Pada pagi hari beberapa hari kemudian. Saat Reina membuka pintu, terlihat sebuah bingkisan tergeletak didepan pintu rumahnya. Terlihat juga sebuah surat terselip diantara lipatan bingkisan tersebut. Reina yang penasaran dengan bingkisan tersebut langsung membukanya. Terlihat sebuah lukisan bergambar Doraemon yang begitu cantik. Reina sudah bisa menebak pasti bingkisan tersebut dikirim oleh Sheira. Kemudian Reina segera membuka surat yang terselip dalam bingkisan tersebut. Benar saja surat itu dari Sheira.
*****
Teruntuk sahabatku Reina.
Assalamualaikum.
Rein aku tau saat ini kamu masih sangat marah padaku. Tapi aku sungguh-sungguh tak pernah bermaksud untuk menyakitimu Rein. Melalui surat ini aku ingin mengungkapkan permintaan maafku. Mungkin ini memang tidak akan mudah bagimu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku Rein. Aku sangat terpukul melihat kau marah padaku. Aku merasa sangat sedih saat kau menganggapku sebagai pembohong. Aku berani bersumpah Rein, aku melakukan semua itu karena aku tidak ingin melihatmu bersedih. Aku tidak ingin sahabat terbaikku menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi padaku waktu itu.
Aku sangat mengenalmu dengan baik Rein. Kamu memiliki hati yang sangat lembut. Kamu memiliki perasaan yang sangat halus. Oleh karena itulah aku meminta Andra untuk menutupi semuanya darimu. Hanya karena keegoisanku itu sekarang hubungan kita menjadi hancur. Maafkan aku Rein yang terlalu egois. Maafkan aku yang tak pernah bisa memahamimu selama ini. Aku berfikir sudah menjadi sahabat yang baik untukmu. Tetapi kenyataannya aku justru menjadi salah satu alasan kesedihanmu. Jika aku bisa memilih, aku tidak ingin menjadi orang yang kau benci. Aku ingin selalu menjadi sahabat yang bisa selalu kau bagikan keluh kesahmu. Tapi apa daya karena semua kesalahanku membuatmu semakin menjauh dariku.
Reina.... aku ingin kau tau aku masih sangat berharap kita bisa menjadi sahabat seperti dulu. Aku ingin mengulang kembali semua kenangan kita bersama. Aku ingin kita selalu bisa saling membagi segala hal. Tertawa bersama, ceria bersama, bahkan kita selalu melakukan hal konyol bersama. Tapi sekarang semua itu hanya akan menjadi kenangan, karena mungkin setelah ini kita tidak akan bisa bertemu lagi. Aku harap kamu akan bisa memaafkanku. Itu saja sudah cukup untukku.
Reina... terimakasih karena selama ini kamu sudah menjadi sahabat yang sangat baik. Kamu telah menjadi orang yang selalu ada bersamaku saat aku berada di bawah. Kamu selalu menjadi orang pertama yang menghiburku saat aku sedang sedih. Sekali lagi terimakasih atas semua persahabatan yang indah yang pernah kau berikan padaku.
Wasalamualaikum.
Dari sahabatmu Sheira
NB :
O iya Rein tolong berikan lukisan ini pada Sasa. Waktu itu aku pernah berjanji untuk membuatkan lukisan Doraemon untuknya. Aku harap Sasa senang dengan lukisan itu.
******
Setelah membaca surat itu, tanpa terasa air mata Reina mengalir. Reina merasa sangat tersentuh dengan isi surat Sheira. Reina menjadi sadar bahwa masalah yang sedang mereka hadapi saat ini tidak akan pernah bisa menghilangkan arti persahabatan yang mereka miliki. Reina menjadi semakin percaya bahwa Sheira adalah sahabat terbaiknya.
“Ada apa bunda?” tanya Sasa yang mengangetkannya.
“Enggak papa kok nak. O iya ini ada kiriman dari tante Sheira.” Jawab Reina menyeka air matanya dan memberikan lukisan pada Sasa.
“Wah bagus banget bunda.” Kata Sasa terlihat senang.
“Sasa senang?” tanya Reina berusaha tersenyum pada Sasa.
“Senang banget bunda. Sasa kira tante Sheira udah lupa.” Jawab Sasa sembari terus memandangi lukisan Doraemonnya.
“Ya udah Sasa simpan gih di kamar. Inget Sasa harus jaga lukisan ini dengan baik.” Kata Reina menasehati Sasa.
“Iya bunda. Sasa pasti akan selalu menjaga lukisan ini.” Sahut Sasa bergegas pergi menuju kamarnya.
Saat ini Reina berfikir untuk menemui Sheira. Reina berusaha menghubungi Sheira. Namun nomor Sheira tidak aktif. Reina merasa semakin khawatir, kenapa nomor Sheira tidak aktif dan kenapa Sheira tidak memberikan secara langsung lukisan itu. Reina menjadi semakin bingung dan cemas.
Belum habis kebingungan yang dirasakan Reina. Tiba-tiba Andra datang menghampirinya dengan wajah panik. Dengan nafas yang terengah-engah Andra berusaha mengungkapkan sesuatu.
“Ada apa sih Mas? Kok lari-lari gitu?” tanya Reina penasaran.
“Sheira...Sheira..... dia mau pergi.” Jawab Andra masih terengah.
“Kamu ini bicara apa sih. Baru saja Sheira mengirimkan surat dan lukisan untuk Sasa. Memang mau pergi kemana dia?” tanya Reina tak percaya pada Andra.
“Baru saja Mecca menelfonku. Dia berkata bahwa siang ini Sheira akan membawa semua keluarganya pindah ke Pekanbaru.” Jawab Andra mencoba menjelaskan dengan tenang.
“Pekanbaru!! Kamu gak bercanda kan Mas??” tanya Reina terkejut.
“Aku serius sayang. Saat ini mereka sudah menuju bandara.” Lanjut Andra menjelaskan.
“Kita harus kebandara sekarang Mas. Ayo sebelum terlambat. Aku ingin mengatakan sesuatu pada Sheira sebelum dia pergi.” Sahut Reina tergesa-gesa. Tanpa berkomentar Andra bergegas menyiapkan mobilnya. Setelah Reina keluar bersama Sasa mereka segera menuju bandara.
Sesampainya di bandara, Sheira merasa masih ada yang mengganjal dihatinya. Dia terus saja memandang ke arah pintu masuk berharap Reina akan menemuinya sebelum dia pergi. Tapi Sheira merasa itu semua tidak akan terjadi, karena Sheira tidak memberi tau Reina bahwa dia akan pergi hari ini.
“Mama dan Mecca masuk duluan saja nanti Sheira menyusul. Dek... ajak mama masuk dulu.” Kata Sheira di ruang tunggu.
“Iya Kak. Apa kakak sedang menunggu seseorang?” tanya Mecca tersenyum kecil.
“Tidak kakak hanya ingin menenangkan fikiran sejenak.” Jawab Sheira juga dengan senyuman.
“Jangan lama-lama ya. Kamu harus segera menyusul.” Sahut mama kemudian.
“Iya Ma.” Jawab Sheira singkat. Kemudian mama dan Mecca segera masuk ke dalam ruang tunggu penumpang.
“Sekali lagi aku harus meninggalkan kota ini dengan segala kenangannya. Aku harus meninggalkan semua masa laluku di kota ini untuk terbang menuju masa depanku. Semoga ini adalah jalan yang terbaik. Semoga Reina dan Andra sudah bisa memaafkanku saat ini. Sehingga aku bisa meninggalkan kota ini dengan tenang.” Kata Sheira dalam hati sembari memandangi kota yang telah membesarkannya dari dalam bandara. Sheira melihat lagi masa lalunya, masa kecilnya, masa sekolahnya, hingga masa-masa indahnya bersama Reina.
Saat Sheira sudah benar-benar siap untuk pergi. Tiba-tiba terdengar suara memanggilnya. Suara itu semakin dekat menghampirinya. Dengan cepat Sheira membalikkan tubuhnya.
“Sheira....!!!” teriak Reina menghampiri Sheira.
“Reina.... dari mana kalian tau aku di sini?” jawab Sheira seolah tak percaya melihat kedatangan Reina.
“Tadi Mecca menelfonku dan mengatakan semuanya padaku.” Jawab Andra menjelaskan.
“Maafin aku Shei...” kata Reina tiba-tiba memeluk tubuh Sheira. Kedua sahabat itu saling meneteskan air mata.
“Tidak Rein, seharusnya aku yang minta maaf. Ini semua karena kebodohanku.” Jawab Sheira menyalahkan dirinya sendiri.
“Tidak Shei. Ini juga kesalahanku, aku tidak pernah mengerti semua pengorbananmu. Aku hanya memikirkan diriku sendiri.” Sahut Reina ikut menyalahkan dirinya sendiri.
“Sekarang kalian tidak harus saling menyalahkan diri kalian. Sekarang yang harus kalian lakukan adalah saling memaafkan.” Kata Andra ikut merasa senang melihat istri dan sahabatnya kembali bersama.
“Jangan pergi Shei. Aku mohon jangan pergi lagi.” Kata Reina kemudian melepaskan pelukannya.
“Aku harus pergi Rein. Di sana sudah banyak pekerjaan yang menantiku.” Jawab Sheira mencoba membuat Reina mengerti.
“Baiklah kali ini aku akan membiarkanmu pergi. Tapi kamu harus janji, suatu saat nanti kamu harus kembali lagi ke kesini.” Kata Reina meminta.
“Insyaallah Rein. Do’akan saja aku bisa kembali lagi ke kota yang penuh kenangan ini.” Jawab Sheira tersenyum.
“Aku juga berharap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi Shei. Kita lupakan masa lalu. Kita mulai lagi semuanya dari awal, aku Reina dan kamu. Kita mulai persahabatan kita dari awal.” Kata Andra menambahkan.
“Iya Ndra. Aku juga menginginkan hal itu.” Jawab Sheira berharap.
“Tante mau pergi ya?” tanya Sasa tiba-tiba.
“Iya sayang tante mau pergi. Tapi Sasa gak boleh sedih ya. Sasa harus janji sama tante Sasa akan terus jagain ayah dan bunda, janji?” Kata Sheira sembari mengelus rambut Sasa.
“Sasa janji tante Sasa akan selalu menjaga ayah dan bunda.” Jawab Sasa dengan polos. Kemudian mereka tertawa bersama melihat kepolosan Sasa. Kini semua beban yang ada dihati Sheira seolah hilang.
Hari ini mereka saling mengesampingkan ego masing-masing. Mencoba menyatukan kembali ikatan persahabatan yang sempat putus. Kini mereka saling terbuka satu sama lain. Berharap tak akan ada lagi masalah yang membuat persahabatan mereka kembali retak.
“Kak Sheira, sudah saatnya kita pergi.” Kata Mecca yang tiba-tiba menghampiri mereka dan mengagetkan mereka.
“Iya dek. Rein, Ndra aku harus pergi sekarang. Jaga diri kalian baik-baik. Aku punya satu pesan untukmu Ndra. Tolong jaga Reina dan Sasa. Jangan pernah kamu sakiti mereka. Reina adalah sahabat terbaikku. Aku tidak akan pernah bisa melihatnya menangis.” Kata Sheira meminta pada Andra.
“Pasti Shei, aku akan menjaga mereka dengan segenap hatiku dan seluruh jiwa ragaku.” Jawab Andra berjanji pada Sheira.
“Satu lagi Ndra jangan pernah sakiti hati Reina. Hati wanita itu ibarat pasir. Semakin erat kau menggenggamnya justru akan semakin banyak pasir yang terjatuh. Tetapi jika kau menggenggamnya dengan kelembutan maka pasi-pasir itu akan bertahan lama dalam genggamanmu. Aku harap kalian akan selalu bahagia.” Lanjut Sheira memberikan nasehat.
“Aku pasti akan selalu mengingat pesanmu itu Shei.” Jawab Andra tersenyum.
“Jangan lupakan kami ya Shei. Jangan lupa hubungi kami sesampainya disana.” Sahut Reina yang merasa berat melepaskan Sheira.
“Iya Rein pasti.” Jawab Sheira singkat.
“Ayo Kak mama sudah menunggu kita.” Ajak Mecca kemudian.
“Tante jangan lupain Sasa ya.” Sahut Sasa sebelum Sheira pergi.
“Iya sayang, tante pasti akan selalu mengingat Sasa.” Jawab Sheira memeluk tubuh kecil Sasa.
“Selamat tinggal semuanya.” Kata Sheira kemudian. Lalu Reina kembali memeluk Sheira dengan sangat erat seolah tak ingin Sheira pergi. Kemudian Sheira melepaskan pelukan Reina dan menenangkan Reina. Lalu Sheira dan Mecca pun segera menuju pesawat yang akan mereka naiki.
Kepergian Sheira kali ini berbeda dengan kepergian sebelumnya. Jika sebelumnya Sheira pergi untuk melupakan masa lalunya. Kali ini Sheira pergi untuk mengenang semua masa lalunya dan berusaha menapaki masa depannya. Sheira tak ingin melupakan semua masa lalunya. Sheira ingin masa lalu itu menjadi sebuah pembelajaran dan pengalaman baginya.
Kali ini Sheira pergi diiringi senyuman orang-orang yang dia sayangi. Sahabat yang selama ini ada bersamanya melepas kepergiaannya dengan senyuman. Seolah tak ada lagi beban yang dirasakan oleh Sheira. Dia akan berusaha menjalani masa depan yang akan dia pilih dengan senyuman. Tantangan apapun yang akan dihadapinya nanti tak akan membuatnya menyerah. Semua masalah yang pernah dia hadapi akan menjadi kekuatan terbesarnya untuk melanjutkan hidupnya.
******
Persahabatan adalah sebuah kekuatan yang sangat dasyat. Mungkin ini hanyalah sebuah kata sederhana. Tetapi dengan kata sederhana ini dapat menghancurkan segala masalah yang ada. Apabila kita sangat mempercayai kekuatan dari persahabatan. Maka sebesar apapun masalah dan badai yang akan menerpa, maka persahabatanlah yang akan membantu menyelesaikan segala perbedaan tersebut. Hargailah dan sayangilah kata sederhana ini agar bisa selalu hidup tenang dan damai. Sheira_
.
.
.
Sedikit melow ya....
Biar Author gak keterusan melow jangan lupa beri Like, Vote dan komen untuk Thor.
Biar lebih semangat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fahrizal
semngat thor..
2021-01-10
1
Hbb
hadiir😣
2020-05-14
1