Didalam perjalanan dengan bajaj lagi Via, Gerry, dan Widia masih terheran - heran dengan keberuntungan yang mereka dapatkan.
"Huh, ini kah tanda kalau kita ini jodoh?" Teriak Gerry.
"Bawel, nanti dibahas nya. Kasian Via kalau dia jackpot lagi kan resek." Kata Widia mengingatakan Gerry.
"Oh iyah. Via udah minum Antimoal nggak?" Tanya Gerry saat melihat muka Via.
"Udah dong." Sahut Via dan mereka bertiga akhirnya sampai juga ke kost an tercinta.
Malam semakin malam, 3 anak ini kembali ke kamar masing - masing. Namun disaat yang sama Via terus melihat telephone seluler nya yang tidak ada pesan ataupun telepon dari kak Dewin.
"Mungkin sibuk dengan kuliah nya." Kata Via pada dirinya sekaligus memberikan semangat untuk dirinya.
Disaat yang sama Gerry mengirimkan pesan untuk Nori yang sudah ke 10 kalinya namun tidak ada balasanya.
"Bisa aku telephone?" Tulis Gerry dalam pesan singkat tersebut. Namun tidak ada jawaban sama sekali.
Dikamar yang lain, Widia lagi kepo dengan orang yang mengirimi dirinya SMS menanyakan kabar disetiap jam nya. Namun tidak menemukan petunjuk yang jelas.
Pagi - pagi seperti biasa jam masuk kelas pertama. Membuat kamar mandi yang tersedia hanya 2 kamar mandi untuk 6 kamar penghuni. Sehingga menjadi perebutan jika mereka ada kelas di pagi hari. 4 orang dari kelas yang sama dan 2 dari kelas yang berbeda, dan akhirnya keributan itu terulang kembali.
"Wooooiii cepetan wooooiii..." Teriak Gerry dan yang dikamar mandi pun tidak ada tanda tanda-tanda mempercepat aktivitas mandi nya.
Namun setelah menunggu 15 menit, akhirnya keluar juga. Gerry yang ada di dapur langsung menuju kamar mandi.
"Gilaaa, mandi apa bertapa sih elu Wen? Bersihin apa ajah, sampai lama banget!" Bentak Gerry. Dan ternyata Weny pun memberi perlawanan telak untuk Gerry.
"Bangun lebih awal, jadi bisa buang tuh calon anak mu ke toilet." Kata Weny tanpa disortir.
Saat ingin membalas nya dengan kekuatan kilat tangan Via sudah membekap Gerry dan menyeret ke kamar mandi.
"Mau ikutan mandi bareng?" Ledek Gerry saat sudah dikamar mandi. Dengan muka cuek Via menutup kamar mandi dan kembali ke kamarnya. Kejadian itu membuat Gerry deg deg ser...
Pukul 09.00 pagi kelas Psychology Hukum dimulai. Dan ternyata dibawakan oleh assistant dosen baru, yang masih berstatus mahasiswa kampus Tritunggal angkatan diatas Via, Gerry, dan Widia.
"Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya William Tjandriadi. Angkatan 2002, Hukum International kelas A." Dosen baru yang memperkenalkan diri.
"Pagi pak...." Jawab anak - anak kelas C seperti biasa mereka mulai berisik mencari tahu senior mereka ini.
2 SKS atau 2 jam berlalu, berakhir pula kelas Psychology Hukum. Semua anak - anak kelas C langsung berhamburan dan menuju kantin sebelum menuju kelas selanjutnya pukul 11.15.
Dosen baru itu melihat Via dengan seksama juga mempersiapkan bungkusan yang sudah dia bungkus rapih hadiah untuk Via. Sayang nya Via sudah berjalan keluar kelas sambil ngobrol dengan teman - teman nya untuk kelas selanjut nya.
"Widiaaaa..." Teriak cowok dari arah belakang. Dan Widia pun mencari arah sumber suara tersebut. Ketika melihat sosok yang memanggilnya.
"Yah kak. Ade ape?" Jawab nya. Dengan santai terkesan cuek.
"Wid, gabung dong sama BEM. Biar dari kelas elu ada perwakilan." Ajak cowok itu ke Widia.
"Enggak kak, gue sibuk ngurus Mapala. Gue kurang suka sama organisasi gitu." Jawab Widia yang bikin orang mencles hatinya.
"Elu ngapain nyari-nyari yang aneh. Mendingan ikut kita. Keren banget loh, membela kepentingan mahasiswa."
"Terima kasih kak Toni. Gue nggak tertarik dan tertariknya sama mapala." Kata Widia dan tidak perduli Toni masih berbicara atau tidak langsung Widia pergi meninggalkan Toni yang masih tidak percaya dia ditolak.
Dalam sejarah Angkatan 2004, Hukum International kelas B. Toni Eko Anugerah tidak pernah punya rekor ditolak sama wanita. Dan penasaran lah Toni dengan Widia, juga semakin gencar dia mengirimi SMS ke Widia.
Kantin situation....
"Induuunnn, 1 jus alpukat yah, 2 jus jeruk." Teriak cowok - cowok yang duduk kantin dan memakai kemeja rapih. Yang pasti tidak banyak mahasiswa berani duduk di dekat sana. Jelas ajah tidak berani, selain 3 orang ini senior dan dosen pula. Kelar hidup nya, jika salah dalam berkata dan menyenggol mereka. Dapat dipastikan tidak akan kembali melihat kelas di kampus Tritunggal.
"Will, udah jadi belum ngomong sama anak angkatan 2005 yang kelas C itu."
"Belum, malu gue parah banget." Jelas William saat duduk mencari-cari sosok penyuka warna merah muda tersebut.
"Bagaimana sih elu. Muka cakep, tampang oke, otak pintar, duit mah lumayan. Kurang percaya diri apalagi sih?" Bales teman nya itu.
"Hemn. Kurang nya cuma keberanian ngomong sama tuh cewek." Bales William dengan tatapan kecewa karena tidak menemukan sosok itu.
Kelas situasi...
"Pagi menuju siang, perkenalkan saya Leonard Cohen. Dosen Management Hukum International kalian." Jelas dosen untuk kelas berikutnya.
"Pagi pak!" Jawa anak - anak kelas C.
Dengan cermat anak kelas C memperhatikan mata kuliah ini. Karena setelah mata kuliah ini ada study case yang dilaksanakan pihak kampus untuk menjadi bahan penentuan kelulusan semester ini. Setelah 3 jam berlalu, akhirnya selesai juga mata kuliah ini.
"Ger, kita ber 3 nonton yuk. Film the hills have eyes." Ajak Widia ke Gerry saat Via mengumpulkan tugas management hukum.
"Terus bilang Via apah?" Jawab Gerry sambil berusaha mengerti yang dibicarakan Widia.
"Elu ikut ajah. Biar gue yang urus Via nya, okeh?" Bales Widia memberi perintah dan akhirnya Gerry menyetujui nya.
Setelah mengajak Gerry, Widia langsung membawa Via ke pintu keluar kampus untuk menyetop bajaj ke Putraland Mall. Via tanpa curiga langsung ikut dengan Widia dan Gerry. Widia dan Gerry mulai mengenal Via dan begitu pun mereka. Via tidak suka dengan film horror. Sementara Widia dan Gerry menyukainya. Akhirnya mereka berdua menjebak Via untuk ikutan dan biar Via sedikit berani.
"Kita nonton ber 3 nih? Yes. Best friend day out." Via mulai bawel, tidak seperti awal - awal kuliah. Begitu pendiam dan terkesan minder.
"Iyeh, jangan bawel. Nanti elu duduk di tengah." Perintah Widia dan Via pun mengangguk. Ketika mau menangakan jam berapa? Via menangkap sosok yang sangat dia kenal di mall tersebut. Namun Via berusaha berfikiran positive.
Biiippp... Biiippp...
"Kak, lagi apa? Sibuk kah?" Tanya Via di SMS ke Dewin.
"Hai Via, apakabar? Gimana kuliah?" Jawab Dewin tanpa bersalah.
"Baik kak. Kakak bagaimana?"
"Baik. Aku lagi di mall depan kampus mu. Ketemuan yuk?" ajak Dewin dan dugaan Via ternyata negative nya salah.
"Oh, kakak dimana? Via lagi mau makan nih di Solamido." Bales Via
"Tunggu disitu, nanti aku kesana." Kata Dewin sekaligus mengakhiri percakapan dengan Via.
Dengan muka girang Via langsung mengeluarkan lip balm pink juga kaca. Sementara Gerry dan Widia menatap heran dengan tingkah Via. Tidak sampai 10 menit Dewin datang dengan seorang wanita yang digandengnya mesra.
"Hai, kalian lagi kelas kosong? Atau sudah pulang?" Tanya Dewin dengan muka ceria dan tanpa basa basi.
"Sudah pulang kak, kits mau nonton sih." Jawab Widia mengambil alih karena Via cuma diam melihat Dewin dan perempuan itu.
"Oh iyah. Kenalin, inih Sensca pacar ku." Kata Dewin memperkenalkan pacar barunya itu.
"Ini Via adik nya Adi, yang juga adik ku. Lalu ini Widia dan Gerry temen baik nya Via juga 1 kost an." Sambung Dewin yang tanpa disuruh dia duduk sebelah Via dan di ikuti oleh pacar baru nya.
"ADIK?" Gerutu Via dalam batin nya, dan mulai menahan emosi setelah beberapa waktu lalu Dewin mengambil yang paling berharga dari Via dan bilang Via lah wanitanya.
Dan Widia juga Gerry sudah mengepalkan tangan nya. Melihat muka Via sudah memerah. Namun belum bisa bertindak lantaran Via masih terdiam.
"Mas, pesan nasi goreng katsu tanpa pedas, tanpa sayur yah. Pakai telur juga, minum es teh leci. Kak, Sensca mau pesan apa?" Via bersuara dan menawarkan mau pesan apa.
"Win, mau pesen apa? Tanya manja Sensca ke Dewin.
"Itu dah saya pesen buat kak Dewin. Aku sudah pesen kok. Tinggal kak Sensca belum." Kata Via seolah memberitahukan bahwa dia mempunyai kekuatan di Dewin.
"Oh, terima kasih Tinker Bell." Kata Dewin tidak sengaja sambil mencubit pipinya Via.
Dan perang dingin pun terjadi saat makan di restaurant itu. Karena kasihan melihat Via menahan emosi. Akhirnya Gerry langsung menggandeng Via didepan muka Dewin.
"Yuk, kita nonton. Udah mau mulai nih.." Tarik Gerry dan menyusul Widia yang terlebih dahulu keluar.
Dengan muka senyum Via pamit ke Dewin dan pacarnya. Lalu menyusul Widia ke bioskop sambil memasukan tangan nya ke jaket Gerry. Dewin langsung terbakar cemburu melihat adegan itu lalu mengajak Sensca pulang.
Melihat gelagat aneh pacarnya Sensca merasa ini situasi yang harus ada penjelasan.
"Heii, Win. Kamu kenapa?" Tanya Sensca dengan muka manjanya.
"Aku lagi capek ajah. See you tomorrow yah."
"Baik lah. Kalau kamu belum bisa menjelaskan kenapa"
"Aku sudah bilang kan. Aku capek!" dengan nada tegas dan mulai meninggi.
Di bioskop akhirnya ada yang kena jebak. Sepanjang iklan masih seperti biasa ketika film mulai dan film berlangsung. Via dibuat berteriak dengan kata - kata yang membuat Gerry dan Widia tertawa.
"Yahwlaaah, eeeh mati luh goblok!" Teriak Via mencengkram kedua tangan sahabatnya.
"Aaaaarreghk" Teriak Widia dan Gerry karena kesakitan.
1 jam 30 menit akhirnya selesai juga. Well, setelah keluar dari bioskop Via langsung ke toilet. Dan mengeluarkan isi perut yang tertahan dari mulutnya.
Widia yang melihat itu sudah biasa langsung menyodorkan minyak angin ke Via. Gerry? Sibuk dengan telephone selulernya menghubungi Nori.
Setelah tidak ada yang menjawab nya Gerry pun menutup sambungan telephone nya.
"Kita pulang yuk." Bujuk Via ke 2 sahabatnya itu.
"Yuk, tapi beli roti buat besok sarapan." Kata Widia.
Akhirnya mereka pulang dan langsung menuju kamar masing - masing. Namun, tidak begitu dengan Via. Setelah mengganti baju tidur nya dan menghapus make up harian nya. Via menggedor kamar Widia untuk tidur bersama.
"Wiid, bareng yak." Kata Via melihat Widia membuka pintunya.
"Kita tidur dikamar Gerry yah." Ajak Widia dan langsung menggedor kamar Gerry. Sementara Gerry sudah hafal dengan kelakuan 2 anak ini. Lalu dia mengeluarkan kasur dibawah tempat tidurnya.
Jadilah mereka tidur ber 3. Widia sudah tertidur pulas namun Via cuma diam memegang guling dan meneteskan air mata akibat kejadian sore tadi. Gerry pun melihat Via menangis. Tangan nya langsung memegang tangan Via. Walau matanya berpura - pura tidak melihat.
Via merasa seperti ada air menenangkan dan tertidur pulas. Hingga siang hari tangan mereka masih berpegangan. Sementara Widia sudah keluar kamar, mengejar acara mapala.
"Via, mandi sana. Kita makan yuk!" Ajak Gerry saat melihat Via sudah membuka mata.
"Okeh." Kata Via lemah dan membuat Gerry ingin mengahajar Dewin.
Setelah mandi, dan berdandan cantik. Via mengetuk kamar Gerry. Tapi yang punya kamar tidak ada di dalam kamar.
Tidak berselang lama Gerry memanggil Via dari luar kost an. Ternyata Gerry sudah didepan dengan mesin mobil yang menyala.
"Lama beud dah." Omel Gerry ketika Via duduk disebelah Gerry.
"Maaf. Aku kan ke kamar kamu dulu, terus ternyata kamu di bawah." Balas Via saat didalam mobil.
Jakarta hari ini lenggang, apa karena long weekend sehingga beberapa ruas jalan sepi. Gerry melajukan kendaraan menuju arah utara Jakarta. Dari kemarin Gerry pengen wisata kuliner di daerah itu. Sembari mencuri - curi pandang kearah Via yang manis sekali memakai celana kodok coklat pendek di padu dengan kaos berwana kuning telur.
Entah beberapa kali Gerry menelan ludah lantaran melihat paha Via. Sementara Via masih sedih dengan kejadian kemarin.
"Vi, itu Dewin sama elu hubungan nya apa?"
tanya Gerry yang sudah tidak tahan lagi.
"Adik - kakak. Tapi terlalu dalam Gerr." Jawab Via lirih dan melihat jalanan.
"Maksudnya elu, udah melakukan hubungan badan?" Tanya Gerry hati - hati. Karena Via sangat - sangat sensitive takut pecah.
"Iyah, Ger. Aku bodoh banget dan naif banget menunggu dia tapi malah dianggap adik."
"Udah Vi, elu pasti dapet cowok lebih baik lagi. Dan bisa bikin elu bahagia, kalau enggak jangan panggil gue Gerry. Kalau ada cowok yang nyakitin elu, terus gue sleddiiing palanya."
"Thank you Ger. Elu baik sama gue, semoga elu sama Nori bisa bahagia."
"Ger, mampir mall yuk. Penting nih."
"Kenapa?"
"Via pengen pipis tauuuk."
"Ahk elah. Merusak moment banget sih nih anak!" Jawab Gerry menghentikan mobil di pompa bensin Sea Shell.
Drrrrrrtttttt... Drrrrrrtttttt....
"Halo, Via kamu dimana? Akhirnya diangkat juga." Tanya Dewin yang mulai emosi.
"Halo, kak. Gue Gerry, Via lagi pipis. Nanti gue kasih tau kalau elu telpon dia." Jawab Gerry.
"Kok telephone nya sama elu Ger?" Tanya Dewin penuh curiga.
"Iyah, dia lagi pipis kan gue bilang. Jadi dia tinggalin di mobil telephone nya."
tuuut... tuuut....
Sambungan terputus dari Dewin yang mulai tidak bisa mengontrol emosi mendengarnya. Tidak lama itu juga Gerry menghapus telephone masuk Dewin di daftar panggilan telephone Via.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments