Flashback on
Enam tahun yang lalu.
“Hei namaku Reina.” Sapa seorang gadis berambut panjang menghampiri Sheira yang sedang duduk di bawah pohon.
“Hei aku Sheira.” Jawab Sheira tersenyum.
“Apa aku boleh berteman denganmu?” tanya Reina dengan polos.
“Tentu saja. Aku akan sangat senag jika kamu mau jadi temanku.” Jawab Sheira mengizinkan.
“Kamu anak baru juga kan?” tanya Reina kemudian.
“Iya, kamu jurusan apa?” Sheira balik bertanya.
“Akutansi, kalau kamu?” tanya Reina lagi.
“Sama dong, kalau gitu kita sekelas.” Jawab Sheira tersenyum lembut.
“O iya? Wah..... senang rasanya punya temen baru yang sekelas.” Lanjut Reina tersenyum lebar. Kemudian mereka saling berbagi pengalaman. Itu hari pertama Reina dan Sheira bertemu. Hari itulah yang mengawali kisah persahabatan mereka.
Beberapa waktu berlanjut hubungan mereka semakin dekat. Bahkan mereka tak pernah menyembunyikan apapun. Hingga soal laki-laki yang mereka sukai.
“Shei kamu punya pacar gak sih?” tanya Reina tiba-tiba saat sedang makan siang di kantin.
“Kenapa kamu tanya gitu?” sahut Sheira yang sedikit terkejut.
“Gak papa sih aku cuma kepengen tau aja. Tapi kalau kamu gak mau ngasih tau juga gak papa kok.” Lanjut Reina tersenyum.
“Bukan gitu Rein. Aku punya pacar, kami sudah pacaran dari SMA.” Jawab Sheira singkat.
“O iya siapa namanya?” tanya Reina lagi penasaran.
“Namanya.... ada deh.” Jawab Sheira dengan senyum menggoda.
“Huh... iya deh main rahasia-rahasiaan. Aku jadi penasaran orangnya seperti apa ya?” kata Reina memancing Sheira untuk bercerita.
“Dia itu orangnya tinggi, baik, selalu ingin tau banyak hal, dan kadang suka iseng juga sih.” Jawab Sheira mulai bercerita.
“Ganteng gak?” tanya Reina menggoda.
“Ya jelas lah...” jawab Sheira dengan PeDe.
“Kalau gitu kapan kapan kamu harus kenalin aku sama dia, oke.” Paksa Reina.
“Iya iya.” Sahut Sheira tak bisa menolak permintaan sahabatnya.
Beberapa bulan kemudian. Hari ini Reina terlihat sangat bahagia. Dia selalu tersenyum tanpa henti. Memang dia adalah tipe anak yang selalu tersenyum. Tapi senyumnya kali ini berbeda.
“Kamu kenapa sih Rein keliatannya lagi seneng banget?” tanya Sheira penasaran.
“Kamu tau gak Shei. Aku baru aja ketemu sama cowok ganteng.” Jawab Reina bercerita dengan senyum bahagia.
“O iya dimana?” tanya Sheira semakin penasaran.
“Di depan gerbang kampus. Tadi aku gak sengaja hampir nabrak dia. Terus aku turun deh minta maaf. Eh... dia malah ngajak kenalan. Tapi kayaknya dia beda jurusan deh sama kita. Soalnya tadi aku perhatiin dari gerbang dia belok ke kiri.” Lanjut Reina bercerita.
“Pasti cowok ini sepesial deh sampai bikin sahabatku ini jadi kesemsem kaya gini.” Ejek Sheira.
“Ih... Sheira, mulai deh ngodain aku.” sahut Reina sedikit ngambek.
“Iya sorry. Emang siapa sih nama cowok yang udah buat Reinaku sebahagia ini?” tanya Sheira semakin penasaran.
“Namanya.......” kata-kata Reina terputus karena perkuliahan sudah dimulai. Mereka menghentikan percakapan mereka dan fokus pada pelajaran.
Setelah hari itu Reina selalu menceritakan setiap hal tentang cowok itu. Bahkan mereka sudah saling bertukar nomor telfon. Reina selalu membagi kebahagiaannya pada Sheira.
“Tau gak Shei hari ini dia ngajak ketemuan sepulang kuliah.” Kata Reina sangat senang.
“ Oh iya? Wah pasti dia mau ngomong serius deh sama kamu.” Jawab Sheira ikut senang.
“Ah... kamu Shei jangan buat aku ke-GRan dong.” Sahut Reina tersipu malu.
“Rein kenapa muka kamu jadi merah gitu?” kata Sheira semakin mengejek sahabatnya itu.
“Sheira jangan seperti itu. Tapi bener lo Shei setiap kali aku kefikiran soal dia hatiku tuh berasa seneng banget, jantungku juga berdebar-debar. Kayaknya aku bener-bener suka deh sama dia Shei.” Jawab Reina mengungkapkan perasaannya.
“Ya udah kalau kamu suka kamu tinggal ngomong aja.” Sahut Sheira memberikan ide.
“Kamu gimana sih Shei. Aku ini kan cewek. Iya kalau dia juga suka sama aku, kalau dia cuma nganggep aku temen gimana? Kan aku malu.” Jawab Reina menolak ide sahabatnya itu.
“Tapi kamu percaya deh sama aku. hari ini pasti dia bakal nembak kamu.” Kata Sheira menyemangati Reina.
“Serius Shei?” tanya Reina tak percaya.
“He’em... aku yakin 100%. Kita liat aja nanti.” Lanjut Sheira dengan sangat yakin.
“Wah udah jam 3 Shei aku pergi dulu ya.” Kata Reina kemudian bangkit dari duduknya.
“Oke semangat ya. Jangan lupa besok kamu harus ceritain semuanya sama aku.” jawab Sheira.
“Pasti. Aku pergi dulu ya dah Sheira...” kata Reina yang kemudian pergi dengan tergesa-gesa. Kemudian Sheira ikut mengemasi barangnya dan bergegas pulang.
Keesokan harinya Reina menghampiri Sheira di kelas denga wajah yang berseri seri. Reina terlihat sangat fress sekali. Wajahnya terlihat begitu bersinar dan terlihat dengan jelas rona bahagia di wajahnya.
“Sheira.....!!” teriak Reina menghampiri Sheira.
“Biar aku tebak. Pasti kemarem kalian jadian kan?” sahut Sheira bertanya. Reina hanya mengangguk sembari tersenyum bahagia.
“Tu kan apa ku bilang. Pasti kemaren dia bakalan nembak kamu.” Sahut Sheira membenarkan perkataannya kemarin.
“Iya deh kamu bener. Eh... dia juga ngasih aku lukisan loh. Kamu mau lihat gak?” lanjut Reina sembari menunjukkan foto lukisan di Hpnya.
“Mana coba liat.” Kata Sheira mengambil Hp Reina.
“Katanya itu lukisan yang dibuat khusus untuk aku. Dia sendiri loh yang ngelukis. Gimana menurut kamu, kamu kan juga seorang pelukis. Bagus gak lukisannya.” Kata Reina meminta pendapan sahabatnya.
“Lukisan bunga itu biasanya menandakan suasana hati pelukisnya sih. Ya not bad lah, lumayan juga lukisannya. Kalau memang dia yang ngelukis sendiri sih. Tapi tunggu Rein, kok kayaknya aku kenal ya sama Inisial yang tertulis dilukisan ini.” Jawab Sheira memberikan komentarnya saat melihat inisial diujung bawah lukisan itu. Hanya saja foto itu sedikit kabur dibagian itu. Sehingga tulisannya tidak nampak jelas.
“Ah... Sheira bilang aja kalo kamu juga kepengen dikasih lukisan sama cowok kamu.” Sahut Reina merebut Hpnya.
“Eh.... cowokku juga bisa ngelukis ya. Walaupun masih bagus lukisanku sih hehehe... Tunggu Rein coba aku lihat lagi bentar, bener deh kayaknya aku pernah liat inisial ini.” Kata Sheira mengambil HP Reina lagi dari tangannya dan kembali mengamatinya.
“Ih Sheira.” Kata Reina sedikit terkejut.
“Benar ini seperti inisial Andra. Tapi masa iya Andra yang buat lukisan ini. Ini gak mungkin, mungkin ini hanya kebetulan mirip saja. Lagi pula gak mungkin juga kan Andra jadian sama Reina. Sheira kamu mikir apa sih? Gak mungkin lah Andra mengkhianati kamu.” Kata Sheira dalam hati yang semakin penasaran dengan sosok pacar Reina.
“Shei kok kamu malah bengong sih? kamu udah inget siapa yang punya inisial seperti itu?” tanya Reina mengagetkan Sheira.
“Oh... entahlah Rein. Mugkin salah satu teman di komunitas melukisku. Aku juga belum begitu yakin sih.” Jawab Sheira memberikan Hp Reina sembari tersenyum kecil.
“Ya udah deh biar kamu gak penasaran nanti kapan-kapan aku kenalin deh kamu sama dia.” Lanju Reina.
“Beneran ya. Aku tunggu loh janji kamu.” Sahut Sheira dengan semangat.
“Iya iya.” Jawab Reina singkat.
Hubungan Reina dan Sheira menjadi semakin akrab bahkan sampai tahun terakhir perkuliahan mereka. Namun akhir-akhir ini, kesibukan Reina dan Sheira membuat mereka lebih jarang bersama. Bahkan sudah dua hari ini mereka tak bertemu. Wajar saja setiap mahasiswa tingkat akhir pasti selalu disibukkan oleh skripsi mereka. Tetapi mereka tetap berkomunikasi melalui HP.
“Shei hari ini kamu sibuk gak?” tanya Reina melalui telfon.
"Enggak begitu sibuk sih. Kenapa memang?” sahut Sheira balik bertanya.
“Bagus lah kalau begitu. Aku mau ngenalin kamu ke dia.” Jawab Reina dengan nada malu.
“Pacar kamu? Bisa-bisa jam berapa, dimana?” tanya Sheira tanpa henti.
“Sore nanti jam 3 di cafe biasa kita nongkrong.” Jawab Reina menjelaskan.
“Oke deh. Eh.... tapi kayaknya aku datengnya agak telat sedikit deh. Soalnya aku udah janji sama Mecca untuk beliin keperluan prakaryanya. Gak papa kan Rein?” kata Sheira merasa tidak enak.
“It’s oke. Ya udah aku tunggu ya Shei. Sampai nanti.” Sahut Reina menutup telfonnya.
“Wah gak sabar rasanya pengen tau siapa sebenernya pacar Reina yang selalu dirahasiakannya selama ini. Kenapa aku merasa sepertinya aku mengenalnya.” Kata Sheira kemudian menjadi semakin penasaran. Rasa penasarannya membuat Sheira ingin menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin.
“Hei.... udah nunggu lama ya?” tanya Andra menghampiri Reina yang duduk sendiri di dalam cafe.
“Eh... kamu. Belum sih, aku juga baru dateng kok.” Jawab Reina.
“Kok sendirian? Katanya ada yang mau di kenalin?” tanya Andra sembari duduk.
“Oh iya dia lagi ada keperluan sebentar. Palingan juga sebentar lagi nyampek.” Jawab Reina tersenyum.
“Oh gitu. Ya udah kalau gitu kita pesen aja dulu. Kamu mau makan dan minum apa?” tanya Andra menawarkan.
“Aku capuccino aja deh.” Sahut Reina singkat.
“Oke. Mas... pesen capuccino sama mocaccinonya ya.” Kata Andra memanggil pelayan dan memesan.
“Nah itu dia sudah datang. Hai.... sini.” Kata Reina melambaikan tangan pada Sheira yang baru memasuki cafe.
“Aduh sorry ya telat, soalnya tadi macet banget.” Kata Sheira menghampiri mereka.
“Suara itu....” kata Andra dalam hati yang kemudian membalikkan tubuhnya ke arah Sheira.
“Sheira!!!” kata Andra terbelalak melihat Sheira.
“Andra!!!” sahut Sheira ikut terkejut.
“Wah kalian udah saling kenal rupanya. Bagus deh kalo gitu.” Kata Reina mengangetkan mereka.
“Jadi Andra pacar kamu Rein?” tanya Sheira tak percaya.
“Iya, ada apa sih kok kayaknya kalian kaget gitu? ” Jawab Reina merasa aneh dengan sikap mereka.
“Gak papa kok Rein.” Kata Sheira menutupi. Sedangkan Andra hanya terdiam tak bergeming.
“O iya duduk Shei. Emm... kalian kenal dimana?” tanya Reina penasaran.
“Kami.... teman SMA dan sekomunitas melukis.” Jawab Sheira berusaha tenang.
“Oh pantes saja waktu itu kamu bilang kenal sama lukisan Andra. Jadi bener dia temen sekomunitas kamu Shei?” Lanjut Reina.
“Em.... Rein kayaknya aku gak bisa lama-lama deh. Soalnya dari tadi Mecca udah nelfonin terus.” Kata Sheira mencari alasan.
“Kamu gak mau pesen minum dulu gitu. Belum juga kita ngobrol Shei udah mau pergi aja?” sahut Reina sedikit kecewa.
“Sorry deh Rein lain kali aja ya. Aku pergi dulu.” Lanjut Sheira yang bergegas pergi. Sheira sudah tidak dapat menahan air matanya lagi. Betapa Sheira tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Andra yang selama ini sangat dia cintai dan percayai. Kini dia telah menghianati dan menyakiti Sheira dengan sangat dalam.
Setelah hari itu Sheira terlihat jarang bersama Reina. Bukan karena dia ingin menjauhi Reina. Tetapi Sheira hanya ingin menjernihkan fikirannya dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk mereka. Hingga pada akhirnya Sheira memutuskan untuk meninggalkan Andra. Dia tak ingin semua kejadian ini merusak hubungan persahabatannya dengan Reina. Oleh karena itu, Sheira meminta pada Andra untuk menutupi semuanya dari Reina.
Awalnya Andra menolak keputusan Sheira, karena menurut Andra keputusan itu tidak adil baginya dan Sheira. Tapi Sheira tetap kekeh pada keputusannya. Dia ingin Andra melupakannya dan melanjutkan hidupnya dengan Reina. Sheira juga tidak ingin mengusik hubungan mereka. Jadi Sheira memilih untuk pergi dan meninggalkan mereka. Berharap hubungan mereka akan menjadi lebih baik tanpa ada dirinya.
Flashback off
.
.
.
Jangan lupa beri Like, Vote, dan Komen ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Raditya Tita
sumpah pengen nonjok andra...
2021-04-27
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like
2021-02-14
1
Khairul Amry
shera knpa merasa bersalah... yg salah di sini kan Andra ..dia udah selingkuh...
trus si Andra juga apa2an udah selingkuh trus gcx juga mau putus sama shera ... ngaur cerita x ceritanya
2020-12-09
3