Hari libur telah tiba, sesuai janji yang diberikan nenek dan kakeknya. Sasa akan bermalam dirumah mereka. Ini adalah salah satu kado ulang tahunnya. Sasa yang tidak sabar ingin pergi kerumah nenek dan kakeknya bergegas membereskan pakaian kedalam tas ranselnya. Tak lupa dia juga memasukkan beberapa makanan ringan kesukaannya.
“Ayah Sasa udah siap ayo kita berangkat.” Ajak Sasa menghampiri Andra yang sedang duduk santai di ruang tamu.
“Ayo.... tapi sebelumnya kita bilang ke bunda dulu ya.” Jawab Andra sembari menggandeng tangan putrinya menuju kamar.
“Bunda Sasa sama ayah berangkat dulu ya.” Kata Sasa berpamitan.
“Iya sayang. Baik-baik ya disana, jangan nakal, jangan susahin nenek dan kakek mengerti.” Jawab Reina menasehati anaknya.
“Mengerti bunda.” Sahut Sasa bersalaman.
“Kamu beneran gak mau ikut sayang?” tanya Andra.
“Enggak Mas. Aku lagi gak pengen keluar rumah.” Jawab Reina dengan nada dingin.
“Baiklah kalau gitu kita berangkat dulu. Assalamualaikum.” Lanjut Andra kemudian pergi. Andra menyadari masih ada raut kesedihan di wajah Reina. Dia tidak ingin mengubah mood Reina menjadi semakin buruk.
Sesampainya di rumah nenek, Sasa langsung berlari kedalam rumah sembari berteriak memanggil nenek dan kakeknya. Terlihat rona bahagia diwajah Sasa. Mama dan papa Andra pun ikut merasa senang dengan kedatangan cucunya itu.
“Nenek! Kakek!” teriak Sasa sembari memeluk nenek dan kakeknya secara bergantian.
“Apa kabar cucu kakek ini?” tanya papa Andra menggendong Sasa.
“Baik dong Kek.” Jawab Sasa singkat.
“Loh kalian berdua aja? Reina mana?” tanya mama Andra yang tak melihat keberadaan Reina bersama mereka.
“Bunda lagi kurang enak badan Nek. Makanya bunda gak bisa ikut.” Jawab Sasa mencoba menjelaskan.
“Yuk kita main didalam.” Lanjut papa Andra membawa Sasa kedalam rumah.
“Reina masih marah ya Ndra?” tanya mama Andra kemudian.
“Begitulah Ma. Andra juga bingung gimana caranya menjelaskan semuanya pada Reina. Dia tidak pernah mau mendengarkan apapun yang Andra katakan. Bahkan setiap Andra mencoba menjelaskan dia selalu pergi dan menghindar.” Jawab Andra dengan wajah sedih.
“Kamu yang sabar ya Ndra. Memang dalam hubungan berumah tangga itu akan banyak sekali masalah. Tapi kamu dan Reina harus menyikapinya dengan bijak.” Lanjut mama Andra sembari berjalan masuk.
“Iya Ma ini Andra juga lagi cari cara buat jelasin pada Reina.” Sahut Andra mengikuti langkah mamanya.
Tak terasa hari sudah senja. Andra yang tak tenang meninggalkan Reina sendirian dirumah segera berpamitan. Andra tak ingin
meninggalkan istrinya sendiri terlalu lama. Dia takut kalau semua itu akan membuat Reina merasa benar-benar sendiri.
“Sayang ayah pulang dulu ya. Besok sore ayah jemput Sasa.” Kata Andra berpamitan pada Sasa.
“Iya yah.” Jawab Sasa singkat sembari fokus pada mainannya.
“Ma, Pa Andra pamit dulu ya. Titip Sasa ya Ma, Pa.” Lanjut Andra berpamitan pada mama dan papanya.
“Iya nak, kamu juga hati-hati di jalan.” Sahut papa.
“Iya jangan ngelamun kalau nyetir. Sampaikan juga salam kami pada Reina. ” Lanjut mama.
“Iya Ma, Pa. Assalamualaikum.” Kata Andra kemudian sembari bersalaman dengan kedua orang tuanya. Tak lupa Sasa pun bersalaman dengan ayahnya.
Sesampainya dirumah, suasana terlihat begitu gelap. Tak ada satupun lampu yang menyala. Andra menjadi sangat khawatir. Dia takut terjadi apa-apa pada Reina. Dia bergegas memasuki rumah dan menghidupkan semua lampu. Betapa terkejutnya Andra ketika melihat semua barang berserakan dilantai. Lalu dengan cepat Andra mencari keberadaan Reina keseluruh isi rumah. Ternyata Reina sedang duduk menangis dipojokan kamarnya sembari memegang sebuah lukisan yang tidak lain adalah pemberian Sheira ketika mereka masih kuliah dulu dan sekarang lukisan itu sudah sobek.
“Sayang kamu kenapa?” tanya Andra mendekati Reina sembari mengusap lembut rambut istrinya. Reina hanya terdiam sembari menangis sesenggukan.
“Kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa kamu lampiaskan kemarahanmu pada barang-barang kesayanganmu. Bukankah ini lukisan yang sangat kamu sukai?” tanya Andra lagi mencoba mencari jawaban dari Reina. Namun Reina masih tetap diam.
“Aku mohon Rein jangan seperti ini. Melihatmu seperti ini membuatku semakin merasa terpuruk. Aku gak bisa liat kamu terus-terusan begini.” Kata Andra mengoncang tubuh istrinya berusaha menyadarkan istrinya atas segala perbuatannya hari ini.
“Kenapa kamu masih peduli padaku. Bukankah selama ini kau bersamaku hanya karena permintaan Sheira.” Kata Reina tiba-tiba membuat Andra terpaku.
“Semua itu tidak benar Rein. Awalnya aku pun tak mengerti tentang hubungan yang aku jalani bersamamu. Tapi semakin lama aku tersadar bahwa aku tak kan bisa hidup tanpamu. Aku mencintaimu Rein, aku sangat mencintaimu.” Sahut Andra mencoba meyakinkan Reina.
“Cinta...!!! apa ini namanya cinta! Kau dan Sheira melakukan persekongkolan untuk membohongiku. Apa ini cinta! Katakan padaku apa ini cinta!!?” lanjut Reina dengan teriakan penuh kemarahan.
“Bukan Rein, bukan begitu maksudku dan Sheira. Kami hanya tidak ingin membuatmu sakit hati itu saja. Sheira sangat menyayangimu sebagai sahabat. Dia bahkan rela melakukan apapun untuk membahagiakanmu. Walaupun dia sendiri pun tau keputusan itu akan sangat menyakiti hatinya. Tapi dia tak pernah memperdulikan semua itu, yang dia inginkan hanyalah melihat kamu dan aku bahagia. Hanya itu saja.” Kata Andra mencoba menjelaskan semuanya sembari memeluk istrinya untuk menenangkannya.
“Tapi kenapa semua ini harus terjadi padaku Ndra? Kenapa harus aku yang menjadi sebab kesedihan Sheira? Kanapa harus aku yang hadir diantara kalian? Kalau saja waktu itu aku tau lebih awal tentang kalian aku tidak akan pernah melakukan ini. Mungkin semuanya tak kan menjadi seperti ini. Aku ini sahabat yang buruk kan Ndra? Aku tega membuat sahabatku sendiri patah hati.” Sahut Reina merasa sangat bersalah dengan semua keadaan yang terjadi saat ini.
“Tidak Rein, ini bukan salah kamu, aku atau pun Sheira. Ini sudah menjadi jalan kita. Semua ini sudah menjadi suratan takdir. Kita tidak bisa menolak semua ini Rein. Percaya padaku kita pasti bisa menyelesaikan semua ini asalkan kita selalu bersama.” Kata Andra dengan lembut masih dengan pelukan hangatnya.
Mendengar semua itu Reina hanya bisa menangis dalam pelukan Andra. Reina mencoba memahami setiap kejadian yang terjadi. Dia mencoba untuk mengerti arti dari sebuah kejadian. Entah mengapa pelukan hangat Andra membuatnya lebih tenang.
Setelah Reina merasa tenang, Andra membantu Reina berbaring dia atas kasur. Andra meminta Reina untuk beristirahat sejenak agar bisa melupakan semua masalah yang terjadi. Agar kondisi Reina menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan Andra segera membereskan semua barang yang berserakan.
Andra sungguh tak mengerti apa yang harus dia lakukan untuk membuat Reina kembali seperti semula. Dia mengerti mungkin semuanya tidak akan dapat kembali seperti sebelumnya. Tapi setidaknya hubungan antara dirinya, Reina dan Sheira membaik. Dia hanya berharap mereka bisa kembali saling bertegur sapa atau bahkan saling bertukar cerita seperti sebelumnya.
Kejadian ini sungguh menggoncang hati Reina. Reina merasa bahwa dirinya yang menjadi penyebabnya. Bahkan berkali-kali Reina mengatakan bahwa tidak seharusnya dia ada diantara Andra dan Sheira. Reina bahkan merasa tidak bisa menjadi sahabat yang baik untuk Sheira. Selama ini Sheira selalu mengalah padanya dan selalu memenuhi semua keinginannya. Tetapi Reina justru mengambil milik Sheira yang paling berharga tanpa dia sadari sedikitpun.
.
.
.
Jangan lupa Like, Vote, dan komen ya readers.... 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hadir🙋
2021-02-14
1
Ftl03
Haloo Thor.. LITTLE RAINBOW ud Up ep 25 nieeeh.. jangan lupa mampir ya... 😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆 semangat terus buat kakak Thor...
2020-12-23
1
Umi Nur Aziza
Hay, Kak.
Udah ku boomlike dong.
kunjungi balik ceritaku ya.
judulnya :
- Ellecíon de Amor
- Kekasih Pilihan
- Ta'aruf.
terima kasih. semangat terus ya
2020-05-11
1