Setelah lelah bekerja seharian dengan beberapa insiden yang terjadi hari ini. Ingin rasanya Sheira segera merebahkan tubuhnya. Namun saat ini dia masih harus menunggu Pak Hadi datang menjemputnya. Kebetulan siang ini Pak Hadi diminta Sheira menemani mamanya belanja. Tadinya Zia menawarkan untuk pulang bersama. Tetapi Sheira menolak, karena rumah mereka yang tidak searah.
Ketika Sheira keluar dari lift, dia melihat mecca sedang berjalan di lobi. Kemudian Sheira menghampirinya dan memanggilnya.
“Mecca!!” seru Sheira memanggil adiknya. Segera Mecca menghentikan langkahnya dan menoleh kearah suara yang sangat dia kenali.
“Kakak? Kakak belum pulang?” tanya Mecca saat Sheira sampai padanya.
“Pekerjaan kakak baru selesai. Hari ini sangat melelahkan sekali, huff…” jawab Sheira menghela nafas lelahnya.
“Mecca juga Kak, hari ini banyak sekali yang harus Mecca kerjakan. Sampai-sampai badan Mecca terasa pegal semua karena terlalu lama duduk didepan komputer.” Sahut Mecca mengeluh.
“Jangan mengeluh. Namanya juga bekerja ya pasti capek Mecca.” Lanjut Sheira mengusap punggung adiknya.
“Tadikan kakak yang duluan mengeluh. Mecca hanya melanjutkan saja, kenapa malah kakak menyalahkan Mecca.” Kata Mecca sedikit cemberut karena merasa disalahkan.
“Siapa yang mengeluh Mecca. Tadi kakak cuma curhat saja.” Jawab Sheira membela dirinya.
“Itu sama saja Kak.” Ucap Mecca kesal.
“Ya sudah ayo kita pulang bersama. Sepertinya Pak Hadi sebentar lagi sampai.” Kata Sheira menuntun lengan adiknya. Mecca mengikuti langkah kaki Sheira masih dengan wajah cemberutnya.
Setibanya didepan pintu masuk, Sheira dan Mecca mencari Pak Hadi. Namun sepertinya sosok yang dicarinya belum datang. Sheira merogoh kedalam tasnya menggapai ponselnya. Dia berniat menghubungi Pak Hadi kembali.
“Apa kalian sedang menunggu seseorang?” tanya Bryant menghampiri mereka.
“Eh.. kak Bryant.” Kata Mecca tersenyum manis.
“Kami sedang menunggu Pak Hadi.” Jawab Sheira datar.
“Oh… apakah rumah kalian berdekatan atau searah?” tanya Bryant. Memang sampai saat ini belum ada yang tahu jika mereka adalah kakak beradik kecuali Zia.
“Ah…itu aku hanya nebeng saja.” Jawab Mecca mencari alasan.
“Ternyata kalian sangat dekat ya. Padahal Mecca terhitung belum lama bekerja disini. Tapi kalian bisa sangat akrab sekali. Apa kamu tahu Mecca selama ini Sheira sangat sulit bergaul dengan orang lain.” Kata Bryant seolah tak percaya dengan kedekatan mereka. Mengingat sikap Sheira selama ini yang terkenal sangat cuek.
“Apa kau sedang menyindirku Bryant?” sahut Sheira dengan ketus sembari mengutik ponselnya tanpa memandang Bryant.
“Itu karena nona Sheira sangat baik. Benarkan nona??” kata Mecca menyenggol bahu Sheira. Sheira yang merasa terganggu langsung menatap tajam Mecca sembari menggelengkan kepalanya.
“Terkadang aku merasa ada yang aneh dengan kedekatan kalian. Tapi ya sudah lah aku tidak mau ikut campur. Sepertinya Pak Hadi belum juga sampai. Bagaimana jika aku antar saja?” kata Bryant menawarkan.
“Ah.. tidak perlu kak Bryant.” Sahut Mecca dengan cepat. Tak lama kemudian mobil Pak Hadi berhenti didepan mereka.
“Itu Pak Hadi sudah datang. Kami duluan ya Bryant. Ayo Mecca.” Ucap Sheira yang langsung mengajak Mecca masuk kedalam mobil.
“Baiklah hati-hati dijalan.” Jawab Bryant sebelum mereka pergi.
Setelah Sheira dan Mecca masuk. Pak Hadi langsung melajukan mobilnya. Pak Hadi merasa sangat tidak enak telah membuat nonanya menunggu.
“Maaf nona karena telah membuat nona menunggu.” Kata Pak Hadi merasa bersalah.
“Tidak apa-apa Pak.” Jawab Sheira tersenyum ramah. Pak Hadi merasa lega mendengar jawaban dari Sheira.
“Kak kenapa sih ketus sekali pada kak Bryant. Padahal kan kak Bryant sangat perhatian pada kakak?” tanya Mecca penasaran.
“Tidak juga, kakak bersikap biasa saja pada Bryant.” Jawab Sheira sangat santai.
“Kak Mecca bertanya serius. Pasti kakak juga sudah tahu kan kalau kak Bryant suka pada kakak?” lanjut Mecca mencoba membuat Sheira jujur.
“Bicara apa kamu itu? Jangan sok tahu deh.” Kata Sheira tak berniat menanggapi Mecca.
“Ayolah Kak sampai kapan kakak akan menutup hati kakak. Bukankan kak Andra sudah bahagia dengan kak Reina. Sekarang giliran kakak yang harus bahagia.” Lanjut Mecca merasa gemas dengan sikap kakaknya.
“Mecca!! Jangan bawa-bawa mereka dalam masalah ini. Kakak tidak suka kamu mengaitkan masalah kami dengan Andra dan Reina.” Sahut Sheira merasa kesal karena Mecca membawa nama mereka.
“Ok maafkan Mecca. Tapi kakak harus bisa move on Kak. Came on!! Lagian kak Bryant juga sangat baik. Dia juga sangat perhatian pada kakak. Kurang apa lagi coba Kak?” kata Mecca masih bersikukuh membuat kakaknya mengerti.
“Kakak hanya masih butuh sedikit waktu.” Jawab Sheira kemudian sangat tegas. Mendengar jawaban kakaknya Mecca tak mampu berkomentar lagi. Mecca sangat tahu jika dia melanjutkan pembicaraan ini pasti ujung-ujungnya mereka akan berdebat.
Setibanya dirumah, mereka langsung masuk kekamar masing-masing. Mecca masih merasa sangat kesal dengan sikap keras kepala kakaknya. Sementara itu, perkataan Mecca tadi sedikit mengganggu fikiran Sheira. Sheira tidak membenarkan ataupun menyalahkan perkataan Mecca tadi. Memang benar setelah putus dari Andra, Sheira belum pernah menjalin hubungan lain. Tapi itu bukan berarti jika dia masih belum bisa move on dari Andra. Baginya saat ini Andra hanyalah teman sekaligus suami dari sahabatnya. Hubungan yang mereka jalin saat ini sudah cukup membuat Sheira senang dan bahagia.
Setelah selesai mandi dan membersihkan diri. Sheira langsung merebahkan tubunya diatas kasur empuknya. Memejamkan mata sejenak.
“Apa sikapku sudah sangat keterlaluan pada Bryant sampai Mecca berfikir seperti itu?” tanya Sheira pada dirinya sendiri sembari menatap langit-langit kamarnya.
“Tapi jika difikir-fikir selama ini aku memang terlalu cuek padanya. Tapi aku hanya tidak ingin membuatnya salah paham saja. Aku hanya tidak ingin jika Bryant berfikir aku menyambut perasaannya. Apa aku salah jika aku membuat jarak dengannya?” fikiran Sheira mulai tidak karuan.
“Tapi Mecca ada benarnya juga sih. Sepertinya aku memang harus mencoba membuka hatiku. Aku juga tidak ingin terus-terusan sendiri.” lanjut Sheira masih bergelut dengan fikirannya.
“Tapi apa aku bisa dengan Bryant? Sedangkan selama ini aku tidak memiliki rasa apapun padanya? Aduh kenapa semuanya membuatku bingung. Ya Allah apa yang harus aku lakukan sekarang.” Gumam Sheira merasa dilema dengan pilihannya.
“Tapi setidaknya aku harus mencoba dan berusaha. Urusan perasaan itu urusan belakangan. Ya aku akan berusaha bersikap baik pada Bryant. Semangat Sheira jangan terus tenggelam dalam masa lalu.” Lanjut Sheira menyemangati dirinya sendiri.
Mulai saat ini Sheira bertekat akan menjadi sosok Sheira yang baru. Dia akan mencoba membuka hatinya kembali. Meski dia tahu mungkin itu akan sedikit sulit. Tapi dia percaya jika ada keinginan dan keyakinan. Semua itu pasti dapat dilaluinya.
.
.
.
Wah.. akankah Sheira berhasil membuka hatinya?? Stay tune terus ya guys.... 🤗🤗😊
Jangan lupa juga Like, Vote, dan Komen pastinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments