Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 45 menit. Pesawat yang ditumpangi Sheira dan keluarga mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Sesampainya disana, mereka telah disambut oleh paman dan bibi Sheira. Paman Sheira yang tak lain adalah kakak kandung dari mama Sheira sudah sangat tidak sabar bertemu dengan adik perempuannya itu. Memang sudah sangat lama mereka tak bertemu. Pertemuan terakhir mereka terjadi sesaat setelah papa Sheira meninggalkan dan menceraikan mamanya.
Setelah mereka keluar dari terminal penumpang. Sheira langsung mengedarkan pandangannya. Tak lama kemudian dia melihat paman dan bibinya sedang melambaikan tangan ke arah mereka. Lalu Sheira mengajak mama dan Mecca menghampiri mereka.
“Assalamualaikum Paman, Bibi.” Sapa Sheira bersalaman dengan mereka. Gerakan Sheira diikuti oleh Mecca yang langsung memeluk erat pamannya.
“Waalaikum salam. Paman sangat rindu pada kalian.” Jawab paman seraya mengelus rambut Mecca yang berada dalam dekapannya.
“Mecca juga sangat merindukan Paman dan Bibi.” Sahut Mecca dengan suara parau karena menahan tangis.
“Bagaimana kabarmu Rosi?” tanya bibi menghampiri dan memeluk mama Sheira.
“Alhamdulillah kami baik Mbak. Bagaimana kabar Mbak dan Mas? Maaf baru sekarang adikmu ini berkunjung.” Jawab mama Sheira membalas pelukan kakak iparnya.
“Kami juga baik. Tidak apa Rosi yang penting sekarang kita sudah berkumpul. Mbak senang akhirnya kamu setuju untuk ikut Sheira kemari.” Lanjut bibi setelah melepas pelukannya.
“Aku juga senang Mbak, bisa berkumpul bersama kalian, karena saat ini cuma kalian keluarga yang aku punya.” Jawab mama Sheira dengan wajah yang terlihat sedih.
“Hey kau ini bicara apa adikku. Kami semua menyayangimu dan dua keponakanku ini. Jangan pernah sedih lagi. Mulai saat ini Mas dan Mbakmu akan selalu ada untuk kalian.” Kata paman langsung memeluk adiknya dan menenangkannya.
“Terimakasih ya Mas selama ini keluarga Mas telah banyak membantu kami. Maafkan jika Rosi dan anak-anak Rosi selalu merepotkan Mas dan Mbak.” Ucap mama Sheira merasa tidak enak.
“Rosi, jangan pernah berfikir seperti itu. Kalian tidak pernah merepotkan kami Rosi. Mas akan marah jika kamu berkata seperti itu lagi.” Sahut paman terlihat tidak suka mendengar perkataan mama sembari melepas pelukannya dan menatap mama dengan tajam.
“Sudahlah Mas jangan merusak suasana yang bahagia ini. Lebih baik sekarang kita langsung pulang saja. Pasti mereka sangat lelah. Pak Asep, Pak Hadi tolong masukkan koper mereka ke dalam bagasi. Kita pulang sekarang.” Kata bibi mencoba membuat kekesalan suaminya mereda.
“Baik nyonya.” Jawab kedua supir itu. Kemudia mereka langsung melaksanakan perintah nyonyanya.
“Mama ikut dengan mobil paman ya. Biar Sheira dan Mecca bersama Pak Hadi.” Kata Sheira kepada mamanya. Mamanya hanya mengangguk tanda setuju. Kemudian mereka segera memasuki mobil.
“Apa kabar Pak Hadi?” sapa Sheira pada supir pribadinya didalam mobil.
“Baik non, bagaimana kabar non Sheira?” tanya pak Hadi tersenyum.
“Sheira juga baik Pak. O iya Pak kenalkan ini Mecca adik Sheira satu-satunya. Mecca, ini Pak Hadi.” Kata Sheira memperkenalkan mereka.
“Salam kenal Pak Hadi.” Kata Mecca tersenyum manis.
“Salam kenal non.” Jawab pak Hadi singkat. Lalu percakapan mereka terhenti saat mereka sampai di sebuah rumah yang terlihat cukup mewah.
Setelah sampai dan memasuki rumah itu mama dan Mecca terlihat sangat terkejut. Mereka tidak percaya jika Sheira memiliki rumah yang begitu besar dan mewah disini. Awalnya mereka mengira ini adalah rumah paman Sheira. Namun setelah mendengar penjelasan dari kakak dan putrinya. Mama merasa sangat terharu dan tak percaya. Ternyata putrinya sekarang telah sukses di kota ini.
“Apakah ini sungguh rumahmu nak?” tanya mama masih tak percaya.
“Tentu saja Rosi. Sheira mendapatkan rumah ini dengan kerja kerasnya. Anakmu itu sangat berbakat dibidang bisnis.” Kata paman menjawab pertanyaan mama Sheira.
“Paman semua ini kan juga karena bantuan paman, bibi dan juga kak Zia. Sheira tidak akan bisa jadi seperti ini tanpa bantuan kalian.” Sahut Sheira merendahkan dirinya.
“Ini semua juga berkat kegigihanmu Shei.” Kata bibi menimpali.
“Wah ternyata kakakku adalah orang hebat. Mecca sangat bangga pada kakak.” Kata Mecca memeluk erat kakaknya.
“Mama juga sangat bangga padamu nak.” Sahut mama yang ikut bergabung memeluk Sheira.
“Semua ini bisa terwujud juga karena do’a dari kalian semua. Terimakasih karena selama ini selalu mendukung Sheira bahkan saat Sheira berada pada titik terendah.” Jawab Sheira dengan mata berkaca-kaca.
“Sudah peluk-pelukannya. Sekarang sudah waktunya makan siang. Ayo kita makan pasti bi Murni sudah menyiapkan makanan untuk kita.” Kata bibi mencoba mengakhiri drama yang mengharukan.
“Ayo Ma, Mecca kita makan dulu. Mari paman, bibi.” Ajak Sheira kepada semua orang yang ada disana.
“Apa kabar bi Murni, bi Asih?” sapa Sheira memeluk kedua asisten rumah tangganya yang sudah mempersiapkan makanan di meja makan.
“Baik non. Non juga baik kan?” tanya bi Murni.
“Kami senang melihat non kembali lagi kemari.” Lanjut bi Asih.
“Alhamdulillah Sheira baik bi. Sheira juga senang bisa bertemu lagi dengan kalian. Bi Murni, bi Asih perkenalkan ini mama Sheira dan Mecca adik Sheira. Mulai hari ini mereka akan tinggal bersama kita.” Kata Sheira memperkenalkan keluarganya. Mama dan Mecca tersenyum ke arah mereka berdua. Lalu bi Murni dan bi Asih menganggukkan kepalanya sembari tersenyum dengan ramah. Setelah perkenalan singkat itu mereka langsung menyantap makan siang mereka yang sudah tertata rapi diatas meja.
Setelah selesai makan mereka bercengkrama diruang keluarga. Mereka saling bertukar cerita. Paman dan bibi sangat antusias menanggapi cerita mama. Sepertinya mereka saling melepas rindu setelah lama tak bertemu.
“O iya Mas, Mbak. Dimana Zia?” tanya mama yang baru tersadar atas ketidak hadiran Zia diantara mereka.
“Zia sedang dikantor. Sekarang ini dia sangat sibuk.” Jawab bibi menjelaskan.
“Pasti kak Zia menjadi sangat sibuk karena Sheira pergi ke Jakarta.” Sahut Sheira merasa sedikit bersalah.
“Tidak nak, kamu juga kan ke Jakarta karena pekerjaan. Memang akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan yang menawarkan kerjasama. Jadi kakakmu menjadi lebih sibuk dari biasanya. Kamu tahu sendiri kan kakakmu itu terlalu selektif dalam memilih rekan bisnisnya.” Lanjut paman.
“Pasti saat ini kak Zia sudah jadi orang yang sangat keren.” Sahut Mecca tersenyum senang.
“Kalau kamu ingin bertemu dengan kakakmu, besok datanglah kekantor bersama Sheira. Pasti Zia akan sangat senang bisa bertemu denganmu.” Kata bibi sembari menatap lembut kearah Mecca.
“Bolehkah Mecca besok ikut kekantor?” tanya Mecca bersemangat.
“Iya boleh dong asal kamu jangan membuat repot disana.” Sahut Sheira mengingatkan adiknya.
“Yey… terimakasih kakak. Kak Sheira memang yang terbaik. Mecca janji gak akan merepotkan kak Sheira maupun kak Zia.” Seru Mecca yang terlihat begitu senang setelah mendapatkan ijin dari Sheira. Mama, paman, dan bibi ikut tertawa karena melihat tinggah kekanakan Mecca.
Setelah cukup puas saling melepas rindu. Paman dan bibi memutuskan untuk pamit. Paman dan bibi langsung pulang bersama dengan pak Asep supir pribadi mereka.
.
.
.
**Dari sini kisah Sheira baru akan dimulai. **
Pantengin terus ya Readers biar tahu kelanjutannya. Tekan Vavorit ❤❤ biar tahu Updetnya.
Jangan lupa beri Thor Like, Vote, dan Komen ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fahrizal
boom like
2021-01-10
1