BAB 8

Dan akhirya setelah perjuangan yang cukup lama, motor Ari berhenti disebuah rumah mungil berlantai dua, yang merupakan rumah Agus kakaknya Juli, saking bersyukurnya juli langsung meloncat turun dari boncengan motor Ari yang membuat barang bawaanya menyenggol lengan Ari.

“Lo gak bisa apa pelan.” protes Ari.

“Maaf.”

“Ini rumah lo.” Ari bertanya sambil mengamati rumah tersebut.

“Bukan, ini rumah kakak gue." Juli mengklarifikasi.

“Sama aja, rumah kakak lo yah rumah lo juga.”

"Bedalah, ini rumah kakak gue, dibeli dengan hasil keringat sendiri, jadi ini bukan rumah gue, gue hanya numpang."

"Lokan adiknya, berarti rumah ini otomatis rumah lo juga kan." nyolot.

Etdah, perkara rumah saja mereka perdebatin.

“Apa kata lo deh, yang waras ngalah.” imbuh Juli malas berdebat untuk hal yang tidak penting ini.

“Gue langsung balik aja, lo gak perlu nyuruh gue untuk mampir karna gue gak bakalan  mau, lagian kayaknya gue bakalan berhibernasi lebih cepat daripada biasanya, badan gue pegal-pegal muterin Jakarta gara-gara lo.” seru Ari.

“Nieh cowok  kepedeannya udah stadium akut yah, siapa juga yang bakalan nyuruh dia mampir yang ada juga gue gak mau deket dia lebih lama lagi.” Juli membatin.

Juli kemudian melisankan, “Lebay banget sieh lo, katanya anak motor, baru gitu aja capek."

Ari mendengus kasar, "Gampang lo ngomong begitu, kerjaan lo cuma duduk manis dibelakang, ya gue yang pegang stir capek jiwa dan raga, harusnya sieh lo balas jasa dengan mijitin gue seumur hidup lo. "

"Gak ikhlas banget sieh nolonginnya."

"Udah malam, mending sana deh lo cepatan balik.” karna gak mau berdebat lagi, Juli meminta Ari untuk segera pulang.

Pengusiran itu jelas membuat Ari tersinggung

“Wah diusir gue, lo jadi cewek yah bener-bener deh, bilang terimaksih kek, suruh gue mampir kek, lo pijitan gue kek.”

“Plin-plan amet sieh lo, tadi lo bilang gue gak perlu nyuruh lo mampir.”

“Lo basa-basilah dikitlah, jadi orang gak peka banget, udah ditolongin juga,”

1 menit lagi berada didekat nieh cowok udah sangat pasti Juli bakalan berubah menjadi kompor gas yang sudah sangat siap meledak, namun dengan sedikit kontrol dengan suara dimanis-maniskan Juli berkata, “Makasih udah nolongin gue ya Ari, lo mau mampir dulu gitu sambil ngeteh, atau lo mau makan malam gitu dirumah gue.”

“Kagak mau.” aAi menjawab cepat, “Ntar gue diracun lagi, lo kan bodoh, ntar racun lo sangka gula lagi."

Belum  sempet Juli membalas ucapan Ari, cowok itu langsung melesat seperti diterbangkan angin meninggalkan kedongkolan Juli.

”Huhhh, dasar cowok menyebalkan, tapi gue doakan lo selamat karna lo udah nganterin gue.” teriaknya.

Juli melangkah dengan gontai membuka gerbang rumah  yang ternyata tidak dikunci, ,”Ceroboh amet mbak Atun, ntar kalau ada rampok atau maling gimana, bisa ludes harta kakak gue diembat.” Juli ngomel, berjanji dalam hati untuk memperingatkan mbak Atun supaya tidak lupa lagi mengunci gerbang.

“Aduhh punggung gue pegel-pegel, tangan gue juga.” keluhnya sambil melangkah memasuki halaman rumah.

Juli melirik kearah garasi dan melihat mobil kakaknya terparkir disana, “Jadi kak Agus udah balik, ih jahat banget sieh ninggalin gue, kak Agus ternyata bener-bener ninggalin gue, apa mungkin kak Agus gak sanggup lagi nampung gue dirumahnya, kalau memang udah gak sanggup kenapa gak balikin gue aja ke Ayah, kenapa pakai ninggalin gue segala di mall.” fikiran negatif tentang kakaknya yang memenuhi kepalanya membuatnya bersedih dan ingin menangis.

Juli mengetuk pintu tanpa tenaga dan mbak Atunlah yang membukakan pintu untuknya.

“Neng Juli.” pekik mbak Atun ART yang bekerja dirumah kakaknya, "Mas Agus, mas April, neng Juli sudah kembali.”  mbak Atun berteriak heboh.

Dari arah dalam terdegar derap langkah menyongsong keluar, “Astagaa Juli kamu kemana aja sieh, kakak sangat khawatir, kamu kenapa ninggalin kami tanpa pemberitahuan.” Agus yang biasanya irit bicara, tapi karna rasa khawatir terhadap adik perempuannya tanpa sadar dia mengintrogasi Juli bertubi-tubi, sedangkan yang ditanya gak tau harus menjawab atau sebaliknya menyalahkan kakaknya terlebih dahulu karna menurut satpam yang ditanyai, kakaknya sudah balik duluan meninggalkannya.

“Lo bikin panik aja, ngelayap kemana dulu sieh.” sambar April, “Kebiasaan lo di Mataram jangan dibawa ke Kakarta donk, ini kota besar yang tingkat kejahatannya tinggi, kalau lo diculik gimana, dirampok, diperkosa.”

“Bawel lu ya.”

“Iya neng Jul, mas April bener, kami disini panik banget, kirain terjadi apa-apa dengan neng Jul, malahan tadi mas Agus sudah berniat melaporkan hilangnya neng Juli kekantor polisi, tapi karna belum dua puluh empat jam, mas Agus mengurungkan niatnya, tapi syukur neng Kuli bisa  balik dengan selamat sekarang.”

“Bukannya kak Agus yang ninggalin aku.” cetus Juli memilih bertanya balik ketimbang menjawab pertanyaan 3 orang yang tengah menghawatirkannya ini.

“Lho, siapa yang ningggalin kamu sih, masak iya kakak tega membiarkan adik kakak luntang lantung didaerah yang gak begitu dikenalnya.” “

“Lagian lo tau dari mana sieh kita ninggalin lo.” sambung April lagi.

“Aku nyari diparkiran kak, aku sampai  nanya ke satpam segala dengan menyebutkan ciri-ciri kakak, katanya kakak sudah balik.”,

“Ada yang lupa kakak beli, makanya kami balik lagi kedalam, kakak nelpon ke HP untuk memberitahu kamu tapi gak diangkat.“

“Itu hpnya Juli tertinggal kak, Berarti yang dimaksudkan satpam itu bukan kakak donk.” oke Juli harus memblack list sesi menyalahkan kakaknya karna ternyata Agus tidak pernah meninggalkannya, kalau ada yang mau disalahin adalah satpam begok yang salah ngasih info.

“Gue juga disuruh kak Agus tuh meriksa keberadaan lo ditoilet dan sempet nanya juga sama satpam dan ngasih tau kalau lo udah balik, sepanjang jalan gue memanjangkan leher gue siapa tau bisa ketemu lo dijalan, lebih parahnya lagi gue sama kak Agus harus menahan malu untuk meminta tolong pada petugas mall untuk mengumumkan orang yang tengah hilang."

Meskipun mengatakan “Menahan malu." tapi raut wajah April ketika mengatakan kalimat terse ut berubah jail, “Dan lo tau Julet, si petugas itu nanya umur berapa tahun mas adiknya yang hilang, yah gue jawab aja umurnya 16 tahun, tuh sik mbak gue yakin mau ketawa, tapi dia menahannya karna melihat wajah panik kak Agus, gue sempet lihat sik mbak menunduk sambil memegang perutnya untuk menahan tawanya ketika selesai mengumumumkan tregedi ilangnya elo lewat pengeras suara." saat memberitahukan akan hal ini, April juga terlihat akan tertawa.

“Aprilll, malu-maluin gue aja lo.” walaupun gak berada dimall waktu itu, tapi membayangkan namanya diumumkan lewat pengeras suara membuatnya malu, kalau anak kecil yang hilang ditengah keramain mall kan wajar, nah dia udah segede gaban masak bisa hilang.

Tawa April meledak, Juli jelas jengkel berat sama adiknya tersebut, tawa April terhenti begitu menyadari pandangan tajam Agus.

 “Siapa yang nganter neng Juli pulang.” mbak Atun bertanya, pertanyaan penting yang seharusnya ditanyakan pertama kali.

“Eh itu anu, ada orang baik hati yang nganterin Juli." Juli menjelaskan, ”Idihhh, baik hati dari kalahari mkasud gue.” tambah Juli dalam hati, Juli memilih berbohong ketimbang menceritakan kejadian sebenarnya, kalau sampai dia menceritakan apa yang dialaminya, bisa-bisa April tertawa 7 hari tujuh malam dan akan menjadikan peristiwa itu sebagai bahan materi untuk meledeknya sampai akhir hayatnya.

“Kenapa gak disuruh mampir Jul, kakakkan mau ngucapin terimaksih sama orang yang telah mengantarkan kamu, kakak berhutang budi.”

“Juli suruh mampir kok kak, tapi dia katanya buru-buru.” Juli  berbohong lagi.

"Sayang sekali, padahal kakak berterimakasih sekali dia mau mengantar kamu."

"Ya udahlah kak gak usah difikirin, mungkin dia tipe orang yang ikhlas membantu orang tanpa mengharapkan balasan." berbohong lagi biar cepat selesai urusan, "Ikhlas apaan, kerjaanya sepanjang jalan merepet terus." ujarnya dalam hati.

“ Masih ada orang baik dizaman sekarang, bener-bener sesuatu hal yang langka."

"Ya udah kamu istirahat sana, kamu pasti capek."

"Baik kak."

Juli juga baru merasakan duduk cukup lama diatas motor membuat punggungnya pegel-pegel dan rasanya tempat tidur merupakan hal utama yang dibutuhkannya saat ini.

*******

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!