BAB 16

Dibelakang setelah Juli berlalu, Al tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya, dia sampai memegang perutnya saking gelinya,”Dasar gadis ceroboh, tapi tuh anak lucu sieh.” ucapnya pada diri sendiri, ”Kenapa tadi gue gak foto dia aja, ekspresi wajahnya bener-bener lucu.” kini Al senyum-senyum sendiri membayangkan ekspresi gadis barusan yang menabraknya.

“Heh, kenape lo senyum-senyum sendiri, kesambet jin ifrit lo.” sebuah tangan merangkul bahunya dari samping.

“Lo ngagetin gue aja, udah kayak tuyul tiba-tiba nongol.” Al melepaskan rangkulan Iqbal sahabatnya sekaligus temen sekelasnya yang menjabat sebagai ketua kelas, ”Dan maaf yah gue gak mau disangka homo gara-gara orang melihat lo ngerangkul gue.”

“Sialan lo.” Iqbal meninju legan Al, "Gue juga gak doyan ya sama lo meskipun lo cowok rebutan semua anak cewek disekolahan, gue masih normal." kekehnya, "Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa lo senyum-senyun sendiri, bukan lo banget senyum-senyum gak jelas kayak tadi.”

Bukannya menjawab pertanyaan Iqbal yang dari tadi penasaran, malah senyum Al semakin lebar, ”Rahasia ilahi donk." ucapan Al membuat Iqbal semakin penasaran, tapi begitu Iqbal akan mencecar Al kembali, Al sudah keburu menaiki tangga yang membawa mereka ke lantai tiga tempat semua kelas XII berada.

Iqbal  yang belum menyerah, dia kembali mengangkat topik Al yang senyum-senyum sendiri begitu berhasil menyejajarkan langkah mereka, ”Gue tau nieh, lo senyum-senyum pasti gara-gara cewek kan, ayok ngaku lo."

“Sok tau lo ah.”

“Haha, tuh kan bener, lo gak bisa bohong sama gue, lo itu kayak buku yang terbuka, gampang dibaca.”

Al reflek memegang wajahnya, ”Emang gue segitu bisa dibacanya yah.”

Mengabaikan kata Al, Iqbal menanyakan pertanyaan lanjutan, “Siapa sih cewek yang bikin lo senyum-senyum  itu, lo suka yah sama dia.” Iqbal semakin gencar menggoda Al.

Bersahabat sejak SMP membuat Iqbal tau luar dalam tentang Al, selama ini yang dia tau Al hanya pernah suka sama satu cewek yaitu Ratu sik cewek populer sekaligus yang menjabat sebagai kapten chers disekolah mereka saat ini, tapi sayangnya Al harus memendam perasaannya karna diwaktu bersamaan cewek yang disukainya itu tengah berpacaran dengan orang yang gak ingin disakiti oleh Al, namun ternyata perasaan Al tidak bertepuk sebelah tangan karna Ratu juga ternyata menyukainya dan pernah dengan terang-terangan mengajaknya untuk selingkuh, Al yang waktu itu gelap mata mengiyakan ajakan Ratu untuk menjalin hubungan diem-diem, tapi toh akhirnya dia sadar telah menyakiti seseorang yang berharga baginya, dan pada akhirnya Al memilih melepaskan Ratu walaupun dia menyukai gadis itu dan memilih untuk menguburkan perasaannya.

Al memutar matanya ke arah Iqbal “Sok tau banget sieh lo, siapa juga yang suka sama tuh cewek, orang gue juga baru ketemu sekali ini.”

“Ailaahhh, ngeles aja kerjaan lu, kan gue udah bilang lo kayak buku yang terbuka, gampang dibaca, senyum-senyum dipertemuan pertama itu adalah tanda-tanda...”

“Suka, itukan yang mau lo bilang.” Al membantu Iqbal menuntaskan kalimatnya, “Emang dasar otak lo geser, emang senyum berarti suka.”

“Menurut novel yang gue baca, ciri-ciri cowok yang suka terhadap cewek salah satunya adalah senyum-senyum gaje kayak lo.”

“Gue makin yakin otak lo geser Bal, cowok mana yang hobinya baca novel menye-menye kayak lo.” Al geleng-geleng, gak habis fikir dengan hobi sahabatnya itu yang doyan banget baca novel, memang sieh Iqbal terobsesi dengan segala hal yang berbau romantis, mulai dari nonton film romantis sekelas titanic dan twilihght, baca novel-novel romantis seperti fifty sades of grey, nonton drama korea yang menurut Al menye-menye, ketika Al menanyakan kelainan sahabatnya itu karna 99,9999 cowok didunia nyata menyukai film action dan novel misteri, Iqbal menjawab dengan bangga, “Itulah yang gak lo tau, 99,9999 populasi cewek didunia menyukai hal-hal romantis, sebelum terjun kedunia nyata, gue kudu belajar dulu donk lewat film atau bacaan, bagaimana menjadi cowok romantis profesional.”

Nyatanya sampai sekarang Iqbal gak pernah berhasil menaklukkan sepotong mahluk bernama cewekpun diplanet bumi ini.

“Lagak lo, emang pernah gitu ada cewek yang mau sama lo.”

“Hehee, saat ini sieh belum Al."

***

"Shitt." Ari mengumpat saat melihat bu Dewi berjalan berlawanan arah dengannya, mau sembunyi tidak mungkin karna bu Dewi sudah terlanjur melihatnya.

Dari jarak beberapa meter sorot mata milik bu Dewi menatap Ari dengan tatapan horor membuat Ari bergidik, apalagi selama beberapa hari ini dia tidak pernah masuk membuat Ari makin yakin dia akan mendapat dobel omelan.

"Oke Ari, tenang, jadi anak baik dan berbakti dan jangan sampai buat bu Dewi marah besar." Ari menasehati dirinya sendiri.

Maka, dengan menyunggingkan senyum ciptadennya dia berjalan menghadapi bu Dewi, kian dekat, wajah merah padam bu Dewi semakin jelas terlihat, Ari yang telah memantapkan dirinya menghadapi bu Dewi seketika menciut, namun dia berusaha tetap tenang dan memasang senyum, senyum yang membuat cewek klepek-lepek, namun tentu saja senyum manis itu tidak mempan buat bu Dewi.

"Assalammualaikum bu guru cantik, makin glowing aja bu Dewi makin hari, pasti suamianya ibu makin cinta ya sama ibu." sapa Ari menjilat, persetan fikirnya, pokoknya dia harus bersikap semanis mungkin untuk menghindari badai amarah bu Dewi.

Ibu Dewi terlihat membuka bibirnya bersiap menyemburkan lava berupa omelan, namun Ari buru-buru meraih tangan bu Dewi dan meletakkannya dikeningnya bagaimana layaknya seorang murid, fikir Ari, siapa tahu juga bu Dewi luluh kalau melihatnya jadi penurut begini, tapi dugaan Ari salah, nyatanya, bu Dewi tetap ngomel-ngomel,

"Ari, kamu itu selalu saja buat ulah, sudah tidak pernah masuk, dan giliran masuk kamu terlambat lagi." bu Dewi memulai.

"Astaga, udah gue jilat sedemikian rupa masih saja marah, gue pakai bohong segala lagi ngatain dia cantik, kan dapat jadi dapat dosa karna bohong." lirihnya dalam hati.

Yang dilisankan adalah, "Jawab dulu salam saya ibu, kata pak Mus guru agama di SMA PERTIWI, menjawab salam itu wajib lho hukumnya."

"Anak ini ya bener-bener, dia malah menceramahi." kalimat yang hanya diucapkan oleh bu Dewi dalam hati saja, "Walakumusslam Wahyu Arial Dirgantara." bu Dewi memaksakan dirinya tersenyum.

"Nahh gitu donk bu guru senyum, kan cantik, saya yakin suami ibu pasti klepek-lepekkan."

Bu Dewi mengabaikan ucapan Ari, dia kembali pada inti, "Jadi Ari, karna kamu telat dan ditambah kamu tidak pernah masuk, oleh karna itu kamu harus membersihkan semua toilet yang di lantai satu." 

"Apa." Ari terkejut, "Akhh ibu yang benar saja, masak cowok secakep saya disuruh membersihkan toilet, gengsi donk bu."

"Jangan banyak bantah Ari, itu hukuman bagi anak yang tidak patuh pada peraturan sekolah."

"Dasar diktator, saya doakan anaknya mirip Hanoman." doa Ari dengan suara kecil.

"Apa kamu bilang Ari." ternyata suaranya bisa didengar oleh Bu Dewi.

"Akhhh itu saya bilang waktunya Dora untuk mencari kotak harta karun." jawabnya ngaco.

"Ada-ada saja kamu, cepat ambil peralatan pel pada pak Surip."

Dengan terpaksa Ari melakukan perintah bu Dewi.

***

Memasuki kelas, Juli masih mengelus keningnya yang memerah akibat menabrak pilar penyangga sekolah, memang sakit, tapi dia jauh lebih malu, apalagi dia menabrak pilar didepan Al, laki-laki yang dia sukai.

Tapi selain kesialan itu, keberuntungan juga tengah menyertainya karna bu Veni ternyata tidak masuk, sehingga dia bisa masuk ke kelas dengan tenang, berulangkali dia mengucapkan syukur alhamdulilah.

“Tumben banget lo telat, biasanya juga ayam belum berkokok lo udah nyampai disekolah ” introgasi Nuri yang duduk semeja dengannya 

“Tuh motor sialan April mogok.” adunya.

“Terus kok lo bisa masuk Jul, bukannya gerbang dikunci setelah bel pertama berdentang.” 

“Oh itu, gue dibantuin sieh.”

“Siapa” Gebi yang juga penasaran bertanya, padahalkan dari tadi dia sibuk komat kamit menghapal rumus fisika, ternyata suara Nuri yang mengintrogasi Juli membuatnya gak konsen.

“Cowok”

“Lo kenal gak orangnya.”

“Antara iya dan gak.”

“Lho kok gitu.”

“Lo pada masih inget gak, gue pernah cerita kalau gue dulu pernah ditangkap Polisi waktu razia gabungan.”

“Pas lo disangka pedagang liar itu.”sela Nuri.

Juli mengangguk, "Terus apa hubungannya.” cecar Gebi, sekarang dia berfokus mendegar, bukunya dimasukkan ke peristirahatannya didalam laci mejanya.

kening Nuri mengerut menandakan dia bingung, apa hubungannya antara ditangkap polisi dengan siapa yang membantu Juli masuk.

 “Nah cowok yang  nganter gue itu ternyata anak sekolah sini juga, dia juga terlambat makanya sekalian dia nolongin gitu”terang juli di lidah,  “yah walaupun sebenarnya dia nolongnya terpaksa sih.”tambahnya dalam hati.

Juli masih menyembunyikan tentang nama cowok yang menolongnya itu, mengingat nama cowok tampan nomer satu satu yang dipuja-puja sahabatnya juga adalah namanya Ari.

“Ganteng Jul anaknya." Nuri bertanya.

“Gue kan udah bilang waktu itu orangnya B aja, gak ada cakep-cakepnya”

“Karna lo lihatnya malam waktu itu, siapa tau karna gelap jadinya lo gak bisa melihat dengan jelas dia ganteng atau gak.”,

“Terus karna matahari bersinar dengan terang bisa merubah bentuk wajahnya jadi ganteng gitu, yeee mata gue masih sehat kali Nur, malahan nieh yah kalau menurut pengamatan gue nieh, tuh cowok kayaknya bener-benar berandalan tulen.”

“Lo memang sok tau Jul, lokan Cuma ketemu dua kali, lagian lo aneh deh nuduh yang enggak-enggak, kalau cowok berandalan mana mau dia nolongin lo.” sahut Gebi.

“Gue gak asal sebut kali, fakta lho yang berbicara, coba,cowok baik-baik mana yang ditangkap polisi, ditambah penampilannya juga urakan, bertindik, rambutnya gondrong acak-acakan kayak kuli panggul dipasar, terlambat lagi, bener-bener paket komplit tuh dia, ihhh pokoknya jangan sampai deh gue ditolong lagi sama dia, ngeri juga gue, kalau gak dalam kpepet sieh gue ogah ditolongin.”

“yeee lo ditolongin gak ada terimakasihnya, malah ngejelekin orangnya lagi.”

“Penasaran gue sama tuh cowok, pokoknya pas ntar istirahat lo harus nunjukin tuh cowok yang udah nyelamatin nyawa lo dua kali itu pada kita, kalau perlu kenalin kekita lah.” Gebi mengangguk sepakat dengan ide Nuri.

“Gila lo yah, ogah gue ah, ntar dikira gue naksir dia lagi sama dia.,”

“Lo udah ngucapin terimaksih gak sama dia.”

“Gaklah ngapain.” Juli menjawab polos.

“Huhhhhh.” Nuri mendorong lengan Juli, ”Gak tau diri banget sieh lo."

“Bener tuh Jul, lagian kalau tuh cowok kalau difikir-fikir kayak super hero banget gitu, selalu nolongin lo di saat lo bener-bener mengalami kesusahan, ciri-ciri nieh tuh cowok yang bakalan jadi jodoh lo.”

“Eh, amit-amit deh, jangan sampai.”,

Tapi mau tidak mau Juli memikirkan sieh kata sahabat-sahabatnya, cowok itu selalu membantunya disaat bener-bener kpepet ,yah walaupun dia pakai ngomel dan gak setuju sih awalnya, bahkan pertolongan cowok tersebut selalu diakhiri dengan hinaan yang dilontarkan dari bibirnya, tapi tetep aja dia nolongin, malah Juli gak pernah bilang makasih lagi, tapi Juli gak mau ambil pusing dia Cuma berharap gak pernah bertemu cowok itu lagi, tapikan kemungkinanya kecil karna mereka satu sekolah.

***

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!