Juli, nama panggilan gadis yang baru beranjak remaja itu, satu minggu kemarin dia baru merayakan ulang tahunnya yang ke 16, gadis remaja tersebut tidak henti-hantinya mengagumi kota jakarta, mulai dari kepadatan lalu lintasnya, gedung-gedung pencakar langitnya yang menjulang tinggi, deretan pertokoan yang berjajar sepanjang jalan yang dilewatinya, para pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dipinggir jalan, sedetikpun dia tidak mengalihkan pandangannya dari jendela mobil yang terbuka menyaksikan kerlap kerlip kehidupan metropolis kota jakarta yang dulu hanya disaksikannya lewat televisi.
Meskipun berasal dari kota kecil, Juli bukanlah gadis kampungan atau gadis katrok yang jauh dari peradaban, tapi tetap saja menyaksikan secara langsung hal-hal yang dulunya hanya dilihat melalui media televisi membuatnya tidak bisa menahan decak kekagumannya.
Gak berbeda jauh dengan Juli, April adik Juli, cowok tanggung yang baru duduk dikelas VIII SMP itu juga melakukan hal yang sama dengan Juli sang kakak, sorot matanya berbinar-binar disepanjang jalan yang mereka lewati, bibirnya terus bergumam mengagumi ibu kota negara Indonesia itu.
Sedangkan duduk dibelakang kemudi, Agustus yang biasanya dipanggil Agus, kakak tertua dua remaja tersebut hanya memaklumi kelakuan kedua adiknya yang untuk pertama kalinya baru menginjakkan kakinya di ibu kota, salah satu kota tersibuk dindonesia.
“Seperti ini Jakarta dimalam hari, keren ya." ungkap April takjub.
“Emang sieh kita berasal dari kota kecil Pril, tapi jangan kelihatan noraknyalah, malu-maluin.” Juli melayangkan ledekannya.
“Heran gue sama lo, kerjaan lo komentar mulu, kenapa lo gak jadi komentator bola aja.”
Juli sudah akan membalas namun Agus keburu menengahi.
“Sudah-sudah hentikan, kalian sudah sebesar ini masih saja suka saling ledek.”
Dan dua saudara yang sudah mirip Tom and Jerry dalam versi nyata itu bungkam untuk sesaat.
Masing-masing nama 3 bersaudara itu sesuai dengan nama bulan kelahiran mereka, Juli yang lahir dibulan Juli diberi nama Juliansari Amarta, sedangkan April yang jelas lahir pada bulan April dengan nama panjang April Nizam Rahadi, dan Agus, kakak tertua kedua remaja tersebut yang lahir dibulan agustus diberi nama Agustus Hardiansyah, ketika ayah dan ibu mereka ditanya kenapa ngasih anak-anak mereka dengan nama bulan dalam penanggalan masehi, jawabnya simpel aja “Agar tidak lupa dengan bulan kelahiran anak-anak mereka.” ya mungkin mereka sadar semakin bertambah umur membuat daya ingat semakin berkurang, sehingga ketika mereka pikun beneran mereka tidak lupa dengan bulan kelahiran dan ulang tahun anak mereka.
Sudah satu minggu Juli dan April di Jakarta, selama seminggu itu kerja mereka cuma berdiam diri dirumah Agus tanpa melakukan kegiatan apapun, kerjaan mereka kalau gak makan, ya tidur, sebuah kombinasi yang membuat remaja seperti mereka udah pasti jenuh.
Sedangkan Agus, laki-laki lajang itu sibuk bekerja, saking sibuknya Agus belum sempat mengajak adiknya jalan-jalan melihat keindahan kota Jakarta, dan untuk pertama kalinya dalam satu minggu ini Agus pulang cepat dari kantor, sehingga meskipun lelah dia yang merasa bersalah sama kedua adiknya karna selama satu minggu ini mengabaikan mereka, makanya begitu pulang dia mengajak adiknya jalan-jalan sekaligus untuk membelikan adiknya perlengkapan sekolah karna beberapa hari lagi adik-adiknya sudah akan masuk sekolah mengikuti tahu ajaran baru, dan Agus telah mendaftarkan masing-masing adiknya disekolah yang memiliki kualitas yang bagus.
Juli dan April sih sebenarnya dua tipe remaja yang gak bisa berdiam diri, mereka cendrung aktif dan bukan tipe anak rumahan, tapi karna berhubung mereka gak tau seluk beluk kota Jakarta dan seandainyapun nekat menjelajah kota Jakarta mereka takut tersesat, jadinya mau gak mau dan dengan sangat terpaksa mereka harus ngedekam dirumah Agus dengan rasa jenuh tingkat tinggi, makanya ketika diajak Agus untuk jalan-jalan sekaligus untuk membeli perlengkapan sekolah mereka yang tahun ini juli memasuki bangku SMA sedangkan april duduk dibangku kelas delapa SMP, ajakan Agus begitu disambut antusias oleh keduanya dengan suka cita, dan disinilah mereka bertiga sekarang, tiga bersaudara yang duduk didalam satu buah mobil yang melaju bersama mobil lainnya membelah kepadatan jalan raya ibu kota Jakarta yang penuh polusi.
Juli, gadis itu sebenarnya sering mengalami gejala morning sickness jika naik segala jenis mahluk bernama mobil, pesawat dan kapal laut, tapi rasa bahagianya ternyata mampu untuk pertama kalinya mengusir morning sicknessnya, dia juga dengan antusias menelan dua antimo sekaligus saking antusiasnya sebelum berangkat.
“Kak, kita kemana nieh.?” Juli bertanya setelah tadi sempat bungkam.
“Kita ke mall aja ya, kita cari perlengkapan sekolah kalian terlebih dahulu, setelah itu terserah deh kalau kalian mau nonton atau makan atau muter-muter keliling Jakarta juga boleh.” pokoknya hari ini Agus memanjakan adiknya sebagai penebus rasa bersalahnya karna selama satu minggu ini sibuk bekerja dan mengabaikan adik-adiknya.
“Ye asyikk.” Juli bertepuk tangan kegirangan mendengar usulan kakaknya.
Sebenarnya, jalan-jalan ke mall, nonton ataupun nongkrong di kafe sambil makan-makan bukanlah hal baru buat Juli karna di Mataram dia bukanlah anak lugu atau anak rumahan yang hanya berdiam diri di rumah, dia bersama gengnya biasanya sering menghabiskan waktunya baik itu hanya untuk jalan-jalan di mall hanya sekedar untuk cuci mata sambil cari kecengan, nongkrong di kafe ataupun juga nonton rame-rame, tapi yang membuatnya antusias kali ini tentu saja karna ini Jakarta, kota yang sering disaksikannya lewat film atau televisi, kota dengan tingkat kepadatan penduduk terparah di Indonesia, kota dengan tingkat kriminalitas tinggi di Indonesia, tapi hal tersebut seolah tidak mengusik benak juli.
Setelah puluhan kali membujuk orang tua ataupun kakaknya untuk mengajaknya ke Kakarta ketika musim liburan sekolah tiba dan satupun gak pernah dikabulkan dan eh, ketika gak memiliki minat lagi untuk ke Jakarta, tawaran itu datang tiba-tiba walaupun dalam konteks yang tidak diharapkan Juli dan keluarganya, kedatangan Juli dan April bukanlah semata untuk liburan atau jalan-jala saja, tapi usaha orang tua mereka yang tengah mengalami kemunduran terpaksa harus membuat mereka berdua terdampar disini untuk jangka waktu yang belum ditentukan, Agus kakak tertua kedua remaja tersebut yang belum menikah dan memiliki kehidupan yang bisa dibilang mapan di Jakarta membujuk orang tunya untuk mengambil alih tanggung jawab menyekolahkan kedua adiknya untuk mengurangi beban kedua orang tuanya, walaupun dengan sangat terpaksa orang tua mereka akhirnya mengizinkan mereka untuk pergi ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan disana.
“Akhhh, jangan nonton deh kak." April langsung menolak hal tersebut, "Palingan sik Julet milih filmnya yang melow-melow gitu, nangis bombay gitu kayak film korea." cletuk April protes.
April berkata begitu karna tau banget sifat kakaknya yang cendrung egois karna kalau diajak nonton pasti pilihannyalah yang harus dituruti, April sudah tau kebiasaan kakaknya yang penggemar berat semua yang berbau korea, mulai dari drama korea, boy and girl band korea dan semua hal-hal yang berbau-bau Korea pasti disukai kakaknya, terbukti dengan satu rak full kepingan DVD drama korea dikamar kakaknya ketika masih di Mataram, dan belum lagi majalah-majalah yang isinya membahas mengenai artis-artis Korea, ditambah beberapa bagian dinding kamar kakaknya yang ditempeli poster artis Korea seperti BTS, boy band korea paforit Juli, pokoknya tanya Juli deh artis korea dari A samapi Z dia tau saking gilanya dia akan Korea.
“Ye..biarin aja, ketimbang lo nonton film action, apa bagusnya sih nonton orang saling baku hantem gitu, gak baik kali anak dibawah umur kayak lo nonton film kayak gitu, ntar lo mraktikin lagi.” Juli membalas gak mau kalah, dia juga sudah menggunakan bahasa gaul anak-anal Jakarta “Lo-gue.” itung-itung sebagai perkenalannya di Jakarta gitu.
“Lo gak ngerti apa-apa, justru itu letak serunya begok, daripada lo nonton drama korea yang gak jelas gitu, nangis-nangis bombay jijay banget deh, belum lagi artis cowoknya yang suka pakai make up, kayak banci.” April gak mau kalah kembali membalas kata-kata Juli dengan pedas.
Walaupun mereka berdua kakak adik, usia yang terpaut hanya dua tahun membuat mereka sering berantem kayak Tom and Jerry dan sering ngomong dengan menyebut nama masing-masing tanpa embel-embel “kak atau adek”.
"Dukk." dari belakang Juli memukul kepala adiknya dengan cukup keras.
"Aduhh, sakit bodoh." April mengumpat, kakaknya satu selalu saja memukulnya.
"Rasain lo, siapa suruh lo gak bisa menjaga bibir jelek lo itu."
“Sudah cukup, kalian ini, gak perlu berantem hanya karna orang yang tidak mengenal kalian, bikin kakak pusing aja."
“Hehehe.” mereka cengar-cengar membenarkan ucapan agus yang benar adanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments