersenyum kecut kepadaku.

Ia bahkan seperti seorang peramal yang handal, bisa tahu apa yang sedang ku pikirkan. Namun sekali lagi aku hanya bisa terdiam membisu tak dapat menjawab semua perkataannya.

"Pak Briyan, sebaiknya anda selesaikan pekerjaan anda sekarang. Karena saya juga sedang sibuk!" kataku ketus tanpa menoleh kearahnya.

"Pekerjaan yang mana? semua pekerjaanku sudah diambil oleh para sekretaris ku yang cantik-cantik dan juga asistenku, Danil," katanya sambil mengambil kursi dan duduk di sampingku.

Ia sengaja membuatku kesal hari ini. Mungkinkah ini pembalasannya karena sudah membuatnya jengkel? oh, tidak! sekarang aku terjebak!

"Hahahaha.. kamu manis juga dengan wajah cemberut mu itu," ucapnya sambil berdiri meninggalkanku.

Perlakuannya hari ini membuatku sangat kesal. Aku benar-benar mati kutu dibuatnya. Aku kembali bekerja dengan laptop di hadapanku. Dan semua perbuatan Briyan tadi membuatku hilang konsentrasi, aku jadi sangat kesal.

Aku menginput data pemasukan dan pengeluaran perusahaan. Setiap hari data yang masuk harus di laporkan dan diperbarui. Aku mengambil alih keuangan perusahaan, itu yang dikatakan Merry.

Fuuhh, aku menghembuskan nafas kasar. Aku tak pernah mengerjakan ini sebelumnya. Semua ini cukup membuatku pusing. Aku terbiasa bekerja menggunakan otot. Di pasar, setiap dini hari. Siang hari aku bekerja lagi menggunakan otot-otot ku. Jika otot-otot ku ini tak berguna di sini, mungkin tak lama lagi aku bisa penyakitan.

Oh, tidak!

Pakaian kerja yang aku kenakan ini sangat mahal harganya, aku bisa melihatnya di label 450 ribu per lembar. Harga pakaian kerja ku ini sama dengan harga kost ku perbulan.

Aku menarik nafas panjang lagi. Oh, Tuhan! sebenarnya kau sedang mengirimkan ku malaikat yang baik hari atau malaikat pencabut nyawa? aku sangat gusar.

Aku tak mungkin menjadi istrinya Briyan nanti. Aku bahkan tak tahu asal usulnya. Bagaimana kalau dia hanya memanfaatkan ku? bagaimana kalau aku akan jadi tumbal seorang atau beberapa mafia? Apakah aku harus melarikan diri darinya? Aku tak tahu.

Sore hari, waktu pulang telah tiba. Merry menghampiriku, ia tersenyum sumringah.

"Dewi, mulai malam ini kamu tinggal di kost ku. Ini perintah pak Briyan." ucapnya masih sambil tersenyum lebar.

"Apa? bisa-bisanya dia mengatur hidupku sedemikian rupa? sekarang dia ingin aku tinggal sama kamu? memangnya dia siapa sih, mengurusi urusan pribadiku?" ucapku di depan Merry, aku bahkan tak takut jika nanti Merry mengadukan sikapku itu.

"Karena kalau kamu terus di dalam kamar kost ku, nanti aku dikira menyembunyikan istri orang! kamu ngerti?!" ucap Briyan yang tiba-tiba saja muncul.

Aku terkejut dibuatnya, tak ku sangka ia akan mendengar semua perkataan ku. Hari ini memang hari sial untukku.

Terpopuler

Comments

Mar Hakim

Mar Hakim

dewi ...... semangat...

2022-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!