Mecca yang menaruh curiga pada Sheira dan Bryant mulai mencari informasi. Dia selalu mengamati setiap gerak gerik mereka saat bertemu. Bagi orang yang tidak peka pasti akan berfikir hubungan mereka sama layaknya rekan kerja biasa. Namun Mecca yang sangat mengenal kakaknya bisa merasakan keanehan itu.
Kini Mecca berperan seperti detectif. Bahkan dia tak segan mengikuti dan menjadi penguntit Bryant. Dia merasa sangat penasaran. Sehingga dia menggunakan cara yang biasa dilakukan para detectif di televisi. Mecca menganggap dirinya seperti James Bone. Ah tidak lebih tepatnya saat ini dia mirip dengan detektif Conan salah satu tokoh kartun kesukaannya.
Setelah beberapa hari menjadi penguntit yang handal. Mecca menemukan suatu petunjuk. Saat Sheira dan Bryant bertemu, terlihat Bryant lah yang paling antusias. Dia selalu melontarkan senyum manisnya pada Sheira. Tetapi anehnya Sheira membalasnya dengan sikap yang cukup dingin dan sedikit mengacuhkannya. Seolah Sheira merasa tidak nyaman dengan sikap Bryant kepadanya. Dengan demikian Mecca menyimpulkan bahwa hubungan mereka hanyalah cinta sepihak yang bertepuk sebelah tangan.
Mecca sedikit kecewa dengan kesimpulannya sendiri. Padahal dia sangat berharap jika kakaknya bisa segera menemukan seseorang. Mecca ingin melihat Sheira segera move on dari sosok Andra. Meski kini Mecca sangat tahu jika Andra sudah tidak memiliki tempat sepesial sedikit pun dihati kakaknya itu. Tetapi Sheira adalah tipe orang yang sulit menyembuhkan luka.
“Dasar kak Sheira, kenapa dia mengacuhkan kak Bryant yang sangat perhatian padanya. Apakah dia akan terus menyendiri seumur hidupnya.” Gerutu Mecca yang langsung bergidik ngeri dengan ucapannya sendiri.
“Tidak bisa seperti ini terus. Mulai sekarang aku yang akan memastikan sendiri kebahagian kak Sheira.” Lanjut Mecca memberi semangat pada dirinya sendiri.
Tanpa disadari Mecca, sebenarnya tingkah konyolnya sebagai penguntit telah diketahui oleh Bryant. Namun dia berpura-pura tidak tahu. Dia tidak ingin memergoki Mecca dan membuatnya malu. Namun tidak dengan hari ini, Bryant melihat Mecca bergumam seorang diri dibalik dinding setelah menguntitnya.
“Apa yang sebenarnya kamu lakukan?” tanya Bryant mengagetkan Mecca. Mecca sedikit terperanjak dan memundurkan langkahnya.
“Eh… kak Bryant. Tadi Mecca kebetulan lewat sini, gak nyangka bisa ketemu kak Bryant disini.” Jawab Mecca cengingisan mencari alasan.
“Apa kau fikir selama ini aku tidak tahu jika kau selalu menguntitku?” tanya Bryant dengan tegas. Sejenak Mecca menjadi bingung bagaimana mungkin dia bisa ketahuan. Sedangkan selama ini dia telah menjadi penguntit yang sangat handal.
“Kenapa kau hanya diam. Bisa kau berikan aku penjelasan.” Lanjut Bryant semakin mendesak Mecca.
“Sebenarnya… a..aku…aa..ku…” Mecca tak mampu mengeluarkan kata-kata lidahnya seolah kaku.
“Sudahlah aku masih banyak pekerjaan. Kamu masih berhutang penjelasan padaku. Jadi saat makan siang nanti kamu harus membayar hutangmu itu. Kita bertemu di Cafe tempat aku menabrakmu. Ingat jangan sampai telat dan buatlah alasan yang masuk akal.” Sarkas Bryant dengan sangat tegas yang langsung berlalu meninggalkan Mecca. Mecca yang mendengarnya menjadi gemetar. Nyalinya menciut, tangannya menjadi sedingin es. Bahkan mungkin saat ini wajahnya menjadi pucat pasi karena rasa takutnya.
Setelah mendapatkan kecaman dari Bryant, Mecca menjadi sangat gelisah. Bagaiman bisa dia menghadapi Bryant nanti. Ingin rasanya dia tak menemui Bryant siang ini. Tetapi dia tidak cukup berani melakukan itu. Pasti si tuan Bryant akan lebih marah padanya. Mecca berkeja dengan wajah cemasnya. Beberapa rekan kerjanya yang menyadari itu mencoba bertanya pada Mecca. Namun sebisa mungkin Mecca menyembunyikan rasa cemasnya dibalik senyum manisnya. Dia selalu berkata ‘tidak ada apa apa’ kepada semua teman yang terlihat menghawatirkannya.
Tidak seperti biasanya, hari ini waktu terasa berputar dengan sangat cepat. Mecca menjadi semakin was-was karena waktu makan siang telah tiba. Beberapa kali dia merutuki kelakuannya sendiri yang telah berani menjadi penguntit. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kini dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Hanya saja dia masih bingung alasan apa yang akan dia berikan. Ingin rasanya dia menggunakan nama kedua kakaknya untuk melindungi dirinya dari Bryant. Namun itu sangat tidak mungkin. Jika dia melakukan itu justru akan membuat malu kedua kakaknya itu dan masalah akan semakin besar. Mecca menjadi serba salah.
Saat kakinya mulai memasuki cafe tersebut. Terlihat Bryant sudah duduk menunggunya disudut ruangan. Dengan perlahan Mecca menghampirinya. Bryant terus memberikan tatapan tajam seolah ingin menerkamnya.
“Maaf Kak saya terlambat.” Kata Mecca membungkukkan badannya dengan nada gemetar.
“Duduklah.” Perintah Bryant terdengar sangat kasar ditelinga Mecca.
“Jelaskan semuanya padaku.” Lanjut Bryant setelah Mecca duduk. Mecca tak bisa berkata apapun. Dia hanya bisa meremas jemarinya dibawah meja dengan wajah tertunduk. Bahkan saat ini matanya mulai terasa berair.
“Ma…maafkan aku Kak.” Ucap Mecca sangat lirih dan bergetar. Sebisa mungkin dia menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Hei… apa aku semenakutkan itu sampai membuatmu menangis?” tanya Bryant kali ini dengan nada yang lebih lembut.
“Aku tahu aku salah.” Lanjut Mecca mengakui kesalahannya.
“Sudahlah jangan menangis. Aku hanya berpura-pura marah kepadamu. Maaf jika sikapku sudah keterlaluan dan membuatmu takut seperti ini.” Kata Bryant seraya memberikan tisu pada Mecca.
“Jadi kak Bryant hanya mengerjaiku?” Mecca langsung mengangkat kepalanya dengan perasaan sedikit kesal.
“Hahaha.. maafkan aku. Aku hanya ingin lihat seberapa besar nyali penguntit kecil ini. Sudah hapuslah air matamu itu.” Kata Bryant tertawa. Mecca langsung mengambil tisu dari tangan Bryant dengan wajah kesalnya. Bagaimana bisa dia dikerjai sampai seperti ini.
“Sebaiknya kita makan dulu. Setelah itu baru kita lanjutkan pembicaraan kita.” Kata Bryant setelah pesanannya datang.
Sebelumnya dia juga telah memesankan sesuatu untuk Mecca.
“Apa kakak juga memesan untukku?” tanya Mecca sedikit bingung saat weaters meletakkan makanan didepannya.
“Iya, aku tidak tahu apa kesukaanmu. Jadi aku memesankanmu spageti. Aku fikir semua orang akan menyukai spageti.” Jawab Bryant mulai menyendok makanannya.
“Terimakasih Kak.” Sahut Mecca yang langsung mengikuti Bryant menyantap makanannya.
Mereka makan dengan sangat tenang. Sesekali mereka saling melirik satu sama lain. Mecca merasa sangat malu pada Bryant karen perbuatannya. Sedangkan Bryant sedikit menyunggingkan senyumnya saat mengingat tingkah konyol Mecca.
“Ok sekarang kita lanjutkan pembahasan tadi.” Kata Bryant setelah mereka menghabiskan makan siangnya.
“Sebenarnya aku melakukan itu hanya karena penasaran pada kak Bryant dan kak Sheira.” Kata Mecca akhirnya mengaku.
“Apa yang membuatmu penasaran?” tanya Bryant tersenyum tipis.
“Kak Bryant menyukai kak Sheira kan?” sahut Mecca sembari menatap tajam Bryant.
“Aku tidak menyangka jika kamu dapat menyadarinya. Kamu orang pertama yang mampu menyadari itu. Ah tidak orang kedua setelah Sheira tentunya.” Jawab Bryant dengan nada terdengar sedikit pilu.
“Aku rasa dengan sikap kakak itu semua orang akan tahu perasaan kakak pada kak Sheira. Apa kakak benar-benar manyukainya?” tanya Mecca memastikan.
“Benarkah, apa nampak jelas? Aku memang sudah sejak lama menyukainya. Tetapi tidak dengan Sheira, dia tidak pernah menyukaiku. Dia hanya menganggapku sebagai teman saja.” Jawab Bryant tersenyum simpul.
“Sungguh mengenaskan ya nasibku. Mencintai orang yang tak pernah mencintaiku.” Lanjut Bryant terdengar sangat getir.
“Jika kakak memang sungguh-sungguh aku bisa membantu kakak.” Sahut Mecca memberi penawaran.
“Terimakasih karena mau menawarkan bantuan. Tetapi Sheira adalah wanita yang sangat sulit untuk diyakinkan. Aku sudah cukup senang dianggap teman olehnya.” Kata Bryant menolak tawaran Mecca.
“Ah… kakak sunguh berhati baik.” Ucap Mecca terpesona.
“Sudah lupakan tentang aku dan Sheira. O iya penguntit kecil mari mulai hari ini kita berteman.” Kata Bryant mengulurkan tangannya.
“Baiklah aku terima perteman dari kakak.” Jawab Mecca menyambut uluran tangan Bryant.
“Eh… tapi tunggu, kenapa sedari tadi kakak memanggilku penguntit kecil. Aku punya nama Kak dan namaku adalah Mecca.” Lanjut Mecca protes.
“Itu adalah julukanku untukmu, dan mulai sekarang aku akan memangilmu seperti itu.” Jawab Bryant sembari tersenyum senang. Mecca hanya bisa tersenyum mendengar julukan yang diberikan Bryant padanya. Ternyata Bryant adalah orang yang sangat hangat dan ramah. Ketakutan yang selama ini dirasakannya sungguh-sungguh tak beralasan.
.
.
.
**Jangan lupa beri thor Like, vote, dan Komen ya. **
Kalau kalian semangat membantu thor, thor juga akan lebih semangat.
Ayo SEMANGAT!!!!! 💪💪🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Hbb
sementara masih bisa mendaratkan like....🤗🤗
yeeeay😱😱😆
wajib makin semangat thor🔥🔥🔥
2020-05-19
1