Sekitar 10 menit kemudian, Rara membalas pesan dari Purba.
‘Maaf Pak, baru dibalas. Ini saya baru mau tidur.’
Purba yang hampir terlelap, terperanjat merasakan ponselnya yang bergetar. Kebetulan ponselnya masih dipegang. Entah mengapa, dia benar-benar menunggu pesan dari Rara. Benar-benar jenuh menunggu sendirian, sehingga butuh hiburan.
‘Yaudah kamu tidur saja,' balas Purba.
‘Tidak bisa Pak’
‘Kenapa?’
‘Karena membalas chat bapak’
‘Ya udah, aku tidak chat lagi’
‘Ya udah’
‘Kamu juga jangan chat terus’
‘Saya cuma balas chat bapak’
‘Kenapa harus dibalas, tidur sana’
‘Nanti saya dipecat, kalau tidak menghormati bos’
Selama melakukan balas-membalas pesan, Purba selalu tersenyum. Padahal isi pesannya tidak ada yang aneh atau menarik.
Begitu pun Rara, kantuknya jadi hilang.
Beberapa saat mereka senyap, bingung membahas topik apa. Terutama Purba yang memulai chat, sepertinya chat terakhir Rara tidak perlu dibalas. Tapi sudah terlanjur kantuk hilang.
‘Kamu udah tidur?’ tanya Purba akhirnya menulis pesan lagi setelah beberapa saat.
‘Jadi gak ngantuk, Pak.’
‘Loh, kok?’
‘Gak tahu, mungkin karena pesan bapak masuk. Harusnya tidak saya buka ya, Pak?’
Purba tertawa, aneh-aneh aja wanita ini. Mengapa masih dibalas juga dan jawabannya polos banget.
‘Ya udah tidur, besok kesiangan loh.’
‘Iya Pak, siap’
Purba kirim emoticon jempol untuk mengakhiri percakapan.
Sepuluh menit lumayan untuk menghilangkan kejenuhan Purba setelah berbalas chat dengan Rara.
Hanya bahasan iseng dan akhirnya menyuruh tidur beberapa kali, tapi hal itu bisa membuat Purba tidak merasa jenuh lagi.
Kemudian Purba mematikan lampu kamar dan diganti dengan lampu tidur, kedua matanya pun ditutup dengan sleep mask, siapa tahu kantuk lekas datang.
**#
‘Selamat pagi, Pak Purba. Hari ini saya bekerja masih ditemani mas Bizar?’ Rara mengirim pesan saat waktu menunjukkan pukul 06:30.
Purba yang baru bangun, mengucek matanya. Siapa pagi-pagi mengirim pesan.
‘Iya’
Purba masih rebahan di sofa, tak lupa dengan senyuman membalas pesan Rara. Eh, tapi dia melupakan sesuatu. Pesan yang tadi sudah dikirim, untung saja belum dibaca, dihapus kembali oleh Purba.
‘Iya, sampai aku kembali ke kantor. Waktu itu saya pernah bilang, kan?’
Purba teringat sebuah kejadian saat dirinya membalas pesan Mona dengan singkat. Mona marah, katanya kalau membalas chat wanita itu jangan singkat. Nanti bisa tersinggung.
Ya ... meskipun sampai saat ini jika balas chat pada Mona, masih singkat-singkat. Karena kebutuhannya memang seperti itu juga. Sulit berbasa-basi dengan Mona.
‘Baiklah Pak. Oh, ya. Itu apa pesan dihapus? Apakah ada teguran buat saya?’
Purba bingung menjawab, untung saja otaknya cepat berpikir.
‘Bukan apa-apa, tadi hanya typo saja '
‘Em ... Pak, kalau saya nengok Bu Mona boleh?’
Purba terbelalak saat membaca pesan Rara yang terakhir. Apa dia tidak sadar? Kejadian awalnya kan, karena salah paham pada Rara, wanita ini sungguh polos atau apa?
‘Siapa tahu kita bisa temenan Pak. Jadi Bu Mona tidak curiga terus pada saya.’
Saat Purba hendak membalas pesan, tiba-tiba Mona bergumam, dia bangun. Purba refleks mematikan ponselnya, bersiap mendekati Mona, jika mungkin ada yang diinginkan.
“Ma ... ini minum.” Purba memberikan air minum dan menyodorkan sampai ke mulut Mona, tapi dia menolak.
“Ayo, Ma. Biar cepet sembuh. Suster kalau pagi sibuk semua,” Bujuk Purba.
Karena tenggorokan Mona sangat kering dan ingin sekali minum, terpaksa Mona menerima tawaran dari Purba.
“Kamu mau ke mana,” tanya Purba. Saat setelah minum, Mona hendak turun dari tempat tidur.
“Aw ... perutku.” Mona merasakan pegal pada perutnya. Dia tidak tahu apa-apa tentang dirinya yang keguguran.
Tujuan Purba saat ini adalah, menjaga Mona sampai membaik, agar bisa kembali masuk kantor.
“Sini Ma, aku pegangin. Aku janji, tidak akan meninggalkan kamu lagi. Sudah, jangan marah-marah terus. Kata dokter, Mama harus lebih santai, jangan banyak pikiran.” Purba memapah Mona dan mengikutinya ke kamar kecil.
Saat kembali dari toilet, Mona rebahan lagi. Dia meraba perutnya seperti berbeda. Mona menoleh pada Purba, masih dengan meraba perutnya.
“Tenang... semua baik-baik saja. Sebentar lagi suster datang. Mama mau beli sarapan apa?”
Mona menggeleng.
“Tapi, mama harus makan.”
“Nanti Mas, gak balik lagi,” ucap Mona lirih.
“Tidak ... aku tetep di sini. Biar ajudan Papa yang beli.”
Akhirnya Mona memesan sarapan bubur yang biasa ia beli kemarin.
“Suster, perut saya kok pegel ya? Bayi saya baik-baik saja, sus?” tanya Mona pada suster yang baru datang.
“Keadaan ibu baik-baik aja. Ibu yang tenang ya ... saya ganti dulu pakainya. Nanti setelah itu sarapan dan minum obat,” ucap suster. Dia pun tidak memberikan penjelasan saat ini. Karena keadaan Mona masih lemah.
Bersambung ...
Hai teman-teman readers semua. Maaf ya, otor baru nyapa.
terima kasih yang sudah mampir, yang suka dengan karya otor, mohon supportnya ya.
like, komen, favorit dan kasih gift, biar otor semangat ... hehe. terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
DRAGON
aku malah jadi hawatir sama mona🥺
2022-09-06
1