Setelah mencari ke 2 teman nya Gerry menerima telephone dari dosen nya. Mengenai keberangkatan dia ke Amsterdam. Pilihan yang sangat baik untuk melupakan Nori disini.
Perselingkuhan terus menerus membuat Gerry gerah memaafkan kesalahan nya. Daripada terus menyakiti lebih baik berpisah dan melepaskan untuk bebas.
Waktu berlalu dengan cepat sehingga William lupa mengajukan jadi dosen yang dikirim. Wajah marah dan kesalnya tidak dapat di tutupi.
"Will, kamu telat sih ngasih form nya ke saya. Jadi kamu tidak bisa menjadi dosen pendamping. Lagi pula mestinya kamu fokus buat sidang skripsi kan?" Kata Ibu Amalia.
"Iyah bu, menurut saya jika saya ikut dengan mereka. Saya akan belajar juga dan menambah wawasan saya." Jawab William dengan muka kecewa.
"Kamu mau nambah wawasan apa mau pacaran?" Jebak Bu Amalia kembali.
"Nambah wawasan bu." Bales William.
"Saya tau loh kamu pacaran sama Novia Heidy. Jadi masih mau bilang menambah wawasan." Kata Bu Amalia yang memperhatikan mahasiswa tersayang ini. William termasuk mahasiswa berprestasi bukan karena dukungan orang tua nya. Sehingga banyak dosen sangat sayang dengan nya, ketika William tidak lolos dalam pengiriman akibat keterlambatan pengembalian form, banyak yang kecewa dengan kegagalan nya.
Siang yang terik saat ini membuat Via, Gerry dan Widia semakin gencar mencari barang - barang yang di butuhkan ke Eropa selama 3 bulan. Waktu semakin cepat berlalu sehingga keberangkatan pun sudah diambang pintu.
"Piaaaa, dah belum!" Teriak Gerry saat memasukan koper - koper kedalam taksi. Mereka akan beradu cepat dengan macetnya Jakarta menuju bandara Soekarno - Hatta, Tangerang.
"Ini sudah selesai kok." Teriak Via yang sudah rapih dandanan nya dan disusul sama Widia.
"Ayo berangkat!" Teriak Widia yang menaruh koper kecilnya ke dalam bagasi taksi.
"Ayooooo.." Teriak Gerry dan Via.
Canda tawa mereka pecah saat mereka melihat telephone seluler nya Widia berdering.
Drrrtttt... Drrrrrttttt....
"Halo" Kata Widia yang mengangkat telephone tersebut.
"Wid, sudah sampai mana?" Tanya orang diseberang sana.
"Udah sampe toll sih. Elu dimana cing?" Tanya Widia lagi saat orang diseberang sana selesai nanya.
"Gue sudah di airport nih." Bales orang itu dan diakhiri juga pembicaraan mereka.
"Cieeeeeeeeeeeee" teriak Via dan Gerry bersamaan sambil meledek Widia.
"Jadi ada yang nganterin ceritanya?" Tanya Gerry.
Sementara yang ditanya tidak menjawab karena sudah panas karena malu. Dan mereka kembali melihat jalanan sambil berfikir akan seperti apa 3 bulan kedepan kota Jakarta.
Sesampainya di airport Widia dan Gerry menurunkan koper - koper mereka, dan terakhir Via. Widia sibuk dengan menelpon orang yang sudah berjanji akan mengantar nya ke airport. Lalu Gerry sibuk menjahili Via karena William tidak ada mengantarnya.
"Willi nggak nganter Vi? Ama cewek lain kayaknya." Goda Gerry sambil memegang kopi dari Starkling Shop.
"Nggak. Dia lagi sibuk sidang skripsi tauk!" Bela Via dan tangan nya langsung memegang kopinya Gerry untuk dimintain.
"Ama cewek lain kali, pia."Ledek Gerry dan bikin Via sedikit goyah.
"Nggak. Nanti kan kita skripsi juga gitu." Bela Via kembali dan Via pun mulai menghubungi William. Yang sedari pagi tidak bisa di hubungi dan membuat pikiran nya kemana - mana.
"Wid!" Teriak cowok berbaju pendaki gunung lengkap dengan atributnya. Seketika mata Via dan Gerry terkejut melihat apa yang ada di depan mata mereka.
"Kenalin ini Ucink. Anak mapala UPW, Cink - kenalin ini Via dan Gerry temen gue." Kata Widia sambil memperkenalkan teman nya dari mapala ke Via dan Gerry.
Via dan Gerry heran sekaligus aneh karena melihat dandanan dari orang tersebut. Namun sudah terbiasa buat Widia, dan selang pertemuan mereka lalu Gerry mengencangkan tangan nya karena melihat Nori bersama lelaki lain dengan penuh mesra. Dengan tatapan penuh benci akhirnya Gerry mulai mengajak bercanda Via. Karena Widia sedang seru sama temen nya yang anak mapala.
"Viaaaaaaaaaaa" Teriak cowok dari arah belakang saat Via mau masuk kedalam ruang pemeriksaan tas. Sambil mendorong tas kopernya dan setengah berlari takut ketinggalan.
"Williiiiiiii" Bales Via dengan senyum terbentang luas dan heran kenapa Willi membawa koper besar juga.
Disaat bersamaan Willi sedikit emosional lantaran Gerry terlalu dekat dengan Via. Namun sedikit berubah saat Gerry teriak;
"Wiiiiiiihhhh, asiiik ada temen nya gue." Gerry menjerit sambil memeluk William.
"Elu ngapain, Will" Tanya Widia ke William yang merasa aneh bin ajaib.
"Gue mau ngikut kalian lah, terus nganter princess ke Lyon."Jawab William yang membuat Via tersipu malu.
"Geli, Princess?" Ledek Widia dan dibarengi ketawa sama yang lain nya.
Sementara merasa ada perbedaan dengan pacarnya Via, ucink merasa sedikit minder mau menyerahkan hadiah ke Widia, Via dan Gerry.
"Betewe, gue cabs dulu yah?" Sela Ucink ke Via, Gerry, dan Widia.
"Eh, ini apaan?" Kata Via ke Ucink.
"Oh bukan apa - apa. Biasa ajah, kalian nggak bakal suka kok." Kata Ucink menyembunyikan barang tersebut.
"Ohhhh Em Jiiiii...." Teriak Via...
"Aku sukaaa ini, aku mau kok bawa ini ke Lyon.Thank you yah." Sambung Via sambil memegang bahan - bahan jamu. Yang dibungkus rapih sama Ucink dan sementara Ucink berasa lega.
"Ini mah kesukaan Via, wah thank you cink." Kata Gerry sambil menyalami Ucink.
"Iyah, sama - sama." Kata Ucink sambil melepas kepergian Widia.
Namun setelah didalam arena airport Via pun berubah menjadi kepo dengan hubungan Widia dan Ucink. Selesainya proses check in dan menuju ruang tunggu. Widia yang di gandeng sama Via harus mendengarkan ocehan Via akibat kekepoan nya belum terselesaikan. Pertanyaan - pertanyaan yang umum sampai masalah pribadi di bicarakan sama anak ini.
Yah, Widia sudah biasa menghadapi bocah ini. Karena Via hanya berbicara panjang dengan orang - orang yang dekat dengan nya. Setelah puas mendapat jawaban. Gantian Widia menanyakan apakah Via tahu kalau William ikut terbang bersama mereka.
"Tenang Wid, Via tau kok. Soalnya Willi kemarin cerita kalau dia mau ikut terbang." Kata Via sembari menggoyangkan rambutnya yang di kuncir ekor kudanya.
"OOOh" Kata Widia. Yang bersiap - siap menuju boarding room bersama yang lain nya.
Perjalanan menuju Amsterdam menggunakan Singapore Airlanes bagaikan roller coaster. Bagaimana tidak ini adalah pengalaman pertama untuk Via, Gerry dan Widia. Namum ini perjalanan biasa buat William, hampir saja salah asisstant nya membooking tiket pesawat. Akibat nya akan berdampak buruk jika Via mengetahui kalau William duduk di kelas bisnis.
"Ehmm.." Kata William kepada Widia yang duduk disampingnya Via.
"Ya elah, Will." Gerutu Widia yang akhirnya duduk disamping Gerry.
Via pun tersenyum manis karena pertama kalinya bisa pergi dengan pacar berdua ke luar negeri. Seperti teman - teman lain nya yang sering keluar negeri dengan pacarnya mereka.
"Kok jahat sih kamu, nggak kasih tahu Via kalau ikut ke Amsterdam, terus ke Paris lalu ke Lyon." Bisik ke William sambil mengelantungkan tangan nya ke tangan William.
"Biar kejutan dong. Kan Aku kerja keras dulu beli tiketnya, di tinggal 3 bulan sama kamu sih bikin aku menderita." Gombal William
Ternyata gombalan tersebut membuat Via tersipu malu karena nya. Jelas ini seperti mimpi bisa berduaan dengan pacar sendiri. Perjalanan 18 jam di tambah 4 jam layover di Singapore membuat Via, Gerry dan Widia sakit pinggang lantaran belum terbiasa dengan perjalanan long - hour.
*Please comment and like yah*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments