KILAUAN EMAS VOL.3
Sean terduduk lumayan lama bersama Jessica.
Namun pikirannya kemana-mana, seraya matanya melirik kesana kemari.
Rasa penasarannya tak akan mereda jika ia belum menemukan jalan keluar.
Ia kembali melirik sekeliling ruangan.
Matanya masih belum menyerah mencari.
Ia mulai menyipitkan matanya.
Dan merasa ia mulai menemukan titik terang jalan keluar.
"Aku telah menemukannya!" seru Sean dalam hatinya, kedua tangannya ia kepal seperti seseorang yang sedang mendapatkan dukungan.
Ia beranjak dari duduknya yang lama.
Tapi Jessica menghentikan langkahnya.
Jessica menarik tangan Sean dengan erat.
"Sean jika kau menemukan jalan keluar kumohon kau kuburkanlah mayat ku didekat pemakaman ibu ku.
Jika kau berhasil keluar dari sini sampaikanlah pada ayah ku bahwa aku sangat mencintainya!" ucap Jessica pada Sean dengan ekspresi murung.
Sean tertawa menyeringai, bibirnya ia miringkan ke Kanan.
Lalu duduk jongkok tepat di wajah Jessica, kedua tangannya memegang bahu wanita menyebalkan itu.
Sean juga menatap wajahnya dengan tatapan serius.
"Dengarkan aku baik-baik!. Aku mungkin telah menemukannya. Jadi kau tak perlu lagi mengucapkan kata-kata konyol itu. Memangnya kau pikir kau sedang sekarat?" Sean berujar bahagia pada Jessica.
Walau Jessica sempat menyebalkan karena sudah mengacaukan konsentrasinya, tapi Sean bisa melupakannya begitu saja setelah dirinya menatap baik-baik wajah pemurung itu.
Setiap kata yang Jessica katakan terdengar sangat lucu bagi Sean.
"Kau tak perlu bergurau pada ku! sana pergi cari pintu keberuntungan mu itu. Mulai saat ini aku tak peduli lagi pada mu!" tukas Jessica ketus dan sebal pada Sean karena telah mentertawakan dirinya.
Ia memalingkan wajah dengan tingkah congkak.
Sean tak menjawab bualan Jessica yang sangat responsif itu.
Ia hanya terbangun melanjutkan apa yang telah ia temukan tadi.
"Mungkin kita tak bisa menemukan pintu itu karena menurut mu tak akan ada pintu keluar dari sini. Tapi aku rasa ucapan mu memang benar! Kita akan mati disini dengan cara yang tak biasa," Sean sesumbar membenarkan ucapan Jessica.
"Takdir memang sedang menuntun kita kejalan yang salah.
Takdir jugalah yang membawa kita kesini.
Dan mari kita mati bersama-sama," lanjut Sean.
Sean setuju pada perkataan Jessica tetapi wajahnya masang ekspresi bahagia.
"Hei Sean apa yang salah pada mu? bukankah kau yang selalu semangat dan pantang menyerah! tapi mengapa sekarang justru kau setuju pada ku!" Jessica bertanya pada Sean yang amat misterius.
Ia tak tahu setan apa yang merasuki Sean, sehingga secara gamblang bicara absurd.
"Apakah kau tak rela jika kita mati disini secara bersama? Atau kau memang berencana untuk mati sendiri disini!" Tanya Sean sekali lagi.
Namun Jessica tetap pada ucapannya.
"Sudah ku katakan! jika kau berhasil keluar dari sini dengan selamat, maka cukup kenanglah aku disini!" jessica kembali tegas pada ucapannya.
Kali ini Jessica bicara dengan nada tinggi.
Belum pernah bagi Sean menyaksikan Jessica emosi seperti ini.
"Sudahlah. Kau duduk manis saja disitu!" ucap Sean mengalah.
kali ini Sean tak menghiraukan ucapan rancu Jessica.
Ia mengalah karena malas berdebat pada hal - hal sepele.
..
Sean kini mulai mengerti pada pintu yang akan membawanya keluar dari goa itu.
"Aku perhatikan semua lampu di tempat ini menyala. Namun kenapa lampu ini sendiri yang tak menyala?" Gumam Sean dalam hatinya.
Ia berpikir keras bagaimana mungkin lampu itu tak menyala sedangkan semuanya tetap menyala.
Ia mendekati lampu-lampu yang menyala terang, perlahan ia mulai mengamati dengan baik pada lampu di hadapannya.
"Lampu ini adalah lampu tradisional. Bahan bakarnya menggunakan bahan bakar Minyak tanah (Korosene). Minyak tanah di gunakan oleh manusia purba sekitar 70.000 B.C (BEFORE CHRIST / MASEHI). Dari dulu pun tak akan ada bedanya Korosene ini dengan yang sekarang. Semuanya pasti akan cepat habis jika di gunakan sebagai penerangan.
namun kenapa disini berbeda.
Apakah minyak-minyak ini ditambahkan sesuatu?.
Mungkinkah mereka menambahkan uranium atau semacamnya? (Sean mencoba menebak).
Lampu-lampu ini seperti sudah lama menyala. Panas bejana yang di pakai untuk menampung minyak stabil. Berada dalam suhu ruangan, tidak panas juga tidak dingin.
Sinar lampu yang berwarna kuning ditambah kemilau emas membuat tempat ini semakin terang.
Seharusnya jika sudah lama menyala, setidaknya bahan penerangan akan habis.
Jika bahan penerangannya habis hal umum yang terjadi adalah lampu ini akan meredup.
Tapi mengapa lampu ini berbeda.
Seperti ada seseorang yang selalu mengisi ulang bahan bakar lampu ini.
tapi siapa?"
Sean penuh pertanyaan atas apa yang ia lihat.
Ia terus berpikir keras seraya tangannya mengelus dagunya bak seseorang yang sedang merapikan jenggot panjang.
Note: Gambar ini sekedar ilustrasi, jika ada kesalahan dalam penafsiran penulis tak mewakili Titik ambigu ini.
Gambar ini merupakan referensi dari pihak
ketiga. jika ada kesalahpahaman maka itu adalah hal wajar dan merupakan kelalaian penulis.
Sean kembali menyaksikan lampu itu dengan seksama.
Ia mulai memperhatikan lampu-lampu dengan detail.
Bejana tempat menampung bahan bakar hingga nyala lampu Sean amati dengan mata yang tak bisa lepas dari perhatiannya.
"Rupanya begitu cara mereka melakukannya?" gumam Sean sekali lagi.
Nampaknya Sean telah mengetahui sebuah titik pemahaman tentang itu.
Tentang mekanisme penerangan lampu kuno yang menempel di dinding.
"Lampu-lampu ini menyala tanpa henti selama 24 jam penuh. Tidak ada seorang pun yang menggantikan minyak lampu ini, tetapi lampu ini akan terisi oleh minyak secara otomatis jika bahan bakarnya telah habis.
Metode ini cukup canggih sehingga efektif mengurangi banyaknya waktu yang terbuang begitu saja, jika mengisi lampu yang habis dengan metode manual satu persatu maka setidaknya butuh seharian untuk mengisi lampu hingga pintu keluar masuk goa.
Dalam arti lain seseorang yang bertugas menyalakan lampu dan mengisi bahan bakar akan hemat waktunya jika semua dilakukan secara bersamaan dan sebaliknya begitu.
Lampu-lampu ini menempel di dinding, menurut perhitungan ku lampu-lampu ini terhubung pada satu titik tempat pengisian bahan bakar, maka aku yakin jika di dalam dinding dipasang selang atau semacamnya untuk mengaliri minyak.
Jarak dari satu lampu ke lampu lainnya adalah 1,6 meter. Itu artinya goa ini sangat panjang jika di semua ruangan di pasang lampu kuno ini!" Lanjut Sean dengan pemahamannya ia mencoba mendeskripsikan tata letak dan mekanisme lampu ini agar tetap menyala.
Ia sempat berpikir bahwa lampu itu abadi!.
"Aku memperkirakan panjang goa ini lebih dari 1000 meter.
Jarak tempuh ini akan memakan waktu seharian penuh jika di tempuh dengan jalan kaki menuju pintu keluar.
Sementara pintu masuk dan keluar hanya ada satu, yaitu tempat di mana awal kami memasuki goa ini.
Jika ada pintu lain menuju keluar, maka pintu rahasia itu benar-benar ada. Yudhar mengatakan bahwa ia bisa membantu ku mencari edward dan ia adalah penduduk asli sini ditambah ia tahu semua sudut terpencil tempat ini. Maka aku benar-benar yakin bahwa anak itu keluar masuk menggunakan pintu rahasia itu.
Namun disini tak menunjukan sesuatu hal yang aneh.
Semua sama saja.
Biasa, tak menggairahkan untuk di telusuri dan membosankan.
Tapi aku sekarang yakin bahwa pintu itu ada. ada di hadapan ku!" Sean kembali bicara pada dirinya sendiri.
"Hei Sean apa yang kau pikirkan? Kau terlihat sangat sibuk sendiri," Jessica menyela konsentrasi Sean.
Namun Sean tak menghiraukan Jessica.
BERSAMBUNG.
**
**
**
**
SARANJANA EPISODE 19
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Yanse asiska ferly
suka thor makin mrnatik ceritanya
2019-10-12
3