Sejak kejadian di resto tadi. Sheira menyadari ada sesuatu yang berbeda dari kakaknya. Sepanjang perjalanan menuju kantor, Zia tak berhenti tersenyum. Padahal sudah sangat lama senyum itu tak terlihat dibibir Zia. Sheira menerka jika mereka pasti pernah sangat dekat sebelumnya.
“Kak boleh aku tanya sesuatu?” tanya Sheira sedikit ragu.
“Katakanlah.” Jawab Zia masih dengan senyumnya.
“Apakah kakak sedang merasa bahagia? Sheira lihat sedari tadi kakak terus saja tersenyum.” Lanjut Sheira menaikkan kedua alisnya.
“Sepertinya begitu, aku hanya merasa senang saja.” Jawab Zia dengan senyum santai.
“Apa karena Angga?” tanya Sheira lebih lanjut.
“Entahlah, mungkin benar. Aku hanya tidak menyangka bisa bertemu dengannya lagi setelah sekian lama. Kamu tahu Sheira, waktu sekolah dulu dia yang selalu menjaga dan melindungiku. Kamu masih ingatkan jika aku dulu selalu bercerita tentang teman-teman yang mengejek dan membullyku. Angga adalah satu satunya orang yang selalu membelaku didepan mereka. Seolah dia adalah pahlawanku waktu itu.” Jawab Zia menceritakan pertemanannya dengan Angga.
“Apakah dia pernah menjadi seseorang yang spesial untuk kakak. Dimasa lalu mungkin?” tanya Sheira mencoba mencari tahu lebih dalam.
“Kakak tahu arah pertanyaanmu. Jangan berfikir yang tidak-tidak Shei. Kami hanya berteman dan hubungan kami murni hanya pertemanan. Mungkin karena dulu kami sangat akrab. Jadi saat bertemu dengannya kembali aku merasa sangat senang.” Jawab Zia menjelaskan.
“Aku juga ikut senang jika kakak senang. Rasanya sudah sangat lama kakak tidak tersenyum selepas ini.” Sahut Sheira tersenyum senang.
“Benarkah???” tanya Zia sedikit tak percaya.
“Sungguh Kak. Apa kakak tahu semenjak kakak menggantikan posisi paman wajah kakak selalu saja terlihat serius. Terlihat sedikit jutek dan galak.” Jawab Sheira sedikit mengejek.
“Oh… jadi kamu bilang kakak galak??” lanjut Zia sedikit melebarkan matanya.
“Ampun Kak, maafka adikmu yang kurang ajar ini nona.” Jawab Sheira pura-pura takut.
“Awas ya kamu. Dasar adik yang nakal.” Seru Zia sembari menggelitik Sheira.
“Ampun Kak, cukup. Sheira janji enggak akan ngejekin kakak lagi. Ha ha ha…” kata Sheira sembari tertawa geli.
“Baiklah kali ini aku akan memafkanmu.” Ucap Zia menghentikan aksi menggelitiknya. Sheira merasa sangat lega, nafasnya sedikit tersengal karena kelelahan tertawa.
Supir Zia yang menyaksikan keakraban mereka dari balik kaca spion tengah sedikit menyunggingkan senyumnya. Memang benar apa yang dikatakan Sheira. Semenjak menjadi pimpinan perusahaan Zia menjadi semakin pendiam. Dia sekarang lebih sibuk dan terlihat jarang berkumpul dengan keluarganya. Bahkan dia tak sempat memikirkan dirinya sendiri.
Sementara itu dikantor, Bryant dan wakil direktur tengah menunggu kedatangan Zia dengan sedikit cemas. Pasalnya investor sudah menunggu cukup lama. Mereka takut jika investor itu akan kecewa dan pergi.
“Bryant apakah kamu sudah menghubungi nona Sheira?” tanya Pak Tio selaku wakil direktur.
“Sudah Pak menurut nona Sheira saat ini mereka sedang dalam perjalanan.” Jawab Bryant.
“Semoga saja nona Zia segera sampai atau para investor itu akan membatalkan kerjasama kita.” Sahut Pak Tio sedikit cemas.
“Bapak tidak perlu khawatir. Saya yakin jika nona Zia akan sampai sebentar lagi.” Jawab Bryant mencoba menenangkan.
“Ya saya harap juga begitu.” Sahut Pak Tio penuh harap.
Tak lama kemudian terlihat Zia dan Sheira keluar dari lift khusus. Wajah cemas Pak Tio dan Bryant berubah menjadi senyuman. Dengan cepat mereka menghampiri Zia.
“Maaf jika aku terlambat. Apakah mereka masih menungguku?” kata Zia dengan wajah sedikit bersalah.
“Nona tidak perlu meminta maaf. Mereka sudah menunggu nona di ruang meeting. Mari saya antar.” Jawab Pak Tio memberikan petunjuk dengan tangannya. Tanpa menjawab Zia dan Sheira mengikuti Pak Tio dan disusul oleh Bryant.
“Apakah kalian sudah menjamu mereka dengan baik?” lanjut Zia memastikan.
“Tentu nona kami sudah melakukan itu.” Jawab pak Tio.
“Dari mana saja kau kenapa lama sekali?” bisik Bryant pada Sheira.
“Maaf tadi ada sedikit insiden.” Jawab Shira ikut berbisik.
“Benarkah? Apa yang terjadi? Tapi kau dan nona tidak apa-apa kan?” lanjut Bryant merasa khawatir.
“Tidak perlu berlebihan. Tadi nona Zia bertemu dengan teman lamanya. Jadi kami ngobrol sebentar. Jangan berfikiran yang aneh-aneh deh.” Jawab Sheira mengernyitkan dahinya. Kemudian mereka menghentikan aksi bisik-bisiknya setelah sampai didepan ruang meeting.
Pak Tio membukakan pintu untuk Zia. Zia langsung masuk dan menyapa para tamunya. Tak lupa dia menundukkan kepalanya seraya memberi salam.
“Maaf jika membuat kalian lama menunggu.” Kata Zia merasa bersalah karena membuat mereka lama menunggunya.
“Tidak apa-apa nona. Kami paham jika nona sedang sangat sibuk. Ini juga salah kami karena datang secara mendadak.” Jawab salah satu dari mereka seraya berdiri dan menundukkan kepalanya.
“Mari silahkan duduk kembali.” Kata Zia mempersilahkan. Kemudian mereka duduk bersama. Hanya Sheira dan Bryant yang berdiri dibelakang Zia.
Setelah itu Pak Tio memberikan beberapa dokumen pada Zia. Zia mengamati dan membaca dokumen tersebut dengan seksama.
“Jadi kalian ingin meningkatkan investasi diperusahaan kami?” tanya Zia setelah selesai membaca dokumen tersebut.
“Benar nona kami ingin meningkatkan investasi kami.” Jawab salah satu dari mereka.
“Baiklah akan saya fikirkan dulu. Setelah ada keputusan nanti asisten saya yang akan menghubungi kalian.” Lanjut Zia yang tak langsung menyetujuinya. Zia selalu berkonsultasi pada papanya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
“Baik nona jika begitu adanya kami mohon undur diri.” Kata inverstor itu.
“Baiklah terimakasih atas kepercayaan kalian pada perusahaan kami. Sungguh saya sangat merasa tersanjung.” Kata Zia tersenyum ramah.
“Justru kami yang akan sangat beruntung bisa bekerja sama dengan nona Zia.” Sahut investor tersebut.
“Pak Tio, Bryant tolong kalian antarkan para tamu kita.” Perintah Zia. Pak Tio dan Bryant hanya menganggukkan kepalanya.
“Baiklah nona Zia kami permisi. Terimakasih atas jamuannya.” Kata investor tersebut mengulurkan tangan.
“Sama-sama Pak.” Jawab Zia. Kemudian mereka bersalaman.
“Mari nona Sheira.” Sapanya saat berada didepan Sheira seraya menundukkan kepalanya. Sheira pun ikut menundukkan kepalanya. Tak lama kemudian mereka meninggalkan ruangan tersebut. Sedangkan Zia dan Sheira beranjak kembali keruangan mereka.
Memang saat ini perusahaan Zia sedang ada diatas angin. Dia merajai beberapa perusahaan yang bergerak dibidang yang sama dengannya. Oleh karena itu wajar sekali jika para inverstor ingin menaikkan investasinya. Bahkan ada beberapa perusahaan yang menawarkan kerjasama. Mereka juga saling berebut untuk menjadi investor diperusahaan ini.
Berkat kecerdasan dan kemampuan Zia. Kini perusahaannya berkembang dengan sangat pesat. Bahkan saat ini Zia mulai mengembangkan sayapnya. Dia mencoba merambah kebidang lain diluar property. Dia sedang membangun sebuah perusahaan kecil dibidang pengolahan minyak sawit. Tentu saja masih dibawah naungan HER'S CORPORATION.
.
.
.
**Wah ternyanta Zia sangat hebat ya **
Jangan lupa Like, Vote, dan komennya Guys...😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fahrizal
semngat thor
2021-01-31
1