Hari ini Sheira menemani Zia meeting diluar kantor. Meeting ini sengaja diadakan diluar kantor karena sang kolega menyukai udara segar. Sehingga Sheira mengatur meeting di sebuah resto yang bertema outdoor. Benar saja koleganya merasa sangat senang dengan tempat yang dipilih Sheira.
Kali ini mereka membahas tentang kesepakatan kerjasama antar kedua perusahaan. Meeting berjalan sesuai harapan Zia. Kesepakatan telah ditentukan. Mereka saling menanda tangani kontrak. Setelah semua urusan bisnis selesai. Mereka melanjutkan ke sesi santai, atau lebih tepatnya makan bersama. Sheira telah mempersiapkan menu-menu terbaik yang ada diresto tersebut.
Sejak meeting dimulai hingga acara berakhir, Zia merasa sedikit tidak nyaman. Dia merasa sedari tadi salah satu dari koleganya tersebut selalu memperhatikannya. Sepertinya pria ini memiliki kuasa yang cukup besar diperusahaan itu. Buktinya tadi dia sendiri yang menanda tangani kontrak perjanjian mewakili sang CEO. Tatapan pria tersebut terasa lain. Namun Zia berusaha untuk bersikap biasa. Dia tidak akan bertindak berlebihan karena pertemuannya ini membawa nama baik perusahaannya.
Setelah semua menghabiskan isi piringnya. Zia yang sudah merasa sangat tidak nyaman memberikan kode pada Sheira. Sheira yang menyadari kegelisahan Zia langsung mengambil tindakan. Sheira langsung mengeluarkan gawainya dan mengirim pesan pada sopir pribadi Zia yang sekaligus merangkap sebagai bodyguard. Sebagai
asisten seorang CEO, Sheira harus selalu waspada dan melindungi bosnya. Dia tidak akan membiarkan apapun terjadi pada bosnya.
Seketika Zia dan Sheira beranjak undur diri. Tak lupa mereka memberi penghormatan dengan sangat sopan.
“Baiklah tuan-tuan sekalian karena kerjasama kita sudah disepakati. Kami akan undur diri, semoga kerjasama ini bisa saling menguntungkan satu sama lain.” Kata Zia berusaha tersenyum.
“Saya juga berharap begitu nona Zia.” Jawab pria tersebut tersenyum membalas senyum Zia. Sheira sudah bersiap diri dengan apapun yang akan terjadi. Namun dia tidak akan bergerak sebelum Zia memberi perintah.
“Semoga kita bisa bertemu lagi dilain waktu.” Lanjut Zia mengulurkan tangan.
“Dengan senang hati nona.” Jawab pria tersebut tersenyum senang.
“Baiklah kalau begitu kami pergi dulu. Ayo Shei.” Ajak Zia sembari menatap Sheira. Kemudian mereka beranjak pergi. Tak lupa sebelum pergi Sheira membungkukkan badannya.
“Kau kembalilah terlebih dulu ke kantor. Aku masih ada sedikit urusan.” Perintah pria tersebut pada temannya.
"Baik tuan.” Jawab temannya itu seraya mengangguk memberi hormat.
Zia dan Sheira terus berjalan menjahui pria tersebut. Mereka melangkah dengan sangat mantap dan terlihat sangat berwibawa. Kini langkah mereka mulai menuju keluar area resto. Tak jauh dari mereka terlihat supir pribadi Zia telah menunggu. Namun saat mereka ingin menuju mobil tersebut. Terdengar seseorang memanggil nama Zia, dan mereka seketika menghentikan langkahnya.
“Zia tunggu!!” teriak seseorang. Saat Sheira dan Zia berbalik ternyata pemilik suara tersebut adalah pria tadi. Sheira langsung pasang badang berdiri didepan bosnya. Sheira tak memiliki rasa takut sedikit pun. Dengan sabuk merah pencak silat yang telah didapatkannya. Dia merasa cukup mampu menghadapi pria itu seorang diri.
“Berhenti tuan. Anda jangan berani mendekati nona Zia.” Sarkas Sheira saat melihat pria tersebut semakin mendekat.
“Hei.. aku hanya ingin menyapa Zia saja. Bukannya ingin berbuat kriminal.” Jawab pria tersebut dengan santainya.
“Maaf tuan diluar urusan bisnis tidak ada yang boleh mendekati nona Zia.” Lanjut Sheira seolah memberi jarak. Supir Zia yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres langsung menghampiri mereka.
“Santai saja jangan terlalu kaku. Zia apa kau tidak ingat padaku?” tanya pria tersebut memandang Zia penuh harap.
“Maaf nona, sebaiknya nona Zia dan nona Sheira segera masuk kemobil. Biar saya yang mengurus orang ini.” Sahut supir Zia setelah ada didepan Zia dan Sheira.
“Aku sungguh tidak mengerti, ternyata ingin sekedar menyapa nona Zia harus berhadapan dengan para bodyguardnya.” Gumam pria tersebut mendengus kesal.
“Saya harap anda bisa lebih sopan kepada nona kami. Silahkan anda segera pergi dari sini tuan.” Lanjut supir tadi mengancam.
“Mari nona.” Ajak Sheria menuntun Zia menuju mobilnya.
“Zia tunggu. Zia Safira Nugraha!!” teriak pria tersebut seketika mampu menghentikan langkah Zia.
Zia sangat terkejut, bagaimana mungkin pria tersebut tahu nama lengkapnya bahkan dengan nama belakang ayahnya. Dia sangat ingat terakhir kali dia menggunakan nama itu saat duduk dibangku SMA. Bahkan hanya teman-teman terdekatnya yang tahu nama itu. Setelah itu dia lebih dikenal dengan Zia Safira Herlambang. Selaku CEO dari HER’S CORPORATION atau HERLAMBANG’S CORPORATION. Herlambang sendiri adalah nama keluarga dari mamanya, karena perusahaan yang dipeganggnya saat ini adalah warisan dari keluarga mamanya. Oleh karena itu, Zia lebih dikenal dengan nama Zia Safira Herlambang dikalangan para pebisnis.
Zia langsung berbalik dan kembali melangkah mendekati pria tersebut. Dia menjadi sangat penasaran dengan sosok yang mengenalinya dengan nama lamanya. Sheira pun kembali mengikuti langkah bosnya.
“Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu tahu nama itu?” tanya Zia penuh penekanan.
“Zia apakah kau sungguh-sungguh tidak ingat padaku?” kata pria itu balik bertanya.
“Aku butuh jawabanmu bukan pertanyaanmu.” Sahut Zia ketus.
“Aku sungguh tidak percaya kau melupakanku Zia. Padahal saat sekolah dulu aku adalah orang pertama yang akan kamu cari setibanya disekolah. Apa kamu juga masih ingat betapa polos dan lugunya kamu waktu itu?” kata pria tersebut tersenyum mengingat masa lalu mereka. Zia terdiam sesaat, dia mencoba mengembalikan ingatannya pada masa itu.
“Apakah mungkin itu kau?” kata Zia seolah tak percaya. Ada satu nama didalam fikirannya. Apalagi saat penanda tanganan kontrak tadi. Nama yang tertera adalah Anggara B. Nama yang mirip dengan yang dia ingat. Namun dia tidak begitu yakin jika pria ini adalah orang yang ada dalam fikirannya saat ini.
“Apakah kau sudah mengingatku. Gadis lugu??” tanya pria itu lagi. Mendengar panggilan itu membuat Zia menjadi semakin yakin. Jika orang yang dihadapannya itu adalah orang yang sedang dia fikirkan.
“Anggara Bayu Mahendra?” celetuk Zia dengan wajah tak percaya.
“Iya ini aku. Akhirnya kau mengingat teman lamamu ini.” Jawab pria tersebut membenarkan tebakan Zia.
“Astaga!! Maafkan aku Angga karena tidak mengenalimu. Aku sungguh tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi.” Kata Zia terlihat begitu senang.
“Aku pun begitu Zia. Kamu tahu saat aku melihatmu tadi. Aku sangat tak percaya dengan penglihatanku. Bagaimana mungkin gadis luguku bisa berubah menjadi gadis yang sangat cantik dan berwibawa seperti ini.” Kata Angga memuji Zia.
“Jangan berlebihan Angga. Aku melakukan ini karena tuntutan profesi. Sekarang ini aku bukan lagi Zia yang dulu. Bukan Zia yang akan selalu diam saat semua orang menjahui serta mengolok-olokku karena penampilanku.” Ucap Zia terdengar sangat getir. Memang sejak sekolah Zia selalu mengalami bullying karena penampilannya yang menurut teman-temannya cupu.
“Hei.. kenapa kamu sedih? Bukankah sekarang aku sudah ada disini. Aku akan selalu melindungimu dari orang-orang itu.” Sahut Angga mencoba mengembalikan keceriaan Zia.
“Kau benar, sekarang aku tidak perlu takut lagi pada orang-orang seperti mereka. Sekarang sudah banyak orang yang menyayangiku.” Jawab Zia kembali tersenyum.
“Iya dan sepertinya sekarang kamu dijaga bak seorang ratu kawan. Bahkan hampir saja aku beradu dengan kedua bodyguarmu jika aku tidak menyebutkan namamu tadi.” Lanjut Angga menatap Sheira dan supir Zia secara bergantian.
“Maaf tuan jika saya terlalu berlebihan. Tetapi memang seperti itu prosedur pengamanan nona Zia.” Jawab Sheira merasa bersalah.
“Tidak apa aku bisa memaklumi itu. O iya jangan panggil aku tuan, panggil saja Angga. Saat ini kan kita tidak sedang membicarakan bisnis.” Kata Angga dengan nada bersahabat.
“Baiklah tuan, eh.. Angga” lanjut Sheira sedikit gugup.
“O iya Zia boleh aku minta nomor ponselmu?” tanya Angga mengeluarkan gawainya dari dalam saku.
“Tentu saja.” Jawab Zia sembari meminta gawai Angga. Lalu Zia menekan nomornya pada gawai tersebut.
“Maaf nona, sepertinya kita harus segera pergi. Ada insvestor yang sedang menunggu kita di kantor.” Sela Sheira berbisik. Belum lama tadi Sheira mendapatkan pesan dari Bryant jika mereka sudah ditunggu dikantor.
“Maaf Angga sepertinya aku sudah harus pergi. Lain kali kita bertemu lagi.” Kata Zia berpamitan pada Angga seraya mengembalikan gawai Angga.
“Baiklah Zia. Aku juga harus kembali kekantor. Dah Zia sampai bertemu lagi.” Jawab Angga tersenyum.
“Mari nona.” Kata Sheira seraya memberikan jalan. Kemudian Zia dan Sheira bergegas masuk kedalam mobil dan kembali kekantror.
.
.
.
**Ada pendatang baru lagi nih. **
Kira-kira siapa ya Angga???🤔🤔 Terus pantau ya readers.... Jangan lupa juga beri Like, Vote, dan komen kalian. Terimakasih buat yang sudah mendukung thor selama ini.🙇🙇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments