MITOS
"Hallo anak-anak," sapa Professor Sekolah menengah atas Packer Coligiate School. Sambil menutup kembali pintu kelas yang ia buka tadi, dia berjalan menuju meja kerjanya.
Ia berjalan menuju meja guru, dengan menenteng buku-buku yang saling bertumpuk tebal di tangan kirinya, sedangkan bahu kanannya menyelendangi tas hitam yang isinya pun tak tahu apa?
Guru sekolah satu ini terlihat nampak lusuh dengan pakaian kemeja kotak-kotak berwarna putih dengan aksen garis hitam. Setiap kali mengajar ia tak pernah melupakan sapaan paginya. Kepala botak pelontos tengah, selalu menggunakan kaca mata yang langsung di kalungkan di lehernya ini, datang dengan wajah penuh intrik.
"Pagi Mr. Franklin," jawab seluruh murid dengan nada santai.
Mereka duduk dengan rapi dan semuanya siap hendak mendengarkan apa yang akan Mr. Franklin katakan.
Badan besar serta perut yang menonjol bulat Mr. Franklin, memang menjadi pembeda bagi guru pada umumnya.
Bahkan pria gemuk ini bisa di ditebak dari jauh kala melihat postur tubuhnya yang obesity.
"Anak-anak," dengan ekspresi nampak mengecewakan Mr. Franklin mencoba berbicara sesuatu yang nampaknya serius.
Mr. Franklin kemudian menghela nafas dalam-dalam.
Dan dia siap untuk bicara. "Sebelum akhir semester ini, aku ingin kalian melakukan diskusi dan penelitian tentang materi terbaru," Mr. Franklin berbicara dengan santai, meninggalkan tatapan intriknya tadi.
"Dalam konteks secara luas, aku ingin kalian mengemukakan penjabaran secara detail tentang SARANJANA.
Apakah kalian pernah mendengar nama ini?" tanya Mr. Franklin pada semua murid.
Semuanya nampak tak tahu dan hanya menggelengkan kepala.
Semua anak didiknya saling lempar pertanyaan, berharap bahwa salah satu murid tahu sesuatu tentang apa yang di sebutkan oleh Professor sejarah ini.
"Sean! apa kau tahu sesuatu tentang SARANJANA?" tanya Mr. Franklin pada Sean. Ia berharap Sean tahu sesuatu atas apa yang ia tanyakan.
Dan Sean hanya menggeleng tak tahu?
"Mm.... Aku tak begitu yakin tahu sesuatu tentang itu. Dan,- ya, aku juga baru mendengarnya dari anda Pak!" jawab Sean bingung.
Jawaban Sean sungguh tak bisa memuaskan Mr. Franklin, dengan raut wajah kecewa ia tak bisa melontarkan pertanyaan apapun lagi pada murid andalannya itu.
"Edward! kau tahu sesuatu tentang SARANJANA?" Mr. Franklin mengalihkan pertanyaan nya pada Edward teman sebangku Sean.
"Aku... Aku juga tak yakin tahu banyak tentang hal itu. Aku sungguh meminta maaf karena tak tahu itu pak." Jawab Edward dengan dada yang dag dig dug gugup.
Edward pun juga tak tahu apapun tentang SARANJANA sama halnya dengan Sean.
Lagi dan lagi Mr. Franklin menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir mengapa banyak diantara mereka yang tak tahu SARANJANA.
"Baiklah aku akan memberikan deskripsi saranjana. Kalian dengarkan dengan baik-baik," Mr. Franklin pun menceritakan saranjana secara detail.
Ia pun memulai kisah saranjana dengan sebuah kalimat yang begitu puitis.
selama itu pula semua murid duduk dengan perhatian penuh .
Terdiam dan tak bersuara, demi mendengarkan alunan suara yang serak basah tak karuan menjelaskan keindahan saranjana.
Dirinya pandai membuat para muridnya terhanyut dalam fantasi dan imajinasi fiktif yang luar biasa terdengar seperti nyata dan amat nyata.
Takjub, bingung, lega; semua murid mempercayai setiap kata yang di ucapkan oleh Mr. Franklin, dan di setiap kata itu semua murid meyakini kebenarannya.
"Aku ingin kalian menjelaskan tentang kota tersembunyi ini. Seperti apa kehidupan disana, makanan mereka dan kecanggihan apa yang mereka miliki?" Mr. Franklin mulai memancing emosi rasa ingin tahu para murid-muridnya.
"Aku juga ingin kalian menyelesaikannya dalam bentuk laporan tertulis serta tidak menunda pengumpulan modul." Tambah Mr. Franklin.
Anak-anak murid kelas itu mulai penasaran akan kelanjutan cerita tentang SARANJANA.
mereka berharap akan tahu lebih dalam lagi tentang kota itu?
Kota canggih.
Berbudaya.
Indah.
Kota menakjubkan.
Itulah yang terbesit dalam pikiran anak-anak didikan Mr. Franklin dengan wajah polos dan lugu.
"Ini adalah libur panjang, maka aku hanya mengucapkan selamat liburan panjang. Semoga hari kalian menyenangkan anak-anak."
Mr.frank kemudian beranjak dari mejanya.
Ia mengakhiri kelas seraya mengucapkan hari merdeka bagi pelajar di seluruh Amerika.
Seperti yang di ketahui sekolah menengah di Amerika bisa melihat evaluasi nilai belajar para siswa melalui gadget .
Ya amerika memang menerapkan home access agar semua orang tua murid tahu perkembangan belajar anak-anak mereka.
Semuanya telah meninggalkan kelas, hingga bangunan bergaya Eropa itu kosong tanpa sisa. Tak ada murid yang berada lagi di dalam kelas.
"Kau tahu apa itu saranjana?" tanya Edward pada Sean seraya merangkulnya.
Kedua sahabat itu berjalan seirama di jalan setapak sekolah.
"Entahlah! kurasa kota itu hanya mitos."
Sean tak begitu tertarik pada hal itu.
"Aku sangat kecewa!"
Edward kembali berulah.
Kini ia memasang wajah memelas dengan mata berkaca-kaca.
"Mengapa? apa aku telah menyakiti mu?" Sean penasaran pada sahabatnya yang nampak sangat menjiwai perannya sebagai seorang yang mudah menyerah dan kecewa yang begitu mendalam.
"Tentu saja? kau telah membuat kepercayaan ku pada kota itu (saranjana) lenyap seketika. Kau telah menghancurkan imajinasi ku pada kota ajaib itu." Edward terlatih dalam hal ini.
"Apa kau tahu?" Sean menatapi wajah sahabatnya dengan serius.
"Di dunia ini mitos bisa saja nyata terjadi dan sebaliknya. Semua bisa terjadi jika kau yakin itu ada. Jadi kurasa? ya kali ini aku harus percaya pada mu," Sean meyakinkan wajah lugu sahabatnya itu.
"Benarkah! jadi kini kau setuju bahwa kota itu benar-benar nyata?" Edward kali ini tersenyum bahagia, matanya berkaca-kaca bagai anak kucing yang mengiba.
" Ya tentu saja!! aku setuju pada mu, setuju pada pemikiran mu yang konyol itu." Sean kembali menghancurkan imajinasi Edward.
Sekali lagi ia melukai pikiran fantasi Edward pada kota saranjana yang terkenal misterius itu.
"Sudahlah, aku tak ingin membahas kota ini. lagi pula masih banyak waktu untuk menulis naskah presentasi tentang kota ini." Sean mengalihkan pembicaraan mereka berharap bahwa sahabatnya tak memasang wajah iba.
"Hei..."
Edward terlihat menampakan ekspresi wajah bahagia. Ia telah melupakan kekecewaannya tadi.
"Liburan kali ini kau ingin kemana?" Edward penasaran pada agenda liburan Sean .
" Aku!"
Sean berupaya konsisten menutupi agenda liburannya pada Edward.
"Mungkin hanya menghabiskan waktu liburan di rumah dan mungkin saja aku akan belajar sepanjang waktu!" Sean menjawab dengan wajah dan ekspresi datar seolah-olah ia tak menyembunyikan apapun tentang rencana liburannya pada Edward.
Kali ini Edward tak mempercayai ucapan Sean .
Ia tahu bahwa Sean ahli dalam menyembunyikan ekspresi yang datar.
Bahkan aktor sekelas Tom Holland pun mungkin tak akan tahu ada apa dibalik wajah Sean.
Wajah tampannya.
Ekspresi nya.
Semua nampak nyata bahwa Sean seorang psikopat yang handal.
"Sejak kapan kau jadi anak rumahan?" Edward memancing rasa ingin tahunya pada sean.
"Bukankah setiap kali liburan kau akan pergi ke Hawaii, seperti liburan sebelum-sebelumnya." Edward kali ini membuat Sean terpojok dan kaku .
Sungguh pemikiran yang cerdas, pikir Sean begitu.
"Hei, sejak kapan kau mulai tertarik pada agenda liburan ku. Apa kau penguntit? aku tak percaya jika kau melakukannya." Sean mengalihkan pembicaraan.
Bahkan ia tak ingin menceritakan apapun tentang liburannya pada Edward .
Sepanjang perjalanan kedua remaja ini berbicara omong kosong yang tak memiliki inti.
Sean lalu mendahului langkahnya.
Ia perlahan berjalan menjauh dari Edward, karena ia tahu Edward adalah teman yang keras kepala.
Dalam otaknya selalu penuh dengan pertanyaan-pertanyaan konyol.
Pertanyaan yang mengorek kegiatannya dengan cermat.
"Hei! kau belum menjawab ku?"
Edward meneriaki Sean yang melangkah seratus meter di depannya.
Kemudian ia berinisiatif mengejar Sean yang tak terlalu jauh darinya.
"Ayolah kawan!! kau pun sangat merahasiakannya dari ku. Maksud ku perjalanan mu kali ini.
Bahkan aku pun tak berharap liburan sendiri di kota ini." Edward terus saja mengikuti Sean.
Langkah kaki Sean seolah di pasang GLOBAL POSITIONING SYSTEM, sehingga ada sinyal tersendiri bagi Edward untuk mendekati remaja paling menyebalkan itu.
...
BERSAMBUNG..
Mengenal karakter:
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Bening
keren sih
bacanya suka
harus banyak belajar nieh
dari author 😍
2020-04-30
1
Tya Gunawan
aku mampir kak.aku baca pelan2 bagus banget
2020-02-27
0
ig : viiyovii
yuhuuuu aku mampirss ,😁
sean dan edward cullen eh salah edward 😍👍
back to comment:
sumpah aku akan terus bilang kalo novel ini dah kayak novel terjemahan dengan judul yang berbeda mungkin hehe pkoknya lanjutkan dan aku juga mau ngelanjutin sampe ketemu jesika wakakak ..buabayy .. kereenn smangatt kakakku 😝😝
2019-11-16
4