PUTIH ABU-ABU

PUTIH ABU-ABU

BAB 1

Di sebuah bandara di kota kecil, dua remaja itu masih memeluk kedua orang tua mereka dengan erat seolah gak mau meninggalkan mereka dan daerah kelahiran mereka, tapi keadaan memaksa mereka harus pergi.

Luncuran air mata mengalir deras dari gadis remaja yag terisak tanpa mempedulikan orang yang berlalu lalang disekitarnya yang memperhatikannya, sementara adiknya, remaja laki-laki berumur 13 tahun lebih bisa mengontrol emosinya walaupun raut wajahnya begitu sedih, sedangkan laki-laki berumur 29 tahun yang merupakan kakak tertua kedua remaja tersebut hanya berdiri mematung menyaksikan adegan yang menguras emosi antara dua adiknya dan orang tuanya.

"kami akan menjemput kalian kalau keadaannya sudah memungkinkan” ucap wanita paruh baya berusaha menenangkan kedua anaknya.

Dua remaja itu hanya mengangguk singkat, berat rasanya meninggalkan kedua orang tua mereka apalagi ketika kondisi ekonomi kedua orang tua mereka tengah tidak stabil.

Sementara laki-laki setengah baya yang merupakan bapak kedua remaja tersebut hanya mengelus lembut kepala anak perempuanya sambil bibirnya melantunkan nasehat yang ditujukan kepada dua anakanya, "Ingat, kalian jangan nakal diJakarta, jangan sering keluyuran, dan nurut sama Agus kakak kalian dan yang paling penting jangan tinggalkan sholat”

Dua remaja tersebut kembali hanya bisa mengangguk sebagai sebuah pertanda mereka mengerti, "Terutama kamu Juli.” lanjut laki-laki tersebut sambil memandang anak perempuan satu-satunya, “Kamu perempuan, jangan terlalu sering keluyuran seperti di Mataram, kamu sering nonton di telivisikan kalau tingkat kejahatan di Jakarta tinggi sekali.”

Remaja perempuan yang dipanggil Juli tersebut sudah dari tadi menunggu namanya disebut secara khusus mengingat terkadang dia beberapa kali secara diem-diem sering keluyuran tanpa pamit dan menyebabkan kedua orang tuanya kelimpungan dengan ulahnya, mengingat kelakuannya gadis remaja tersebut semakin sesenggukan mengingat mungkin setelah jauh dari kedua orang tuanya gak ada lagi yang bakalan bersusah-susah mengkhawatirkannya.

“Juli janji ayah tidak akan macam-macam di Jakarta, Juli akan jadi anak yang baik dan penurut sama kak Agus.” janji Juli dengan lelehan air mata.

Laki-laki setengah baya tersebut memeluk anak gadisnya seolah gak mau berpisah, meskipun tegas dalam mendidik anak-anaknya tapi dia begitu menyayangi anak-anaknya terutama anak gadisnya yang bernama Juli.

Ketika suara petugas bandara mengumumkan kebarangkatan pesawat yang akan ditumpangi kedua remaja plus saudara tertuanya diumumkan melalui pengeras suara, lagi-lagi kembali Juli menubruk wanita paruh baya yang sekarang berdiri didepannya, terisak dalam pelukan ibunya, sumpah, dia sangat berpisah dengan orang tuanya.

"Sudahlah nak, jangan menangis lagi, kitakan tidak berpisah selamanya, nanti ibu dan ayah kalau ada rezeki akan datang menjenguk kalian di Jakarta."

Juli mengangguk mengerti.

***

Sementara itu, disebuah kamar yang cukup luas, seonggok tubuh manusia tergeletak tidak bergerak sama sekali diatas tempat tidur empuk nan nyaman, memang sisa hujan deras yang mengguyur ibu kota Jakarta semalam merupakan sebuah kombinasi yang pas untuk membuat tidur nyenyak dimana nyawa dibawa pergi dunia mimpi yang indah dan enggan untuk kembali ke dunia nyata, tidak ada tanda-tanda pemuda yang terbungkus selimut tebal sampai batas leher tersebut akan bangun, sampai ketika suara nyaring yang sangat berisik membuatnya mengumpat.

"Setan alass, siapa yang berani-beraninya mengganggu tidur gue, awas saja kalau ngebangunin gue kalau gak penting, gue pastikan bakalan nendang sik penggangu sampai tartarus, (Tartarus adalah lubang neraka paling dalam menurut cerita versi percy jakson.)

Masih enggan membuka matanya, dengan meraba-raba sik pemuda yang merupakan Ari sik tokoh utama dalam kisah ini mencoba mencari ponselnya yang merupakan sumber keributan. Dengan mata memicing dia menggeser simbol telpon berwarna hijau.

"Bosss, lo udah otw atau gimana, kami tunggu ditempat biasa oke." terdengar suara cempreng menghiasi gendang telinga Ari begitu Ari menempelkan tuh ponsel ditelinganya.

"Hmmm." karna ngantuk berat, Ari tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Acux salah satu kronco setia Ari, dia hanya berhmmm doank.

"Boss, oo bos, lo masih hidupkan, lo dengar suara indah guekan." cecar Acux mulai curiga kalau Ari masih terlelap.

"Bosss, bos Ari, nyebut bos."

"Apaan sieh lo, pakai nyuruh bos nyebut segala lagi, lo fikir dia tengah emosi." terdengar suara Aceng menimpali, salah satu sahabat dekat  Ari juga.

"Berisikkk." bentak Ari, "Kenapa lo nelpon gue, cepat katakan, kalau gak penting siap-siap aja lo berdua gue kirim ke UGD karna mengganggu mimpi indah gue."

"Astaga naga." Aceng merebut ponsel dari telinga Acux,  "Jangan bilang lo lupa kalau hari ini kita akan menghadiri acara pernikahan ibu guru kita tercinta."

"Ohhh shittt." umpat Ari begitu ingat kalau hari ini dia dan geng elit SMA PERTIWI berencana menghadiri pernikahan bu Dewi, dia bergegas bangun dan berlari ke arah kamar mandi tanpa memutus sambungan.

"Ya Tuhan boss, ibu Dewi bisa nangis darah kalau tahu lo lupain acara sakralnya."

"Bawell lo." tandas Ari mematikan sambungan dan langsung menyalakan shower untuk mandi kilat.

****

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

mampir thor nyimak🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

2023-03-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!