Sepertinya peperangan akan mulai berkobar antara Weny dan Gerry. Dan benar saja untung ada Widia, kalau tidak Weny sudah kena maki - maki Gerry.
Melihat hal ini Nori sedikit heran. Bagaimana bisa seorang Gerry yang lembut menjadi Gerry yang kasar terhadap perempuan.
"Ger, kita makan yuk." Ajak Nori sambil menatap manis ke Gerry. Seketika runtuhlah emosi Gerry ketika melihat wajah Nori.
"Aku ganti baju, tunggulah disini. Wid, elu mau ikut?" Jawab Gerry dan sekaligus mengajak Widia untuk makan siang bareng.
"Enggak, gue mau ke Mas Nu. Benerin laptop gue dulu." Jawab Widia sambil jalan balik ke kamar.
"By the way, bungkusin gue yak. Thank you." Sambung Widia saat masuk kamar dan menutup pintunya.
Setelah di dalam kamar Widia mengingat kejadian tadi dan kepo. Siapa cewek yang ada di ruang tamu tadi. Entah mengapa Gerry tidak mengenalkan dia ke cewek itu.
Dan dilain tempat...
"Ger, sejak kapan kamu suka lepas kendali?" Nori membuka percakapan saat di mobil.
"Entah lah. Darah ku mendidih ketika cewek itu berbicara." kata Gerry saat Nori menanyakan perihal antara Gerry dan Wenny.
Setelah hari ini berlanjut sore dan penghuni kost White House sudah mulai kumpul setelah seharian berpergian diwaktu libur.
Tidak terkecuali Via, yang keluar dari mobil Dewin membawa oleh - oleh dari Bogor.
Berpapasan dengan Gerry dan Nori yang juga baru balik dari acara makan siang.
"Gerryy..." Suara renyah Via sedikit cempreng dan memamerkan 2 lesung pipinya.
"Heii, pulang?" Kata Gerry sambil menatap aneh.
"Eeenggaak, ini diajak ke Bogor sama kak Dewin.
"Oooh, elu dah lihat SMS yang Oop kirim?"
"Emang ada apa Gerr?"
"Baca gih. Kalau sudah baru ngobrol lagi." Kata Gerry sambil menggandeng Nori menuju Kost an.
Setelah mendapat SMS dari Oop, Via pun cuma mengerutkan wajah. Yes, presentasi Hukum Bisnis dimajukan tanpa basa - basi.
"Viiii. Akhirnya ini bocah pulang, ayo bikin presentasi." Teriak Widia saat melihat Via menaiki anak tangga kost an menuju kamar.
"Wid, kenalin ini Kak Dewin. Kak ini Widia temen kampus dan kost an Via." Via mulai memperkenalkan Dewin dan Widia.
"Dewin"
"Widia"
Kedua nya bersalaman sambil terseyum, sedikit membuat Widia kepo. Tapi ke kepoan belum bisa mengalahkan kepanikan tugas hari ini.
"Ayo, kita bikin nih presentasi buat besok. Tuh dosen aneh - aneh koci deh, pengen gue timpuk." Sela Gerry dan di ikuti anggukan 2 cewek sekelas nya.
"Wid, Ger. Ini ada Roti Unyil Versus, oleh - oleh tadi." Via membuka 4 kotak gede roti unyil.
"Eh, iyah. Mana makanan gue Gerr? Tuh, si Via ajah inget." Widia langsung mengingatnya dan meminta ke Gerry.
"Gue lupa beli. Maap yak!" Bales Gerry
"Ahk, elu pelit mah bilang ajah." Toyor Widia ke Gerry.
"Beneran lupa. Tanya tuh cewek gue deh."
"Yang mana? Kagak kenal kita Gerr, kenalin dong.." Todong Widia dan di ikuti suara Via yang menimpali.
"Kenalin dong Gerr." Seru Via
Tanpa waktu lama, akhirnya Gerry menarik pelan tangan Nori. Dan memperkenalkan Nori ke 2 temen Kampus sekaligus kost an.
"Via"
"Widia"
"Nori"
"Dewin"
Setelah berkenalan mereka kembali tertawa juga memberikan selamat ulang tahun satu dengan lain nya.
"Jadi kalian bertiga ulang tahun nya bareng?" Dewin tiba - tiba menanyakan keganjilan ini.
"Iyah!" Jawab mereka serempak.
Hari makin larut dan Nori dan Dewin pamit dari Kost an White House. Kembali ke rumah masing - masing. Hingga ke esokan hari nya terjadi ke gaduhan masal di kelas C Hukum International kampus Tritunggal.
"Gengs, hari ini kumpulin tugas presentasi, Dalam bentuk CD. Setelah itu baru Oop bagikan absen." Kata Oop saat membuka kelas pagi ini.
"Ooooh dosen rempong wooooh." Teriak 1 kelas.
Widia, Gerry, dan Via menyerahkan tugas yang sudah dibuat semalaman hingga mata bengkak kayak panda. Mereka sudah menyiapkan all you can eat di touchscreen untuk acara hari ini. Mereka siap bertempur dengan para pemburu makan gratisan.
"Gengs, jangan lupa hari ini jam 1 di Touchscreen yah!" Kata Oop yang meriminder 1 kelas.
"Siaaaap." Jawab anak - anak serempak.
Teeeeeeennnnkkk tepat pukul 1 siang,
Anak - anak Kelas C Hukum International berjalan bersama menuju kantin. Kondisi luar langsung berubah total. Mereka memasang wajah bengis saat melewati kerumunan. Anak kelas C Hukum International angkatan 2005 terkenal paling solid dan beringas di medan olahraga serta banyak anak - anak berprestasi.
Begitu sampai di touchscreen, ibu tukang masak sudah bersiap menghadapi keganasan dan keberingasan anak - anak kelas C.
"Are you ready?" Teriak Oop memberi aba - aba.
"Dumm dumm taaak.... Dummmm dummm tak.... We will we will eatiiiing..."Jerit anak - anak.
"Serbuuuuuu." Oop menginstruksikan untuk makan.
"Ciaaaaaaaaaaatttt, plok plooook" Ibu Touchscreen memberikan nasi ke anak - anak yang menyerbu.
3 anak yang berulang tahun hanya diam membisu melihat aksi barbar penyerbuan touchscreen. Orang - orang pun berfikir negative akibat ulah ini.
Setelah semua dapat, keadaan touchscreen aman terkendali. Dan ketika melihat anak - anak kels C tumbang akibat kekenyangan dan menyisakan banyak makanan. Gerry, Widia dan Via bilang untuk bagi - bagi ke tukang becak, parkir dan pedangan asongan.
"Sungguh hati kalian baik sekali, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian." Kata Ibu yang punya Touchscreen saat selesai acara.
"Buk, kita masih harus ke tempat lain. Kita pamit dulu." Kata Widia yang berpamitan ke Ibu yang punya Touchscreen.
"Permisi buk." Gerry dan Via mengikuti Widia di belakangnya.
Setelah kejadian barbar ini kelas yang lain sudah tidak ada, akhirnya sekarang waktunya mereka bertiga untuk isi kampung tengah.
"Bang, ke Putraland Mall. 6000 yeh!" Tawar Widia ke abang Bajaj.
"Jangan neng, 10 rebu deh." Kata abangnya.
"Kagak jadi deh." Bales Widia namun si abang bajaj langsung merubah posisi dan menstarter bajajnya.
"Ayoo masuk, jangan lama." Teriak Widia kegirangan.
"Njiiiir, naek bajaj cuy." Gerry melotot dan mengikuti arahan Widia dan disusul Via.
Sesaknya di dalam bajaj yang di isi 3 dewasa dan ngeeeengggg... Bajay itu melaju dengan kecepatan yang sungguh luar biasa. Dan ketika belok seluruh penghuni dalam bajaj berteriak....
"Anjayyy, berasa Valentino Rossi dia. Kebut bang..." Teriak Gerry saat belokan seberang jalan menuju Putraland Mall yang disalip orang.
"Iyah bang. Gas pool gas poll bang." Teriak Widia.
Begitu mendengar penumpang nya berteriak mendidihlah darah pembalap bajaj ini. Yang akhirnya menyalip balik sehingga penumpang didalam teriak - teriak kegirangan saat mereka berhasil.
Sampai di Putraland Mall akhirnya mereka bertiga. Dan begitu sadar, Widia dan Gerry tidak melihat Via setelah masuk mall. Panik lah Widia dan dengan sigap Gerry menelepon Via.
"Via.. Dimana?" Tanya Gerry di telepon setelah diangkat oleh Via.
"Aku di toilet Gerry, pusing." Kata Via lemah dan langsung lari menuju toilet bersama Widia.
"Via, kenapa?" Jerit Widia. Di dalam toilet saat melihat Via duduk dipojokan seperti habis muntah. Sementara Gerry kaget dan bingung diluar toilet wanita.
"Via pusing Wid. Abis muntah juga." Kata Via dengan lemas dan dibarengi isak tangis.
Tidak banyak waktu, bergegas Widia mengeluarkan botol minum dari tas nya. Dan segera dia memberikan ke Via.
"Elu kenapa Via? Sakit?" Tanya Widia ke heranan.
"Via pusing Wid. Kepala koclak - koclak tadi turun dari bajaj."
"Apah? Mabok?" Widia mulai melotot dan menahan ketawa akibat Via bilang koclak - koclak.
"Kayaknya begitu sih Wid."
"Udah, ini deh minyak angin. Gue tunggu di depan sama Gerry. Kasian Gerry panik tuh!" Bales Widia sambil jalan keluar toilet.
Saat diluar Widia tidak menahan kuasa untuk ketawa dan membuat Gerry bingung.
"Wid, Via gimana?" tanya Gerry panik.
"Tenang Ger. Aman terkendali kok, dia cuma mabok. Besok gue bawain seasick tablet." Jelas Widia sambil megang perut.
*seasick \= obat anti mual*
"Terus anak nya mana Wid?"
"Yah elah Ger. Tenang dia juga lagi pake minyak angin." Kata Widia lagi menenangkan Gerry.
"Kan elu tau Gerry, bajaj itu hanya Tuhan dan drivernya yang tahu kapan dia jalan, belok dan ngebut." Sambung Widia sambil merangkul Gerry juga menenangkan. Sedangkan Gerry cuma bisa tersenyum kecut.
Tidak berapa lama akhirnya Via keluar juga dari toilet. Dengan muka sedikit pucat tapi tidak seberantakan tadi turun dari bajaj.
"Udah muntah nya?" Tanya Widia memastikan Via okeh.
"Udah Wid. Makasih, ini minyak angin nya." Via menyodorkan minyak angin.
"Beneran Vi, udah baikan?" Tanya Gerry yang tadi bener-bener panik melihat Via hilang dan mendengar suara lemesnya.
"Udah kok Gerr." Jawab Via, dan melebarkan senyum dipipinya yang chubby chics juga manis dengan tambahan lesung pipinya.
Keadaan sudah kembali normal dan 3 anak ini berjalan menuju all you can eat restaurant. Dengan senyum yang cerah dan bahagia setelah melewati pertarungan di touchscreen serta naik roller coaster bajaj dan berakhir ada yang muntah. Tetapi tidak menyurutkan 3 anak ini untuk tetap ke restaurant all you can eat.
Menunggu nama dipanggil dalam antrian dengan manis selama 15 menit. Ini saat nya mereka secara barbar menghabiskan makanan all you can eat. Namun sebelum itu Via mengeluarkan 2 bungkusan juga kotak kecil yang di dalamnya sudah tidak berbentuk.
Dengan muka sedihnya....
"Yahh.. Maap yah. Kue nya pada koplak semua. Gimana ini?" Tangis Via dengan menahan kesal. Diantara 2 yang lain nya Via ini yang paling sensitive.
Gerry dan Widia ketawa dulu dengan bahasa - bahasa ajaib Via.
"Udah, tidak pakai kue juga nggak masalah kok." Kata Widia dan bangkit berdiri mencari dessert untuk menggantikan kue yang koplak.
"Udah, nggak usah. Bukan anak kecil lagi kan kita, Via." Kata Gerry yang menenangkan Via.
"Tapi kan, ini pertama buat kita semua. Abang bajaj sih ngegeber - geber bawa bajajnya." Balas Via yang memandangi kue nya.
Lalu tidak lama Widia sudah membawa susunan daging yang untuk di masukin ke kuah suki dan panggangan lengkap dengan lilin. Di ikuti oleh beberapa petugas restaurant menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Sontak membuat Via dan Gerry kaget juga geli. Tapi niat Widia sih luar biasa agar bisa ngerayain ulang tahun ber 3.
"Ayo mbak, tiup lilin nya. Sekarang juga!" Perintah salah satu staff nya restaurant yang membawa susunan daging.
"Ayoo, Wid, Gerr. Kan kita ultah ber 3, tiup nya bareng dong." Ajak Via ke Gerry dan Widia.
Harapan Via adalah selalu ngerayain ultah bareng sampai maut memisahkan. Setelah acara kue susunan daging selesai. Semua kembali ke tempatnya dan kembali kepada kesibukannya.
"Ini untuk Gerry, dan ini untuk Widia." Via memberikan kado ke 2 teman nya itu.
"Yah, kita nggak siapin kado buat elu Via." Kata Widia.
"Iyah, repot-repot amat sih." Gerry menimpali obrolan ini.
"Via senang, kalian mau temenan sama Via dan dekat dengan Via. Karena Via pikir...." Belum selesai ngomong, Widia memotong pembicaraan.
"Mulai tahun ini dan kedepan nya kita harus rayain ultah ber3. Dan janji, apapun masalahnya kita harus ber 3." Kata Widia yang mulai berorasi.
Dan seperti biasa 2 orang lain nya ikut mengangguk tanda setuju dengan apa yang di omongkan oleh Widia. Lalu mereka menikmati makanan all you can eat di Maybe Star Restaurant. Semakin mereka mendekat dan semakin mengenal mereka semua.
Disisi lain ada sepasang mata itu lagi memperhatikan Via dengan cermat. Yah, sudah hampir 1 tahun dia memperhatikan Via namun belum punya kesempatan untuk menyapanya. Akhirnya kesempatan itu datang juga, dengan cepat sepasang mata itu melakukan tindakan.
"Mbak, meja nomor 10. Bill mereka berapa?" Tanya sepasang mata itu.
"Wah pak, klo paket makan nya 150rb per orang. Diluar service and tax serta minumannya." Jawab kasirnya.
"Begini, saya mau kasih kado ke cewek yang pakai bandana pink. Semua bill meja itu saya yang bayar." Jawab cowok tersebut memberikan uang cash 1juta. Kasir itu langsung kaget. Dan...
"Oh, 1 hal lagi. Tolong jangan bilang sama meja 10. Kalau saya yang bayar, bilang sama mereka hadiah dari kalian untuk ulang tahun mereka dengan menunjukan KTP. Lalu photocopy dan kasih saya." Kata cowok itu lagi dan meninggalkan nomor telephone jika 3 orang itu selesai makan dan keluar dari restaurant.
"Baik pak. Saya akan memberitahukan bapak jika mereka sudah keluar." Kata kasir tersebut dan cowok tersebut keluar menuju dept store untuk membelikan hadiah buat Via.
Menurut data yang dia dapat Via sangat suka dengan berbau warna merah muda serta buku. Namun entah mengapa barang - barang tidak ada yang sreg di hati si cowok itu. Hingga akhirnya dia mampir ke store telephone seluler untuk melihat keluaran terbaru. Tidak lama dari situ cowok itu sudah membawa 2 kantong belanjaan, yang 1 sudah dibungkus rapih dan yang satu sepertinya sudah di buka.
Drrrrttt.... Drrrrrt....
"Halo pak, kami dari Maybe Star Restaurant ingin memberitahukan meja 10 sudah pulang." Kata Manager Maybe Star Restaurant.
"Saya segera kesana sekarang." Jawab cowok itu.
Namun sebelum itu 3 anak ini merasa makin heran dengan meja tersebut. Siapa yang membayar semua makanan tersebut.
*please like and comment yah*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments