Setelah sampai di rumah sakit Tarumanegara, dan di periksa oleh dokter umum yang berjaga ruang emergency. Via mulai menangis sesenggukan dan tetap tidak mengeluarkan kata - kata sehingga Gerry mulai emosi.
"Vi, jangan konyol deh. Kenapa dan ada apa?" Bentak Gerry dan mulai mengeraskan muka nya.
"Hiks... Hiks... Via nyium bau melati Gerry. Lalu ..." Kata Via sesegukan sambil memegang tangan Widia karena ketakutan.
"Lalu apa?" Emosi Gerry makin menjadi.
"Lalu ada wanita di pinggir kamar mandi...." teriak Via yang pecah, karena shock dengan kejadian tadi sehingga membuat Via seperti itu.
Mendengar kejadian tersebut Gerry dan Widia speechless karena itu kamar mandi yang sering dipakai. Akhirnya mereka memutuskan untuk merahasiakan kejadian Via, lalu di seberang sana William kaget mendengar Via masuk rumah sakit dan panik.
Di ambilnya kunci mobil dan dipacunya kendaraan melebihi batas maksimal untuk sampai di rumah sakit Tarumanegara secepatnya.
"Mbak, pasien atas nama Novia Heidy ada diruangan apa?" Tanya William panik dan mulai sibuk dengan telephone nya.
"Masih diruangan emergency pak, serta masih di observe sama dokter juga." Jawab suster yang berada di receptionist.
"Bisa panggil dokter Benjamin Lukito? Segera pindahkan Novia Heidy ke ruangan Putraland Group. Ini credit card saya, satu hal lagi jangan bilang saya yang bayar kepada siapa pun mengenai pembayaran ini." Perintah William.
Dengan secepat kilat suster di receptionist melakukan apa yang diperintahkan William, jelas saja ternyata rumah sakit tersebut milik keluarga Putraland Group. Administrasi selesai, William menuju ke ruangan emergency dengan muka panik.
"Eh, Will. Kapan elu nyampe?" Tanya Widia yang memecahkan keheningan dalam ruangan setelah kejadian emosi Gerry.
"Baru ajah sampai, dokter mana? Via sudah di periksa?"Tanya William balik.
"Sudah, ini sedang menunggu masa observasi." Kata Gerry yang masih menahan emosi nya.
"Permisi..." Tiba - tiba Dokter membuka tirai tempat Via, lalu memeriksa keadaan nya.
"Loh, dokternya kok ganti?" Tanya Widia agak aneh dengan kejadian ini.
"Perkenalkan nama saya Dokter Benjamin Lukito, dokter specialist penyakit dalam. Saya akan pindahkan mbak Novia Heidy ke ruang perawatan intensif, biar observe nya lebih maksimal." Kata dokter tersebut.
Dan setelah melakukan check akhirnya Via di dorong ke ruangan khusus, dan sepertinya tidak sembarangan orang bisa masuk kesana. Widia berfikir ini pasti ulah William. Karena Widia tau latar belakang William dan keluarga, tanpa basa basi lagi. Widia langsung menarik tangan William keluar ruangan dan sedikit jauh dari Gerry.
"Will, elu kan yang bikin begini?" Desak Widia ke William, sontak membuat William menarik lebih jauh lagi tangan Widia.
"Maaf in gue, Wid. Gue panik dan emosi mendengar keadaan Via seperti itu." Jawab William.
"Elu tau kan, Via nggak suka seperti ini? Elu bakalan susah kalau Via tau." Bales Widia.
"Tolongin gue, Wid. Kali ini deh, dan gue janji nggak akan terulang kembali." Bujuk William.
"Baik, gue bantuin. Elu juga jangan bilang Gerry, kalau dia tau bakalan bahaya. Via bakalan tau juga!" Ancam Widia ke William dan pura - pura seperti biasa karena Gerry datang.
"Gimana Ger?"Tanya William ke Gerry mengenai Via.
"Udah di obserserve masih nunggu hasilnya." Jawab Gerry dan mulai merasa aneh.
"Oh, Gue lihat si Via dulu yah. Kasian Via kan ditinggal sendirian juga." Kata Widia dan berlalu.
"Ngomong apa elu sama Widia, Will?" Tanya Gerry tanpa basa - basi.
"Ngomongin siapa yang mindahin Via ke ruangan ajah. Terus siapa nanti yang bayar. Ternyata Widia sudah beresin semua." Kebohongan William yang lain nya.
"Oh, kirain gue. Elu yang bayar semuanya, kan ..."Kata Gerry menjebak.
"Kan gue salah satu group Putraland?" Sindir William sambil menjebak balik Gerry.
"Bener kan?" Raut muka Gerry mulai berubah aneh.
"Bukan, gue bukan yang seperti diberitakan. Elu semua salah sangka saja, terlebih saat ini karena nama gue ajah kebetulan sama. Bosen gue di sangkut pautkan denang mereka." Jawab William dengan tegas dan meninggalkan Gerry.
Di dalam pikiran Gerry masih bingung siapa sebenarnya William. Kenapa dia berbuat seperti ini? Tetapi saat melihat begitu sayang nya dia terhadap Via, Gerry pun cuma bisa tersenyum kecut. Bagaimana tidak, Gerry takut perasaan nya akan membuat Via menjauh dan menghancurkan persahabatan.
Masa observasi selesai juga, dan Via pun merasakan deg - deg an karena ada apa. Sampai dia dipindahkan ke ruang intensif seperti ini yang membuat nya sangat tidak nyaman.
"Mba Via, besok jangan makan pedas lagi yah. Kasian perutnya yang mengalami sakit akibat makan cabai." Dokter Benjamin Lukito menginformasikan.
Muka Gerry, Widia, dan William menunjukan kebingungan karena Via tidak pernah makan pedas. Kok ini malah coba - coba dengan cabai, ada apa?
"Iyah dok. Saya akan berhati - hati." Kata Via yang memelas dan menyembunyikan kenapa dia makan cabai.
"Iyah, diare itu biasa kok buat orang yang tidak bisa makan pedas. Namun, untung cepat ditangani." Kata dokter lagi sekaligus menasihati Via.
"Emang efek nya apa dok, kalau telat?" Tanya Gerry mulai mencari tahu.
"Iyah, mas. Mbak Via ada alergi dengan cabai, jadi perutnya akan seperti melilit hebat." Kata dokter.
"Baik dok, mulai sekarang saya akan jaga makanan nya."Kata William tiba - tiba.
Setelah dokter berlalu 3 anak tersebut menatap curiga ke Via, yang bersangkutan malah menundukan kepalanya karena ketakutan.
"COBA JELASKAN Novia Heidy?" Tanya Gerry yang sudah mulai emosi nya.
"IYAH!" Cecar Widia ke Via yang sudah nangis karena bentakan Gerry dan Widia. William pun tidak berdaya karena ini diluar tanggung jawab nya dan ini internal hubungan pertemanan mereka.
"Via, tidak sengaja kok. Makan di touchscreen." Jawab Via yang sudah pasrah dengan ocehan Gerry dan Widia.
"Wid, Will kalian berdua keluar dulu. Gue mau bicara 4 mata sama ini anak." Kata Gerry mulai memerintah dan tanpa bicara Widia dan Willi keluar sesuai instruksi Gerry.
Wajah Via tidak dapat dipungkiri, kalau dia gelisah juga ketakutan karena Via takut Gerry marah.
"Vi! Ini konyol yah, gue gak suka cara elu." Gerry mulai mengatur kata- kata saat berbicara.
Via tertunduk dan mulai mengeremas selimut.
"Jawab Novia Heidy!" Kata Gerry yang meminta jawaban.
"Iyah, Via mengerti kalau Via salah." Jawab Via memelas.
"Kalau gue bilang enggak yah enggak Via. Jangan gini, demi nonton gue nanti." Sambung Gerry.
"Iyah Ger. Via ngerti Gerr."
"Besok Via, kemana-mana harus sama Widia, kalau ngga sama William."
"Iyah Ger. Via ngerti."
"Keluar sendiri, makan sembarangan. Awas ajah elu. Gerry gak kasih ampun" Kata Gerry mengakhiri pembicaraan dan keluar mencari 2 orang teman nya.
*please like and comment*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments