"Hehh siapapun yang ada didalam, buruan keluar lo." Ari menggedor pintu toilet dengan tenaga ekstra disertai dengan suara menggelegar, membuat cewek-cewek manis yang tengah merapikan riasan mereka kaget, bahkan Imel yang saat ini juga tengah memulaskan maskara dibulu matanya sampai keluar jalur saking kagetnya, kelopak matanya jadi blepotan.
"Siapa sieh, ganggu aja." umpat cewek-cewek dari balik pintu.
"Lo gak bisa baca ya, ini toilet cewek, bukan toilet cowok, jadi sana lo jauh-jauh." usir Imel kesal karna aktifitas sakralnya terganggu.
"Bacot lo, dalam waktu tiga detik lo pada belum keluar, jangan salahkan gue kalau nieh pintu gue dobrak."
"Dobrak aja kalau bisa, brasa diri hulk apa lo main dobrak-dobrak segala." gadis-gadis itu malah menantang, jelaslah tantangan itu diladenin oleh Ari.
"Main-main mereka sama gue, gak tahu apa mereka gue siapa." Ari menggulung lengan seragam putihnya yang sudah kependekan, mengambil ancang-ancang dan menubrukkan tubuhnya dipintu.
Terdengar suara gdebuk keras yang membuat kusen pintu bergetar akibat pertemuan kulit dengan kayu.
"Eh seriusan lagi, cowok gila kayaknya itu."
"Woee, lo buka dengan suka rela atau gue dobrak sampai nieh pintu hancur lebur." ancamnya.
"Dasar cowok gila, ayok buka-buka." salah satu dari gadis kelas sepuluh tersebut buru-buru menarik engsel pintu untuk membuka pintu, pintu menjeblak terbuka dan yah gadis-gadis alay itu langsung takjub melihat cowok yang berdiri dibalik pintu yang berdiri dengan wajah masam memegang peralatan pel.
"Kak Ari." pekik cewek-cewek kelas sepuluh itu takjub.
Imel juga gak kalah takjub, bibirnya bahkan sampai terbuka saking takjubnya melihat sang idola berdiri didepan mata, apalagi Imel selama beberapa hari ini tidak henti-hentinya membicarakan tentang Ari.
"Cepat sono keluar, udah masuk juga masih saja pada betah nembokin muka." gusar Ari nyelonong masuk.
"Kak Ari mau ngapain."
"Mau mandiin lo, ya mau bersihin toiletlah, pakai nanya lagi lo, sono cepatan keluar, sebelum gue siram beneran lo pada." Ari mengancam.
"Ehh iya kak iya, kami keluar, jangan siram kami."
Gadis-gadis itu buru-buru memasukkan make upnya ke dalam pounch make up dan langsung pada ngacir keluar, takut mereka kena siram beneran sama Ari, meskipun sebenarnya mereka ingin betah berlama-lama sieh memandang wajah tampan sik kakak kelas yang memiliki ketampanan diatas rata-rata.
"Lo ngapain masih disini, lo mau gue mandiin beneran." bentak Ari melihat Imel yang masih memandangnya dengan penuh penghayatan, seolah menyimpan wajah Ari difikirannya.
Bentakan Ari membuat Imel kembali ke dunia nyata, "Eh itu, anu, gue…" Imel jadi gagap saking gugupnya.
"Keluar sekarang gak atau gue siram." Ari bahkan mengangkat ember air yang akan digunakan untuk mengepel.
"Iya kak gue keluar, jangan disiram, gue udah mandi soalnya."
Imel membereskan peralatan make upnya dan buru-buru keluar.
"Dasar cewek-cewek gak punya otak, datang sekolah bukannya untuk belajar malah nebelin bedak." kayak dia ke sekolah bener aja niatnya.
***
Memasuki kelas, Imel seperti orang linglung, maklumlah dia begitu saking gak menyangkanya bertemu dengan Ari dengan jarak begitu dekat sehingga dia bisa melihat wajah Ari dengan terang dan jelas, Imel jadi senyum-senyum sendiri.
Juli, Gebi dan Nuri yang melihat tingkah Imel tentu saja saling melempar pandangan satu dengan yang lainnya bertanya lewat pandangan apa yang tengah terjadi dengan sahabat mereka setelah kembali dari kamar mandi, fikir mereka mungkin Imel kerasukan hantu penunggu kamar mandi.
"Mell." Gebi mengguncang bahu Imel pelan, agak was-was juga sieh dia, takutnya Imel tiba-tiba ngamuk, "Lo baik-baik sajakan." Gebi memastikan.
Juli dan Nuri juga menghadap belakang.
"Gue gak baik-baik saja, jantung gue." Imel memegang area kulit diatas seragamnya tepat dibagian jantung.
"Kenapa Mel jantung lo, lo punya penyakit jantung." tanya Juli khawatir.
"Gue gak punya riwayat penyakit jantung sieh, tapi jantung gue gak baik-baik saja setelah bertemu langsung dengan kak Ari."
"Hahhh."
Mendengar pengakuan Imel tersebut, tidak hanya Nuri dan Gebi tapi anak-anak cewek kelas X 7 yang rata-rata mengidolakan Ari langsung menggerubungi Imel.
"Lo bertemu kak Ari dimana Mel, cepat katakan." serbu gadis-gadis itu kompak.
"Di toilet."
"Di toilet ya ampun."
Kompakan berniat untuk ke toilet termasuk Gebi dan Nuri untuk melihat Ari secara langsung, maklum ya, nama Ari tengah naik daun dikalangan anak kelas X, namun sayangnya kedatangan pak Muhibbah atau yang akrab dipanggil pak Musibah ke kelas mereka membuat gadis-gadis itu mengurungkan niatnya.
"Pak, hari ini gak ada pelajaran biologi, bapak salah masuk kelas ya." beritahu Nuri berharap pak Musibah segera out dari kelas mereka dan cepat-cepat ke toilet.
"Saya tahu Nurdiani, saya kesini untuk menyampaikan tugas yang dititipkan oleh bu Veni." tandas pak Musibah.
"Yahh, pakai acara tugas-tugas segala, bikin repot saja." keluh beberapa anak bergumam.
***
Biasanya jam kosong menjadi surga bagi anak-anak sekolah, tapi untuk kali ini surga itu kayaknya harus terlupakan mengingat tugas yang diberikan oleh bu Veni, tidak banyak sieh, bisa mereka selesaikan dalam waktu 10 menit, tapi selanjutnya anak-anak kelas X tidak bisa berleha-leha, karna jam berikutnya adalah fisika, seperti yang telah diinformasikan oleh pak Taofik kalau hari ini dia bakalan mengadakan latihan, pak Taofik yang sudah terkenal kilernya dan diceritakan turun temurun dari kelas XII, kelas XI, selain sering tensi darahnya suka naik alias marah-marah, dia juga gak segan-segan memberi warna merah pada raport, makanya seisi kelas bela-belain menghapal rumus-rumus fisika, cari mati namanya kalau menggunakan jam kosong yang sangat langka itu untuk bersantai dikantin, orang Raden Mas Joko Hardikusumo Joyodiningrat Tirtokusumo namanya masih panjang gays sampai author gak inget lanjutannya, cowok yang biasa dipanggil Jojok oleh temen-teman sekelasnya itu merupakan keturunan bangsawan jawa, cowok paling pinter di seantero kelas X itu saja udah dari dua jam yang lalu mulutnya maju mundur kayak bibir ikan mas menghapal rumus-rumus rumit fisika yang bikin otak mumet.
Juli juga sibuk komat kamit, bibirnya maju mundur menandakan dia begitu fokus menghapal rumus fisika, lagi konsen-konsennya Juli memonyongkan bibirnya, dari arah belakang punggungnya ditowel oleh Imel yang duduk tepat dibelakangnya, Juli memutar lehernya menengok kebelakang bertanya lewat tatapan mata, Imel yang bisa membaca arti dari tatapan Juli yang kalau diartikan kurang lebih artinya adalah, “amAda apa.” Imel kemudian memajukan badannya, dari jarak yang begitu dekat kemudian dia bicara dengan berbisik,
“Kayaknya Raden Mas suka deh sama lo Jul.”
“Hahhh.”
Imel meletakkan kedua tangannya dipipi juli dan memutarnya supaya mengarah ke arah dimana Joko duduk, bener saja disana cowok yang duduk paling depan tepat didepan meja guru tengah memandangnya, karna kepergok Joko buru-buru memalingkah wajahnya kembali ke depan begitu Juli memandangnya.
“cie, Juli ditaksir pangeran keraton tuh, cie” Imel menggodanya sambil senyum-senyum nakal.
“Ih apaan sih Mel, lagian cuman mandangin kayak gitu doank mana bisa dibilang naksir, siapa tau dia kebetulan aja lihat gue.”
“Ada apa sieh.” Nuri membalik badannya kebelakang, Imel kembali senyum-senyum, ”Eh somplak, gue nanya ada apaan.”
“Joko tuh naksir Juli.”
“Sik pangeran keraton.” Nuri memutar badannya memandangi Joko yang sekarang sibuk dengan buku tebalnya.
“Tahu dari mana lo Mel kalau Joko naksir Juli.” Gebi menyela.
“Lo pada sibuk sieh ngapalin rumus sampai gak merhatiin sekeliling lo pada, nieh gue kasih tau, Jojok itu dari tadi mandangin Juli terus lho ”
“Yang duduk disinikan bukan Cuma gue doank Mel, siapa tau yang dipandangin Nuri.”
“Kok bawa-bawa gue sih.” Nuri gak terima namanya disangkut pautkan.
“Yeee, orang jelas-jelas gue lihat tuh Joko mandangin lo mulu, kadang dia senyum-senyum tau.”
“Jadi ngeri gue.”
“Eh Jul, kalau dia suka sama lo, terima aja.” ucapan Gebi ini sontak membuat 3 pasang mata memandangnya, Juli seakan-akan ingin mengiris-ngiris tubuh Gebi dengan tatapan matanya, ”Jangan mandangin kesannya gue adalah kriminal kelas kakap donk, gak ada salahnya tuh, menurut cerita fida tuh yang anak kelas sebelah yang pernah satu sekolah waktu SMP dengan Jojok, menurut cerita Fida, Jojok itu cowok pinter, sering ikut olimpiade gitu, yah walaupun gak pernah menang sih, ya lumayan aja kalau dia pacaran sama lo Jul kita bisa dapat contekan gratis.” ujar Gebi santai.
“jmJenius lo Geb, kenapa gue gak pernah kefikiran sampai situ yah, ini sieh gue dukung seratus persen, 1000 % kalau perlu. ” sambung Imel.
Merasa mendapat dukungan, Gebi dan imel bertos ria,”Lo terima dia deh Jul kalau dia nembak.”
“Kok gue dijadiin kambing hitam gitu sieh, pokoknya gue gak mau sama Joko titik.” dengan cepet Juli berbalik menghadap depan.
“Yeelah Juli, lo pertimbangin dululah jangan langsung nolak gitu, inget ini demi masa depan lo.” Imel nyolot “Demi masa depan kami juga.” tambahnya cengengesan
“Bener tuh Jul, kapan lagi coba dapat cowok pinter, dapat contekan gratis, kaya, keturunan bangsawan lagi.” Gebi semakin usil menggoda Juli.
Nuri juga ikut-ikutan lagi menggoda Juli, “Ditambah lagi nieh Jul, Jojok juga baik hati, ramah tamah, suka ngumbar senyum, rajin menabung, percaya deh sama gue, kalau lo sama dia lo bakalan bahagia dunia akherat.”
“Jadi iri gue Jul, coba gue yang ditaksir bakalan puasa senin kamis gue saking senengnya.” bohong Imel, padahal tuh anak ilfil berat sama Jojok.
Juli jelas kesel karna sahabat-sahabatnya berusaha menjodohkannya dengan Joko, dia memutar tubuhnya kembali menghadap belakang sambil berseru, “Ngomong apa sieh lo pada, orang dia cuma mandangin gitu doank belum tentulah naksir."
“Cieeee, marah dia.” ledek Gebi dan Imel kompak.
“Ciee, yang ditaksir, ehmmm.” Nuri menggodanya, tapi Juli hanya memberengut sebal memandang Joko yang sekarang sibuk dengan buku ditangannya, entah dia sibuk benaran atau pura-pura sibuk.
Sekarang Juli yakin hipotesis Imel pasti akan jadikan untuk meledeknya oleh Gebi dan Nuri, belum lagi kalau miun tau, tuh anak pasti ngember kemana dan menyebarkan gosip gak bener itu pada setiap orang yang mau mendengarkan, maklumlah tuh anakkan dijuluki radio satu sekolah.
Juli sebenarnya bukannya gak suka dengan Joko, dia suka karna anaknya selalu bersikap manis dan sopan berbanding terbalik dengan miun yang suka mengisenginya dan meledeknya, namun sukanya Juli hanya suka sebatas sebagai temen sekelas doank, kalau sebagai pacar kayaknya Juli fikir-fikir dulu, dia gak bisa membayangkan kalau dia sampai pacaran dengan Joko.
Sekilas tentang Jko, Joko adalah cowok keturunan bangsawan jawa yang namanya hampir sepanjang rel kereta api, sikapnya lemah lembut, suaranya juga halus mendayu-dayu dengan bahasa jawa medok, sikapnya juga ramah dan selalu sopan pada setiap orang, mungkin karna didikan dari keluarganya yang berasal dari keluarga bangsawan
Sedangkan fisiknya, rambutnya klimis dengan belahan tengah mengkilap, saking mengkilapnya bibir Nuri yang usil sering bilang kalau Joko menggunakan minyak bekas menggoreng ikan asin untuk gel rambutnya, ditambah lagi seragamnya yang dikancingi sampai kancing teratas dengan baju dimasukkan dengan celana diatas pusar, pakai kaca mata tebal sampai kaca matanya memenuhi wajahnya, senggakanya poin terakhir itu membenarkan cerita Gebi yang mengatakan kalau Joko merupakan cowok pinter.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments