“Kemana aja lo bro hari gini baru nongol.” itulah kata sambutan yang menyambut kedatangan Ari yang berasal dari bibir Sapto begitu deru motornya terhenti disebuah pelabuhan tempat dimana anak-anak badung itu nongkrong dimalam hari.
Ari yang niat awalnya ingin pulang dan beristirahat membelokkan motornya menuju pelabuhan, dia malas berada dirumah, mengingat rumah megah dan besarnya hampa tanpa ada kehangatan.
“biasa, gue nongkrong ditempat paforit gue terlebih dadulu.” Ari menjawab santai.
“Kantor polisi, lo ditangkep lagi.” Sapto mengonfirmasi.
“Siapa lagi yang perhatian sama gue selain mereka yang kerjaannya ngejar-ngejar gue.”
“Lo kenapa lagi men sampai ditangkap.” sela Dio.
“Gue dijebak sama sik Sueb sialan itu, gue ditantang balap sama dia.”
“Wah gak bener nieh sik Sueb itu harus dikasih pelajaran, berani-beraninya dia jebak lo.” Ecal mengompori.
“ Bener itu setuju gue, lagian tangan gue udah gatal minta tumbal.” wahyu yang dari tadi menjadi pendengar menyetujui.
“Ada apa, apa yang terjadi, tumbal apa maksud lo, tumbal supaya dapat uang seperti difilm-film indosiar itu." Acux yang baru bergabung main nyambung aja, dia dan Aceng sejak tadi lari-lari gak jelas mengelilingi pelabuhan, katanya olahraga untuk menunrunkan berat badan.
"Kalau lo gak tahu duduk perkaranya, jangan main nyambung aja, dasar gentong."
"Biarin aja, mulut, mulut gue, mau apa lo." Acux nyolot.
"Lo pada ngomongin apaan sieh sebenarnya." kini giliran Aceng yang bertanya.
"Tuhh." Sapto mengedikkan kepalanya ke arah Ari, "Sik bos dijebak sama Sueb."
"Apa, brandalan itu berani-beraninya ngejebak lo bos, gak bisa dibiarin ini, kita harus ke rumahnya langsung ngasih pelajaran, dibikin mampus sekalian."
Anggota yang lainnya mengangguk menyetujui, anak-anak badung itu begitu sudah siap bertempur.
Begitulah yang terjadi sejak zaman dahulu kala, permusuhan antara SMA PERTIWI dan SMA TUNAS HARAPAN, permusuhan abadi yang diwariskan oleh kakek buyut masing-masing alumni yang dilanjutkan oleh adik-adik mereka, permusuhan yang sudah mendarah daging yang sepertinya mustahil untuk dihentikan, hanya keajaiban Tuhan yang bisa menghentikan permusuhan kedua kubu, (Lebay.)
"Bagaimana Ri, kita sekarang anak-anak TUNAS HARAPAN ditongkrongannya sekarang." Acux menggebu-gebu.
Ari mendengus melihat semangat Acux, pasalnya nieh anak kalau dipertempuran hanya bisa jerit-jerit persis kayak cewek, "Lagak lo, palingan kerjaan lo hanya jerit-jerit ditengah pertempuran."
"Hehe." cengengesan dia, "Yang pentingkan gue ikut ambil bagian meskipun hanya jerit-jerit."
"Sotoyy." Aceng menoyor kepala sahabatnya.
"Untuk malam ini, gue lagi malas bertempur, gue capek jiwa dan raga." Ari menolak usulan teman-temannya untuk membalas Sueb.
"Yahhh, gak asyik lo Ri." temen-temannya mendesah kecewa.
"Cuxxx, pijitin gue." perintah Ari.
"Beres bos, asal jangan lupa pajaknya." biasa maksud sik Acux adalah traktiran.
"Beres itu."
Acux mengambil tempat dibelakang Ari dan mulai memijat bahu Ari, sedangkan Aceng duduk disebelah Ari, "Emang lo habis ngapain bos sampai capek jiwa raga begini."
"Baru pulang gue dari kantor polisi."
“Tumben lo dibebasain gitu aja, biasanya juga lo nginep dikantor polisi.”
Ari mengangkat bahu acuh tak acuh, “Gue juga heran, tumben tuh om gue yang biasanya lebih sayang sama kerjaannya rela turun tangan lebih cepat, sebenarnya sieh gue gak begitu lama dikantor polisi kurang 30 menitlah.”
“Kenapa lo baru nyetor tampang lo sekarang kalau gitu, kalau lo dibebasain beberapa jam yang lalu.”
“Gue dikasih tugas mulia oleh perjaka butut itu.”
teman-teman Ari terkekeh mendengar cletukan Ari yang ditujukan pada Doni polisi yang juga sering mengurus mereka kalau bermasalah.
“Widihh, tugas yang kayak gimana tuh, mencari kitab suci bersama saudara lo Sun Gokong, atau menyelamatkan putri Fiona bersaing dengan Shrek.” Sapto meledek.
“Nganterin cewek yang kebetulan tengah bermasalah di kantor polisi..”
Teman-teman Ari termasuk Acux dan Aceng saling melempar pandangan satu sama lain, kata cewek yang keluar dari bibir Ari tentu saja membuat mereka tercengang, pasalnya setelah putus dengan cinta pertamanya, ini untuk pertama kalinya mereka mendengar Ari menyebut tentang cewek.
”Wieh, cewek Ri.” ungkap mereka bersamaan kayak memiliki telepati.
“Kenapa wajah lu pada kayak gitu, kayak gak pernah denger kata cewek aja.”
“Cewek Ri.” ulang Ecal untuk memastikan pendengarannya.
“Apaan sieh lo.” bentak Ari melihat tingkah teman-temannya.
Sapto dan Wahyu bertatapan kemudian kembali memandang Ari dengan seringai jail.
"Siapa nama tuh cewek Ri."
"Februari, Maret, April, ah entahlah, gue gak inget."
Tentu saja teman-teman Ari serentak tertawa apalagi mengingat Ari payah dalam hal mengingat.
“Tumben nieh lo mau berurusan lagi dengan cewek, kita fikir lo udah alergi dengan mahluk bernama cewek setelah putus dari Ratu." ujar Ecal.
“Lo jangan ngeledek gue deh Cal."
“Seriusan, gue kira lo berubah menjadi gay Ri. ” Ecal nyengir mengucapkan hal tersebut tanpa dosa.
“Sialan lo, gak pernah gandeng cewek bukan berarti gue gay, lo kalau ngambil kesimpulan sadis amet.”
teman-teman Ari terkekeh, ”Sori bro, habisnya tampang kayak lo gini selama ber abad-abad gak punya cewekkan kan aneh.”
“Secantik apa tuh cewek sampai lo mau menyusahkan diri nganterin, biasanya juga lo gak peduli, lebih cantik dari sang mantan ya.” Aceng menaik turunkan kedua alisnya menggoda.
“Gue sieh gak kayak lo ya merhatiin apa tuh cewek cantik apa gak, gue murni melakukan hal itu karna ikhlas dan demi kemanusian." imbuhnya, padahal kerjaannya ketika nganterin Juli ngomel-ngomel terus, emang itu bisa dikategorikan dengan ikhlas.
"Hahaha." teman-temannya yang sudah tahu sifat Ari yang sangat dingin terhadap cewek tentu saja tidak percaya dengan kata-kata Ari, makanya mereka pada tertawa.
"Sejak kapan lo tulus dan ikhlas nolongin cewek, paling-palingan terpaksa karna diancam Doni."
"Yahh sebenarnya sieh iya, gue dipaksa sama sik perjaka butut sialan itu." Ari ngaku, "Gue gak mau nganterin, males gue, yah tapi karna gue tengah berurusan dengan Doni dan kebetulan tuh cewek juga tengah bermasalah jadinya gue deh ketiban sial nganterin tuh cewek, tuh cewek bener-bener bodoh parah, masak jalan pulang kerumahnya aja dia gak tau, bikin gue muter-muter sampai tersesat segala.”
Serentak teman-temannya yang berkumpul dipelabuhan yang biasa digunakan untuk berkumpul tertawa mentertawakan Ari.
“Modus tuh woe.” teriak Dio yang duduk satu meter dari mereka, “Tuh cewek cuma pengen nempel lebih lama aja dipunggung lo Ri."
“Gimana rasanya, ngerasain yang empuk-empuk gak lo.”
Ari menyambit Radit dengan botol kosong, “Dasar otak mesum.”
Radit berhasil berkelit tawanya makin menjadi-jadi.
“Kayaknya lo bakalan jodoh tuh.” Dimas salah satu yang tergabung dalam komplotan geng motor yang dari tadi hanya jadi pendengar menukas, ”Ketemunya di tempat yang romantis, idihh, kok gue yang jadi baper begini.”
Ari mendengus kasar saking keselnya karna ledekan teman-temannya.
"Anjirr lo pada."
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments