BAB 18

Bel berdering menandakan pergantain jam pertama ke jam kedua, serentak semua anak-anak kelas X 7 menghela nafas siap-siap menghadapi pelajaran pak Taofik. Belum masuk aja suasana horor sudah tercipta apalagi pas dia masuk nanti, apalagi ditambah pak Taofik bakalan ngasih latihan untuk menguji sejauh mana kemampuan mereka memahami materi minggu kemarin.

Pintu didorong dari luar membuat jantung sebagian dari mereka dag-dig-dug, tapi kemudian mereka menarik nafas lega begitu tau yang masuk adalah Raskin ketua kelas X7, entah dapat keajaiban dari mana sehingga dia terpilih sebagai ketua kelas, namanya sieh sebenarnya RASIKIN tapi orang lebih suka memanggilnya dengan sebutan Raskin katanya lebih gampang diinget, untuk masalah kasus Rasikin ini bukan ulah iseng Miun yang mengotak atik nama ketua kelasnya, Rasikin udah terkenal begitu kakinya menginjak SMA PERTIWI, ketika mos namanya langsung berubah menjadi Raskin karna ulah para senior, masalah dia dipanggil Raskin sieh bukan hal baru lagi, mengingat sejak TK dia di udah panggil Raskin oleh temen-temennya, Rasikin tentu protes habis-habisan sama orang tuanya meminta orang tuanya mengganti namanya, namun sayang alasan orang tuanya membuat dia terpaksa menerima namanya dengan lapang dada karna dulu menurut penuturan orang tuanya, Raskin ketika masih kecil sering sakit-sakitan, dibawa berobat kemanapun tetap gak ada hasilnya, sampai pada orang pinter yang menyarankan namanya diganti, sejak saat itu namanya sering bergonta-ganti, tapi bayi Rasikin tetap sakit-sakitan, barulah ketika orang tuanya memberi nama rmRasikn dia menjadi anak yang sehat dan bisa hidup dan berkembang seperti sekarang.

“Raskin, kirain pak Top.” lirih temen-temannya yang udah pada tegang

Rasikin sekarang udah pasrah aja kalau dia dipanggil Raskin, dia udah capek meminta temen-temannya memanggilnya dengan baik dan benar, namun kenyataannya tetap saja dia dipanggil Raskin.

“Kenapa pada tegang semua wajah lo.” Raskin gak bisa gak komentar melihat wajah tegang temen-teman kelasnya, dia malah senyum-senyum sambil berdiri dimuka kelas

“Cengar-cengir aja lo Kin.” teriak Dion dari bangku paling belakang, “Gak bisa jawab ntar nyaho lo ”

“Untuk itu senyum tersungging dibibir manis gue.”

“Huhh narsis lo, manis apaan yang ada bibir lo asam, kayak asam jawa.” teriak anak-anak cewek.

“Enak aja lu bilang kayak asam jawa, bibir gue manis kayak gula, mau bukti nieh rasain.” Raskin memajukan bibirnya kayak orang mau ciuman

“Iuuhhh, zizik mending nyium kambing gue.” balas Via.

Raskin tidak mempedulikan, dia melanjutkan ucapannya yang sempet digantung, ”Tadi gue lewat depan kantor guru dan tau apa yang gue denger.”

“Gak.” jawab mereka serempak gak mempedulikan Raskin.

“Gak asyik lo, tebak kek.”

“Malas.” jawab mereka lagi kompak.

“Lo mau ngomong apa Kin, pakai teka teki segala.” kali ini protes berasal dari Sinta, gadis yang dari tadi memanfaatkan jam kosong untuk molor, tuh cewek kayaknya bisa tidur dimana saja, ilernya sampai netes membentuk sungai baru, dia satu-satunya mahluk dikelas X7 yang gak ikut-ikutan komat kamit menghapal rumus mungkin berasa udah pinter kali ya.

”Ya deh ya, gue kasih tau, punya temen lebih dari 3 lusin gak ada yang pada mau nebak, dasar pemalas.” gerutu Raskin, “Hari ini para guru akan mengadakan rapat sampai jam istirahat, jadi  intinya pak Top gak bakalan bisa ngisi.” begitu Raskin menyelsaikan ucapannya disambut dengan sorak sorai penuh syukur.

Miun yang paling antusias menyambut berita bahagia yang dibawa Raskin berseru, “Tumben  banget lo bermanfaat jadi ketua kelas.”

“Gue tabok lo Un.”

"Sorry canda Fergusooo."

“Terimakasih ya Allah akhirnya engkau kabulkan doa hambamu yang memilki IQ dibawah rata-rata ini, meskipun semalam hamba berdoa meminta supaya pak Top sakit supaya tidak bisa masuk, tapi rapat juga gak apa-apa, toh tuh guru juga gak bakalan masuk juga.” Solihin cowok yang terkenal alim dikelas X7 itu dengan seriusnya menengadahkan tanganya seolah dia tengah meminta suatu kebaikan, sontak kelakuan Solihin itu langsung mendapat tanggapan.

“Wah hebat lo Soli, doa lo makbul, sering-sering saja lo berdoa supaya tuh hitler gak masuk.” Miun menyahut.

“Pamali lo Soli gak baik ngedoain guru yang jelek-jelek bisa kena tulah lo.” timpal Sinta, tapi nyatanya ucapan sama ekspresi wajah gak sesuai.

“Munafik dasar lo, lo seneng kan pak Top gak masuk.”

“Seneng sieh, heheh.”

“Ehh mending kita kekantin aja deh yuk daripada dikelas." usul Nuri pada sahabat-sahabatnya sambil memasukkan bukunya ditas.

“Gue setuju, laper nieh gue, isi perut gue habis terkuras gara-gara muntah-muntah pas naik bis tadi, malah gak ada satupun rumus yang gue hapal masuk kekepala gue lagi, untungnya tuh guru pada rapat, kalau gak mampuslah gue gak bisa ngejawab.” sela Juli.

“Dasar kampungan naik mobil aja lo  mabok ” ledek Nuri.

Kalimat Juli untuk membalas ledekan Nuri yang sudah mencapai tenggorokan terpaksa harus masuk kembali karna suara teriakan dari arah luar menarik perhatian seisi kelas.

“Woee...bagi lo semua mahluk yang berjenis kelamin cewek semuanya pada keluar, lihat woe, kak Ari kembali.”

 Juli tau itu adalah suara teriakan Via alias sik cebol, tuh anakkan suaranya tinggi melengking dan cempereng, suaranya lebih tinggi dari badannya yang kecil mungil.

Tanpa dikamando anak-anak cewek berlari menghambur keluar begitu kata keramat itu terdengar, iya entahlah apa yang merasuki murid-murid cewek kelas X sehingga nama Ari dikatakan keramat.

“Ayokkk Jul, ini saatnya lo lihat cowok terganteng abad ini.” Nuri setengah menarik paksa tangan Juli, Juli hanya nurut aja, habisnya dia bener-bener penasaran melihat yang  namanya Ari yang selalu jadi buah bibir sahabat-sahabatnya bukan hanya ke-3 sahabatnya saja sieh sebenarnya, hampir semua temen kelasnya, salah ding, yang bener hampir semua anak cewek kelas X sering membicarakan tentang Ari, Ari kerenlah, Ari gantenglah, dan bla bla bla.

Di lapangan basket beberapa anak yang Juli yakin adalah anak kelas XII tengah bermain basket lengkap dengan seragam putih abu-abu mereka, sepertinya mereka mengambil paksa bola itu karna anak kelas X-2  yang tengah olahraga tanpa bimbingan Ptir guru olahraga SMA PERTIWI hanya menjadi penonton dipinggir lapangan, bahkan anak-anak ceweknya menjadi cherleader dadakan karna dari tadi menjerit-jerit meneriakkan satu nama siapa lagi kalau bukan nama Ari.

“Go Ari go, go Ari go.” itulah beberapa diantara teriakan gadis2l-gadis centil yang tengah menggilai Ari.

“Sik badung itu ada disana lagi." batin Juli begitu Melihat Ari diantara cowok-cowok kelas XII tersebut, “Apa mungkin Ari yang dimaksud adalah Ari itu, tapi gak mungkin ah.” Juli berusaha membantah.

 “Ya ampun dia cakep amet.” komentar Karin salah atu temen kelas Juli.

“Satu minggu gak nampak batang hidungnya makin cakep aja tuh calon imam gue.” itu komentar Fika juga temen kelas Juli.

“Aahhh.” terdengar suara iri menyeruak diantara kerumunan cewek-cewek labil yang tengah histeris, “Gantenganlah gue kemana-mana, mata lu semua pada gak beres.”

Satu kalimat itu Cukup ampuh membuat banyak pasang mata cewek menatap sumber suara dengan tatapan siap mengubur orang yang bersuara tadi  hidup-hidup, Miun yang tadi bersuara mengakat tanganya sebagai tanda damai, “Menurut emak gue, gue yang paling ganteng maksud gue.”

“Enyah sono lo.” usir Fika.

“Yeelah galak amet non.“ gerutu Miun.

Juli yang gak tau mana sik cowok nomer satu yang dielu-elukan temen-temannya memandang lapangan dengan fokus, mencoba mencari sosok paling tampan diantara semua anak-anak cowok yang tengah saling merebut bola basket berwarna orange.

Sementara ketiga sahabat Juli dan temen-teman kelasnya yang lain, gak mau kalah dengan cewek dipinggir lapangan, mereka menjerit sambil loncat-loncat, sambil mengelukan nama Ari dengan suara 5 oktaf.

Karna gak berhasil menerka-nerka yang mana cowok ganteng nomer satu yang digila-gilai temen-temannya karna baginya gak ada yang terlalu menonjol dari segi rupa dari semua cowok tersebut, Juli memutuskan untuk bertanya.

“Yang mana sih yang namanya kak Ari itu Mel.”

“Itu....” Imel menunjuk dengan semangat sambil menguncang bahu Juli.

“Yang mana sih.”

“Itu tuh yang rambutnya berantakan paling tinggi paling cakep paling sempurna."

“Hah.” Juli bener-bener kaget dan syok mengetahui kenyataan jari telunjuk Imel mengarah ke arah cowok yang gak pernah masuk dalam bayangannya sebagai cowok tercakep, ”Gak mungkin, gak mungkin dia cowok yang dimaksud oleh temen-temab gue, masak cowok itu yang sering diceritaiin oleh temen-temen gue, cowok tampan nomer satu, sik badung, urakan, kasar, tengil." Juli merasa Imel salah tunjuk, untuk meyakinkan dirinya dia sampai dengan kurang ajarnya menarik kaca mata Via yang terpasang dimata Via.

“Pinjem kacamata lo Via.” sekali lagi Juli bertanya pada Imel, “Uang mana Mel orangnya.”

“Astagaaa panjul, lo buta atau gimana sih.” Imel menghentikan katanya begitu melihat Juli yang sejak kapan pakai kaca mata, “he ehh, lo pakai kacamata segala, mata lo silau saking gantengnya kak Ari.” ledek Imel.

“Panjull....balikin kaca mata gue.” Via yang kesel merebut kacamatanya balik

“Gue Cuma mau mastiin apa penglihatan gue masih jelas apa gak, jadi yang mana nieh orang yang membuat anak-anak cewek kelas X tergila-gila itu.”

“Tuh tuh, ganteng bangetkan.” 

Juli yakin sekarang telunjuk Imel bener-bener mengarah pada sosok cowok yang gak ingin dilihatnya, “Yang rambutnya gondrong itu Mel.”

Juli sangat berharap Imel mengatakan bukan, tapi sayangnnya Imel berkata “Iya.”

“Yang ditelinganya ada tindikan Mel.”

“Iya Julii, ganteng bangetkan dia, kayaknya gue gak bakalan bisa tidur ntar malem.”

“Dia sik nomer satu itu."

 Imel mengangguk antusias, tanpa memperhatikan perubahan diwajah Juli yang ekspresi wajahnya antara campuran shock, kaget dan gak percaya, kok bisa kali ini mata sahabat-sahabatnya gak beres, padahal cowok ganteng yang pernah mereka urutkan sesuai dengan kadar kegantengannya, juli juga menyetujui kalau  mereka tampan dan berhak menempati posisi yang disematkan oleh sahabat-sahabatnya, tapi ini, Juli bingung sendiri karna gak bisa melihat dimana letak kegantengan cowok yang tengah digilai itu.

“Beneran dia cowok cakep nomer satu yang lo pada gilai."

Imel yang dari tadi meladeni pertanyaan yang diajukan Juli dibuat jengkel, “Apaan sieh Jul, ya benerlah dia sik nomer satu yang sering kami bicarakan."

“Tapi diakan cowok yang gue ceritain itu." ucap Juli tanpa sadar menyuarakan fikirannya, walaupun suara Juli gak terlalu besar namun sukses mendapat pandangan dengan ekspresi berbagai macam dari ketiga sahabatnya.

“Maksud lo." ucap mereka serentak membuat Juli hampir terjengkang saking kencengnya suara mereka.

“Pada ngapain ini bikin demo diluar.” suara yang sudah mereka rekam dimemori otak mereka mampu menghentikan kegilaan anak-anak cewek yang menjerit histeris, tanpa ba-bi-bu lagi, tanpa perlu melihat siapa yang menegur mereka, mereka berlari menghambur masuk kedalam kelas, baik Nuri, Imel ataupun Gebi terpaksa memendam sejuta satu pertanyaan mereka akibat ucapan Juli yang asli menjadi kejutan.

Sekarang semua mata setajam ujung pedang memandang Raskin dengan tatapan seolah siap membunuh, Raskin hanya cengengesan sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf v.

“Pak, bukannya ada rapat.“

Nekat tuh anak bertanya, biasanya pak Taofik bakalan marah kalau ada pertanyaan gak penting yang tidak berkaitan dengan materi yang diajarkan, seperti pertanyaan yang dilontarkan tadi, nah tuhkan bener, wajah angker pak Taofik semakin mengerut mendengar pertanyaan tadi, setelah memunculkan ekspresi yang membuat mereka jantungan akhirnya pak Taofik menjawab juga dengan suara dinginnya yang datar.

”Maaf mengecewakan kalian, saya yakin kalian sudah bikin syukuran atas berita tersebut, tapi sayang rapatnya diundurkan, jadi sekarang kumpulkan buku catatan kalian dan vuma ada kertas dan polpen yang boleh ada dimeja kalian.”

“Yah...." mereka mengeluh tapi tentu saja dalam hati masing-masing, cari mati namanya kalau menyuarakan protes mereka

******

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!