Sore harinya, mama Andra mengantarkan Sasa pulang. Saat memasuki rumah, mama melihat Reina sedang duduk termenung di meja makan. Terlihat juga tetesan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Kemudian mama meminta Sasa melatakkan barangnya di dalam kamar. Lalu mama pun mendekati Reina.
“Rein.. kenapa kamu melamun sendirian?” tanya mama Andra mengagetkan Reina.
“Eh... mama. Enggak papa kok Ma, Reina gak lagi ngelamun kok.” Jawab Reina sembari mengusap air matanya dengan cepat berharap mama Andra tidak melihatnya.
“Kamu jangan bohong sama mama. Mama tau bagaimana perasaanmu saat ini. Maafin mama ya, bagaimana pun juga semua ini terjadi karena perkataan mama waktu itu. Tapi sungguh mama tidak pernah ingin membedakan kamu dan Sheira.” Kata mama merasa sangat bersalah.
“Tidak Ma, ini bukan salah mama. Ini terjadi karena ketidak tahuan Reina. Reina yang tidak pernah tanggap pada perasaan Sheira.” Jawab Reina mencoba sedikit tersenyum.
“Mama mengerti sekarang kamu sedang ada pada posisi yang membingungkan. Disatu sisi ada Sheira sahabatmu dan disisi lain ada keluargamu.” Lanjut mama mencoba membuat Reina mengungkapkan perasaannya saat ini.
“Reina bingung Ma. Reina harus bagaimana sekarang. Apakah hubungan Reina dan Sheira akan bisa kembali seperti dulu atau semua akan tetap seperti ini. Apakah Reina harus meninggalkan Andra agar Reina bisa mengembalikan semua kebahagiaan Sheira.” Kata Reina kembali meneteskan air mata.
“Tidak sayang perpisahan bukanlah jalan keluarnya. Belum tentu juga jika Sheira dan Andra kembali bersama semuanya akan baik-baik saja. Pasti ada jalan lain tanpa harus mengorbankan hubungan kalian nak percaya pada mama.” Kata mama menasehati Reina.
“Tapi kenapa Ma? Saat itu Sheira juga melakukan hal yang sama kan? Dia memberikan orang yang sangat berharga baginya kepadaku. Lalu kenapa sekarang aku tidak bisa melakukan hal yang sama Ma?” tanya Reina tak mengerti dengan maksud mama.
“Keadaan kamu dan Sheira yang berbeda nak. Dulu Sheira memilih jalan itu karena mereka belum memiliki sebuah ikatan yang kuat. Tapi saat ini kamu dan Andra memiliki satu ikatan yang amat kuat. Kalian sudah menikah nak, dan Sasa dialah ikatan terkuat dalam hubungan kalian. Apa kamu tidak memikirkan tentang Sasa? Apa kamu tidak memikirkan tentang masa depan Sasa?” tanya mama pada Reina dan Reina hanya terdiam.
“Jalan satu-satunya adalah memaafkan Rein. Kau harus memaafkan Sheira dan Andra. Kamu juga harus memaafkan dirimu sendiri. Jangan pernah berfikir semua ini adalah kesalahanmu. Cobalah untuk memahami posisi Sheira saat itu, dan cobalah mengerti keadaannya saat ini. Mama hanya bisa berharap kalian bertiga bisa kembali rukun dan akur seperti sebelumnya.” Kata mama kembali menasehati Reina sembari mengusap punggung Reina dengan lembut.
Belum selesai mereka ngobrol, Andra datang menghampiri mereka.
“Mama kenapa repot-repot mengantar Sasa sendiri? Nanti biar Andra saja yang jemput Sasa Ma.” Kata Andra merasa tidak enak pada mamanya.
“Enggak papa Ndra. Lagian mama juga kangen sama menantu kesayangan mama. Bolehkan mama menemui menantu mama ini.” Jawab mama mencoba membuat Reina tersenyum.
“Kapanpun mama ingin mama bisa bertemu dengan menantu kesayangan mama. Iya kan sayang?” tanya Andra pada Reina.
“Iya.” Jawab Reina sembari tersenyum kecil.
“Mumpung mama disini gimana kalau kita cari makan diluar? Ya sambil cari udara segar.” Kata Andra menawarkan.
“Kalian aja ya aku lagi males keluar.” Sahut Reina menolak.
“Ayo lah nak. Gak ada salahnya kan keluar rumah sebentar sembari menenangkan fikiran. Ayo.” Bujuk mama Andra.
“Baiklah Ma. Reina siap-siap dulu ya.” Kata Reina kemudian beranjak dari duduknya.
“Terimakasih ya Ma. Berkat mama sekarang Reina bisa tersenyum lagi. Walaupun belum bisa kembali seperti sebelumnya.” Kata Andra setelah Reina pergi.
“Ini sudah menjadi tugas orang tua Andra untuk menyelesaikan masalah yang ada di antara anak-anaknya.” Jawab mama tersenyum.
“Ya udah Ma Andra panggil Sasa dulu ya. Tunggu sebentar ya Ma.” Lanjut Andra menuju kamar Sasa. Kemudian setelah semua siap, mereka bergegas pergi. Mereka mencari restoran yang mereka inginkan.
Hari ini kembali terlihat sesungging senyuman dari bibir Reina. Andra sangat senang dengan semua yang terjadi hari ini. Andra berharap semoga hari ini menjadi awal yang baru bagi mereka untuk menuju kebahagiaan.
Sedangkan ditempat lain, Sheira sedang berusaha keras memutar otaknya untuk mencari jalan keluar dari semua masalah ini. Segala kemungkinan sudah difikirkannya. Tetapi dia belum juga menemukan jalan keluar yang terbaik. Hingga pada akhirnya Sheira kembali mengingat jalan yang pernah dipilihnya dahulu.
Ya... mungkin dengan kembali pergi menjauhi Andra dan Reina semuanya akan baik-baik saja. Sheira berfikir dengan perginya dia dari kehidupan Andra dan Reina akan membuat keadaan semakin mambaik. Dia berfikir jika Reina selalu melihat bayanganya di sekelilingnya, pasti Reina akan teringat dengan masalah ini.
“Ma sepertinya Sheira sudah memutuskan untuk segera berangkat ke Pekanbaru minggu ini juga.” Kata Sheira tiba-tiba saat dimeja makan.
“Kenapa kamu mengambil keputusan sangat mendadak nak? Apakah pekerjaanmu disini sudah selesai?” tanya mama yang heran melihat perubahan sikat Sheira beberapa hari belakangan.
“Ini tidak mendadak Ma. Sheira rasa pekerjaan Sheira disini sudah selesai. Jadi Sheira harus segera kembali bekerja di sana dan harus segera memberikan laporan pada paman.” Jawab Sheira mencoba menutupi masalahnya.
“Ya sudah kalau itu memang sudah menjadi keputusanmu mama hanya bisa mendukung. Besok biar mama mulai mengurus berkas perpindahan kita.” Sahut mama menyetujui ide Sheira.
Memang sebelumnya Sheira mengatakan pada mama dan adiknya untuk mengajak serta mereka pindah ke Pekanbaru. Sheira tidak ingin lagi berjauhan dengan mama dan adiknya.
“Tapi mama gak terpaksa kan ikut pindah bersama Sheira?” tanya Sheira mencoba meyakinkan dirinya.
“Tentu saja tidak sayang. Justru mama merasa senang bisa selalu bersama kamu dan adikkmu.” Jawab mama meyakinkan Sheira.
“O iya kak nanti kalau Mecca udah mulai kerja kakak bantuin Mecca ya. Kakak ajarin Mecca supaya Mecca cepat mengerti.” Lanjut Mecca adik Sheira meminta.
“Iya adikku sayang, tanpa kamu minta pun kakak pasti akan bantuin kamu.” Jawab Sheira tersenyum.
“Udah ayo kita lanjutin makannya.” Sahut mama. Kemudian mereka malanjutkan makan malam mereka. Sheira mulai merasa sedikit lega dengan persetujuan dari mama dan adiknya. Tapi Sheira juga merasa ragu akankah pilihannya kali ini adalah yang terbaik untuknya, Reina, dan Andra. Sheira masih saja terfikirkan oleh semua itu.
Dua hari berselang, Mecca yang melihat perilaku kakaknya mulai curiga. Sheira yang selama ini dikenalnya periang, akhir-akhir ini justru lebih sering melamun. Sheira lebih sering terlihat diam menyendiri. Mecca yang penasaran pun mencoba mencari tau apa yang sedang terjadi pada kakaknya.
“Kak, kakak baik-baik saja kan?” tanya Mecca penasaran.
“Kamu kenapa tanya seperti itu? Kakak baik-baik saja kok.” Jawab Sheira masih berusaha menutupi kegelisahannya.
“Kakak bohong ya sama Mecca. Biasanya kakak selalu ceria tapi kenapa belakangan ini kakak lebih sering melamun. Apa kakak sedang ada masalah? Kalau kakak butuh temen cerita Mecca siap kok. Selain jadi adik yang baik Mecca juga bisa jadi pendengar yang baik juga.” Kata Mecca mencoba membuat kakaknya mengungkapkan perasaannya.
“Sebenarnya kakak sangat bingung dek. Kenapa disaat kakak ingin memulai kehidupan kakak tanpa bayangan masa lalu. Justru masa lalu itu yang menghancurkan semuanya.” Kata Sheira mulai bercerita.
“Apa ini ada hubungannya dengan kak Andra dan kak Reina?” tanya Mecca lagi semakin penasaran.
“Iya. Beberapa hari yang lalu tanpa sengaja kakak bertemu dengan mereka. Awalnya kami biasa saja berteman seperti biasa. Tetapi pada suatu hari tanpa sengaja Reina mengetahui tentang masa lalu kakak dan Andra yang kami sembunyikan selama ini. Sejak saat itu Reina marah besar pada kakak. Bahkan dia tidak mau berbicara pada kakak. Kakak merasa sangat bersalah dek. Mungkin saat ini Andra dan Reina sedang saling menjauh dan ini semua karena kakak. Reina pasti juga sangat marah pada Andra.” Lanjut Sheira membagi keluh kesahnya pada Mecca.
“Kak, kakak jangan menyalahkan diri sendiri terus dong. Seharusnya dengan kejadian ini kakak menjadi orang yang lebih kuat lagi. Kakak harus menjelaskan semuanya pada kak Reina. Jangan malah menghindar Kak. Menghindar bukanlan jalan keluarnya. Sekarang Mecca mengerti kenapa kakak mengajak pergi, untuk menghindar dari masalah ini kan kak?” tanya Mecca mencoba membuat Sheira berfikir ulang dengan keputusannya.
“Kakak tidak punya pilihan lain dek. Kakak fikir dengan cara ini akan bisa memperbaiki semua keadaannya.” Jawab Sheira mulai menyerah.
“Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kakak. Mecca hanya bisa berpesan jangan terus lari dari masalah Kak. Semakin kakak lari maka kakak tidak akan bisa menjalani kehidupan kakak dengan tenang. Kakak harus menyelesaikan masalah kakak agar bisa hidup dengan tenang kedepannya.” Sahut Mecca yang kemudian menepuk halus punggung kakaknya dan berlalu meninggalkan Sheira sendiri.
Mendengar perkataan Mecca, Sheira menjadi sadar. Bahwa selama ini Sheira selalu menjauh dari masalah bukan menyelesaikan masalah. Kini Sheira mengerti masalah ada untuk diselesaikan bukan untuk dihindari.
.
.
.
Maaf ya jika Up nya sedikit slow
Tetap semangat ya beri like, Vote, dan komen untuk Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments