KERETA & KEMILAU EMAS
Roar
Grrrrrrrr.
Suara hewan pemangsa ini tak lepas dari telinga Sean dan Jessica.
Cakar-cakarnya yang tajam terus saja mengusik kedua mangsanya.
Ia berlari sekencang mungkin demi menyamai kecepatan kereta tambang yang di kemudikan oleh remaja penunggang kereta kayu itu.
****
Seperti dalam film petualangan, mereka menantang nyali diri masing-masing.
"Berpegangan yang kuat! kita akan melewati jalur yang curam!" teriak anak pengemudi kereta itu.
"Baiklah!" sahut Sean siap.
Kereta pun meluncur secepat kilat, jauh meninggalkan srigala.
Kecepatannya melebihi rollercoaster.
Kini mereka berdua telah menjangkau kereta itu.
Sedikit menakutkan, tapi menegangkan bagi Sean dan Jessica.
"Wohooooo," teriak sang pengemudi kegirangan.
Ia sangat mahir, bahkan ekspresi senangnya sangat antusias mengendarai kereta sisa-sisa peninggalan pekerja tambang ini.
Sean dan Jessica hanya mampu memejamkan mata.
Mereka takut karena belum pernah menaiki wahana seekstrem ini.
Jalurnya yang kadang curam, kadang berbelok-belok tajam dan terkadang juga melalui sebuah jalur jembatan yang hampir patah dan lapuk.
Jalur-jalur ini terbuat dari kayu dengan sangat rapi.
Pemandangan luar biasa.
Emas, permata ,kemilau berlian semuanya Sean saksikan.
Tak percaya!
Itulah yang Sean rasakan.
Lampu-lampu obor menyela menerangi setiap jalur yang mereka lalui.
Semua yang nampak di mata Sean dan Jessica adalah nyata.
Sangat nyata.
Bahkan keduanya tak mampu mengungkapkannya melalui kata-kata.
Takjub, wow, fantastis, luar biasa, indah, sangat mempesona mungkin itulah yang bisa menggambarkan megahnya isi goa ini.
Seakan tempat itu ada yang mendiami dan menjaganya.
Setiap dinding goa yang mereka lalui nampak emas menempel dengan erat di dinding itu bagai benalu.
Bahkan dalam goa itu semuanya terbengkalai bebas tak takut satupun dari mereka dijarah oleh perampok maupun pencari harta Karun.
Tempat ini, seperti di jaga oleh suatu kaum? tapi kaum apa? dimana mereka! mungkin itulah dugaan Sean dan Jessica.
Kini mereka meluncur meninggalkan srigala buas sangat jauh, bahkan mungkin telah puluhan kilometer jauhnya karena kereta ini melesat sangat cepat.
Hingga akhirnya merekapun sampai di tempat yang aman.
Kemudi kereta mulai di kendalikan melandai.
Suara ngilu rem sangat bising.
Kereta ini berhenti di ujung jalur yang nampaknya jalur ini adalah jalur buntu.
Jalur terakhir sisa penambang.
"Kita sudah aman. Sekarang kalian boleh turun!" sang anak pemandu kemudi kereta lebih dulu turun.
Sean dan Jessica mengekori pengemudi handal itu.
Sean di buat takjub akan isi goa itu.
penuh dengan kemewahan dan barang-barang berharga yang paling di perebutkan manusia.
Pikir Sean berinvestasi menggunakan emas-emas ini pasti banyak peminatnya.
ia terlalu jauh berfantasi melihat semua yang ada di depan matanya.
Kilauan demi kilauan menyinari matanya sesilau mungkin demi menarik perhatian Sean.
"Sean aku tak percaya ini. Gunungan emas! tumpukan berlian bergoni-goni! perak dan permata semuanya apakah nyata!" Jessica berbisik pada Sean yang juga sedang takjub.
"Aku pun tak percaya ini. di dalam goa seperti ini ada barang berharga yang luar biasa banyak," tukas Sean sependapat dengan Jessica.
Sepasang bola mata itu membelalak kesana kemari melihat di sekeliling.
..
Remaja yang mengemudi kereta ini heran pada dua orang asing di hadapannya itu.
Ia melihat anak-anak berkulit putih itu seperti baru kali ini melihat emas yang ada dihadapannya.
Rasa penasarannya langsung ia lontarkan pada Sean dan Jessica.
"Hei apa yang kalian lakukan di tengah hutan malam-malam begini!" pengemudi memulai pembicaraan yang penuh tanda tanya?.
Keduanya hampir saja melupakannya karena terlalu asyik menyaksikan gemerlap Kilauan emas dan sebagainya.
"Kami mencari teman kami! dia sepertinya tersesat di hutan ini, tak tahu apa yang terjadi padanya sekarang. Apakah ia baik-baik saja? dimana dia sekarang pun kami tak tahu. Semua ini karena salah ku yang membiarkannya pergi sendiri. Aku sangat ceroboh karena tak peduli pada sahabat ku sendiri," jawab Sean merasa bersalah, ekspresi wajahnya sangat murung penuh penyesalan.
"Hmmm! begitu rupanya. Aku rasa aku bisa membantu kalian mencari teman kalian.
Oh iya nama ku Yudhar, aku adalah penduduk asli disini. Dan aku paham daerah sekitar sini!"
jawab Yudhar, remaja berkulit cokelat eksotis ini.
"Benarkah kau mau membantu kami?" balas Sean girang. kini wajahnya mulai menampakan senyum.
"Hmm," balas Yudhar singkat.
"Hei Yudhar, perkenalkan aku Jessica dan ini sahabat ku Sean!" sahut Jessica pada Yudhar seraya ia memeluk erat sahabatnya Sean.
"Hai Jessica, hai Sean!" balas Yudhar ramah.
Mereka saling mengenal satu sama lainnya.
Yudhar adalah remaja yang pandai seluk beluk kehidupan hutan rimba.
Oleh karena itu ia sangat terbuka membantu dua orang asing di hadapannya.
"Hei kalian orang berkulit putih! oh maksudku Jessica dan Sean! apakah kalian berasal dari luar pulau ini?" Yudhar melanjutkan pertanyaan ingin tahunya.
"Kami berasal dari Amerika. Apa kau tahu Amerika? negara kami sangat besar dan maju, pasti kau sudah pernah mendengar Amerika sebelumnya!" ungkap Sean.
"Amerika? dimana itu? apakah jauh? butuh berapa bulan untuk sampai disana? sebulan, dua bulan atau lima bulan perjalanan! apakah begitu?" Yudhar kembali bertanya dengan ekspresi bingung karena pertama kalinya ia mendengar nama Amerika.
Matanya menatap ke langit-langit goa, tangannya mengelus-elus dagu seolah ia melupakan Amerika dalam otaknya.
"Benarkah kau tak tahu Amerika? negara kami terletak di benua Amerika. Lebih tepatnya di kawasan Amerika utara. Untuk sampai kesana kau hanya butuh waktu satu hari penuh penerbangan. Ya setidaknya itu lebih hemat waktu dari apa yang kau perkirakan!" Jessica menyela ucapan Yudhar.
Ia bingung bagaimana bisa ia tak tahu Amerika?.
"Penerbangan? apakah kalian bisa terbang? apakah kalian memiliki sayap untuk terbang? dimana kalian menyembunyikan sayap itu?" Yudhar dengan tingkah konyolnya itu memeriksa tubuh Sean dan Jessica, ia berfikir bahwa keduanya adalah malaikat bersayap yang sedang tak bisa terbang.
"Hei kawan, ayolah kau ini sangat kuno. maksud kami, kau bisa terbang naik pesawat.
apakah kau tahu pesawat?" Sean mencoba memperjelas keadaan pada Yudhar.
Sementara Yudhar dengan tingkah polosnya hanya menggelengkan kepala tanda bahwa ia benar-benar tak tahu apa itu pesawat.
Sean mengambil sebuah ranting kecil yang tergeletak di kakinya.
Ia mencoba melakukannya untuk Yudhar.
mencoba menggambarkan rupa pesawat pada anak itu.
Sean menggores tanah, membentuk sketsa pesawat yang nyaris sempurna dengan detailnya.
"Seperti inilah bentuk pesawat yang bisa terbang! apa kau sudah paham sekarang?" tanya Sean memastikannya sekali lagi.
Dan lagi Yudhar hanya menggelengkan kepala tak tahu dengan ekspresi wajah bingung berlebihan.
"Sudahlah Sean. Ia takkan paham meskipun ribuan kali kau menjelaskannya. Sebaiknya kita fokus mencari edward!" Jessica tak tahan pada tingkah bodoh Yudhar.
Rasanya sebal bagi Jessica jika harus memberitahunya berulang-ulang kali apa itu pesawat dan penerbangannya!.
"Aku rasa begitu. Sebaiknya kita tinggalkan ia sendiri. Kita akan mengalami kesulitan jika ia ikut bersama kita," Gerutu Sean ikutan Sewot. Keduanya tanpa ucapan terima kasih berlalu begitu saja meninggalkan Yudhar yang sedang asik mengamati gambar pesawat yang di buat oleh Sean.
..
..
BERSAMBUNG.
**
**
**
**
SARANJANA EPISODE 16
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
anhacu
semangatttt. ceriranya sngat menarik
2020-04-07
0